4.8.2 Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Kondisi keuangan
yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Data-data pada aktiva, hutang serta
ekuitas digunakan untuk mengetahui tingkat stabilitas keuangan untuk jangka panjang.
Analisis solvabilitas PT. Musi Hutan Persada dilakukan dengan memperhitungkan rasio total hutang, rasio total hutang dengan modal sendiri
dan rasio total hutang dengan total aktiva. Perkembangan nilai rasio solvabilitas PT. Musi Hutan Persada periode 2007 sampai 2010 dapat dilihat
dalam Gambar 8
Solvabilitas
21.57 21.36
24.72 26.78
78.43 78.64
75.28 73.22
363.69 368.13
304.47 273.37
100 200
300 400
2007 2008
2009 2010
Tahun P
er se
n ta
se Rasio Modal Sendiri Dengan Total Aktiva
Rasio Total Hutang dengan Total Ak tiva Rasio Total Hutang Dengan Modal Sendiri
Gambar 8. Perkembangan trend rasio solvabilitas PT. Musi Hutan Persada periode 2007-2009.
a. Rasio total hutang dengan total aktiva debt ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atau aktiva
perusahaan. Semakin besar nilai rasio berarti semakin besar resiko yang ditanggung perusahaan. Semakin kecil nilainya berarti semakin baik, karena
jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang semakin kecil. Rasio ini dipengaruhi oleh total hutang dan total aktiva.
Pada Gambar 8 dapat dilihat perkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010. Selama periode 4 tahun yaitu tahun
2007 sampai 2010, nilai rata-rata rasio ini pada PT. Musi Hutan Persada sebesar 76,39 persen yang berarti bahwa jumlah aktiva yang dibiayai oleh
pinjaman luar sebesar 76,39 persen dan sisanya sebesar 23,61 persen dibiayai oleh modal sendiri. Kondisi ini menunjukkan resiko yang ditanggung
perusahaan cukup besar karena hanya 23,61 persen dalam kepemilikan modal sendiri dan pinjaman luar cukup besar yaitu sebesar 76,39 persen. Hal ini
mengindentifikasikan bahwa perusahaan sering melakukan peminjaman dengan pihak luar karena aktiva yang dibiayai dengan hutang cukup besar.
Pada periode 4 tahun tersebut terlihat adanya kecenderungan menurun pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan
berangsur-angsur mulai mengurangi peminjaman kepada pihak luar.
b. Rasio Total Hutang Dengan Modal Sendiri total debt to equity ratio
Rasio ini digunakan untuk membandingkan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun jagka panjang dengan jumlah modal
sendiri. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Semakin
kecil angka rasio ini menunjukkan kondisi perusahaan semakin baik. Pada Gambar 8 terlihat perkembangan nilai rasio ini pada PT. Musi
Hutan Persada selama periode penelitian yaitu tahun 2007 sampai 2010 menunjukkan trend yang menurun setiap tahunnya. Walaupun di tahun 2008
sempat mengalami peningkatan sebesar 4,44 persen menjadi 368,13 persen. Nilai rataan untuk rasio ini selama 4 tahun yaitu sebesar 327,42 persen
yang artinya setiap Rp 1,00,-, modal perusahaan dapat digunakan untuk menjamin seluruh hutang sebesar Rp 3,27,-. Rata-rata nilai rasio yang lebih
besar dari standarnya 100 persen, hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan modal perusahaan dalam menjamin kewajiban perusahaan dan
rendahnya tingkat keamanan keuangan perusahaan akibat dari besarnya dana pinjaman yang berasal dari luar perusahaan. Akibatnya, perusahaan akan
mengalami kesulitan keuangan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi.
c. Rasio modal sendiri dengan total aktiva equity to tatal active ratio