melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak lebih kurang 5 kali atau jangka waktu penagihan pitang tersebut yaitu 68 hari.
4.8.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan didalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri. Selain itu juga dapat mengetahui efisiensi perusahaan dalam penggunanaan atau pengelolaan modal yang dimiliki. Profitabilitas yang baik
dapat meningkatkan posisi perusahaan serta memperkecil kemungkinan kebangkrutan.
Analisis profitabilitas yang dilakukan di PT. Musi Hutan Persada yatu analisis rasio margin laba kotor, analisis margin laba bersih, analisis rasio
return on investment ROI dan analisis rasio return on equity ROE. Perkembangan nilai rasio profitabilitas PT. Musi Hutan Persada periode 2007
sampai 2010 dapat dilihat dalam Gambar 10.
Profitabilitas
1.38 1.55
3.48 5.41
35.5 21.27
18.71 21.03
3.03 3.4
5.94 8.41
6.41 7.24
14.07 20.22
10 20
30 40
2007 2008
2009 2010
Tahun P
e r
se n
ta se
ROI Rasio Marjin Laba Kotor
Rasio Marjin Laba Bersih ROE
Gambar 10. Perkembangan trend Rasio Profitabilitas PT. Musi Hutan Persada Periode 2007-2010.
a. Rasio Marjin Laba Kotor gross profit margin Rasio ini mengukur persentase dari hasil sisa penjualan sesudah
perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dan secara relative semakin rendah harga pokok barang yang
dijual dan mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya
produksinya, mengidikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi
secara efisiensi
Pada Gambar 10 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun sampai 2010 menunjukkan trend menurun walaupun di tahun
2010 mengalami kenaikan menjadi 21,03 persen.. Nilai rata-rata dari rasio ni ini adalah sebesar 24,13 persen yang berarti bahwa setiap Rp 1,00,- penjualan
yang dilakukan, perusahaan akan memperoleh keuntungan usaha laba kotor sebesar Rp 0,2413,-.
Pada tahun 2008 dan 2009 nilai rasio mengalami penurunan. Penurunan drastis terjadi pada tahun 2008. Hal ini disebabkan karena laba
kotor yang diterima perusahaan sangat kecil akibat tingginya harga pokok penjualan yang tidak diimbangi dengan hasil penjualan. Harga pokok
penjualan yang tinggi disebabkan karena naiknya biaya – biaya yang tidak efisien.
b. Rasio Marjin Laba Bersih net profit margin
Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasiusaha,beban lain-lain dan
pajak sehubungan dengan penjualan. Rasio ini merupakan ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan
pengeluaran. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dan secara relative semakin rendah harga pokok barang yang dijual dan mengukur efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisiensi
Pada Gambar 10 terlihat erkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010 menunjukkan trend meningkat. Nilai rata-rata
dari rasio ini adalah sebesar 5,19 persen yang berarti bahwa setiap Rp 1,00,- penjualan yang dilakukan, perusahaan akan memperoleh keuntungan usaha
laba bersih sebesar Rp 0,0519,-. Peningkatan ini dsebabkan naiknya laba bersih yang diperoleh perusahaan karena biaya-biaya yang ditanggung
perusahaan semakin kecil seperti biya operasi dan biaya pinjaman. Kondisi
peningkatan tersebut
menunjukkan meningkatkannya
kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba bersih. Peningkatan yang
terjadi pada penjualan belum tentu dapat meningkatkan marjin laba bersih karena harus memperhitungkan faktor-faktor pengurang yang biasanya turut
mengalami kenaikan seiring dengan naiknya penjualan.
c. Rasio return on investment ROI