Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS PT. Musi Hutan Persada pada tanggal 21 Juli 1998, ditetapkan komposisi saham pada PT.
Musi Hutan persada sebagai berikut: 1. PT. Inhutani V
: 40 2. PT. Tanjung Enim Lestari
: 60
4.2. Misi Perusahaan
Misi dari PT. Musi Hutan Persada adalah: 1. Mendayagunakan kemampuan perusahaan dalam melaksanakan
pembangunan HTI sesuai dengan PP No. 6 tahun 1999 tentang pengusahaan hutan dan pemungutan hasil hutan pada hutan produksi untuk
mencapai sasaran pembangunan HTI yang optimal dengan luas efektif 193.500 ha berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 38Kpts-
II1996 tanggal 29 Januari 1996. 2. Meningkatkan pengelolaan HTI secara pofesional dan diusahakan dengan
mempertimbangkan kemantapan ketahanan perusahaan melalui usaha pelestarian manfaat sumber daya hutan sustainability, peningkatan
keuntungan yang optimal profitability, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan prosperity untuk menghasilkan produk kayu
bagi industri pulp dan industri kayu lainnya.
4.3. Sasaran Perusahaan
Sasaran dari PT. Musi Hutan Persada adalah: a. Memanen kayu hasil HTI sesuai dengan kapasitas PT. Tanjung Enim
Lestari. b. Menanam areal yang telah dipanen.
c. Menyerap sebanyak mungkin perusahaan-perusahaan kecil dan tenaga kerja, khususnya masyarakat sekitar HTI, terutama untuk kegiatan
pemanenan. d. Meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususnya, dan masyarakat pada
umumnya melalui diversifikasi usaha.
4.4. Bidang Usaha dan Wilayah Kerja
PT. Musi Hutan Persada bergerak dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri HTI, selain itu perusahaan juga melakukan usaha lain
yang mempunyai hubungan dengan bidang usaha tersebut di atas baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan badan usaha seperti badan
usaha kecil dan koperasi, misalnya: agribisnis, jasa kontraktror, dan usaha kecil lainnya. PT. Musi Hutan Persada merupakan pemasok kayu tunggal
untuk PT. Tanjung Enim Lestari dengan kebutuhan bahan baku kayu bulat ± memiliki kapasitas 2.000.000.000 m³ per tahun. Kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi oleh PT. Musi Hutan Persada yang memiliki potensi kurang lebih 3.000.000.000 m³ log, dengan diameter kayu terkecil 8 cm.
Perusahaan telah dan akan terus berupaya untuk menciptakan peluang pasar baru untuk mengurangi dampak negatif dari ketergantungan terhadap
pembeli tunggal, seperti PT. Tanjung Enim Lestari. Disamping memanfaatkan potensi tegakan yang ada, upaya diversifikasi ini juga mencakup pemanfaatan
kayu berdiameter kecil. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 38Kpts-II95
tanggal 29 Januari 1996, areal Hutan Tanaman Industri HTI PT. Musi Hutan Persada meliputi kawasan hutan seluas 296.400 ha. Areal-areal HTI ini
berada di wilayah Kabupaten Muara Enim, Ogan Komering Ulu, Lahat, Musi Rawas, dan Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan yang terbagi dalam 3
kelompok hutan yaitu: 1. Kelompok Hutan Lematang
2. Kelompok Hutan Subanjeriji 3. Kelompok Hutan Benakat
Kegiatan usaha pada PT. Musi Hutan Persada meliputi: Produksi dan pemasaran
a. Produksi meliputi kegiatan pemanenan dan penebangan kayu bulat. b. Pemasaran meliputi kegiatan penjualan kayu bulat hasil produksi yang
dimiliki oleh perusahaan.
Penanaman daur kedua a. Persiapan dan perencanaan terdiri atas kegiatan pengukuran areal kerja,
pemetaan, auditing dan risalah hutan, serta kegiatan inventarisasi tegakan dalam rangka pemanenan.
b. Penanaman meliputi kegiatan pembibitan, penyiapan lahan, penanaman serta pemeliharaan tahun berjalan berupa pemupukan dan penyiangan.
c. Pemeliharaan dan pembinaan hutan. Kegiatan pendukung lainnya
Kegiatan pendukung lainnya meliputi kegiatan pengendalian kebakaran dan kegiatan pengamanan hutan, pemenuhan kewajiban kepada negara,
pemenuhan kepada lingkungan dan sosial, pemeliharaan sarana dan prasarana, serta administrasi umum.
Kerjasama a. Mengelola Hutan Bersama Masyarakat MHBM
Merespon perkembangan sosial kemasyarakatan, perusahaan telah melaksanakan program mengelola hutan bersama masyarakat MHBM,
program ini menempatkan masyarakat sekitar hutan sebagai mitra sejajar pengusaha HTI dalam mengelola hutan tanaman industri.
b. Mengelola Hutan Rakyat MHR Kawasan hutan yang diselingi dengan kawasan perladangan milik
masyarakat, merupakan sumber kerawanan, baik berupa kebakaran hutan maupun perambahan kawasan hutan. Untuk mengatasi masalah tersebut,
perusahaan menawarkan kepada
masyarakat pemilik kawasan
perladangan untuk bekerja sama dengan perusahaan dalam program MHR. Dalam program MHR kawasan perladangan di antara lahan HTI
akan ditanami dengan tanaman HTI, dengan pola bagi hasil antara perusahaan dengan pemilik lahan.
4.5. Struktur Organisasi Perusahaan