Keanekaragaman jenis tumbuhan berdasarkan Shannon-Wienner Index Kerapatan jenis tumbuhan

49 di Desa Sungai Deras menjul hasil kayu manis hanya dalam bentuk bahan baku saja. Bertahannya harga kopi dikarenakan kebanyakan orang lebih mudah menerima kopi dibandingkan dengan sirup kayu manis. Bagi orang-orang yang masih awam rasa sirup kayu manis cukup aneh, meskipun memiliki khasiat yang lebih banyak dibandingkan dengan kopi. Selain itu krisis moneter juga menjadikan penjualan kayu manis menurun karena sulitnya transportasi untuk mengangkut kayu manis keluar dari Kerinci. Namun demikian kayu manis dan kopi Kerinci memiliki citra yang sama baiknya sebagai oleh-oleh khas Kerinci. Selain kedua tumbuhan tersebut, cengkeh Eugenia aromatica juga memilik prospek yang baik. Masyarakat lebih dulu diperkenalkan cengkeh dibandingkan dengan kayu manis. Namun cengkeh belum ditemukan cara pengolahannya yang menarik. Masyarakat hanya menjual biji cengkehnya saja sebagai bahan penyedap makanan dan bahan campuran rokok. Selain itu penjualan biji cengkeh bersaing dengan daerah lain di seluruh nusantara, karena sebagaimana diketahui cengkeh banyak juga terdapat di beberapa nusantara.

5.3.2 Keanekaragaman jenis tumbuhan berdasarkan Shannon-Wienner Index

H Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas serta untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stsabil meskipun ada gangguan terhadap komponen –komponennya. Keanekaragaman jenis merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Soegianto 1994 dalam Indriyanto 2006. Tumbuhan dari habitus palma memiliki keanekaragaman yang rendah yaitu 0. Hal ini disebabkan karena dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan jumlah jenis dari kelompok habitus tersebut yang ditemukan hanya satu jenis, yaitu tumbuhan pinang Areca catechu. Nilai keanekaragaman jenis yang paling tinggi ditemukan pada kelompok habitus pohon pada tingkat pertumbuhan pohon sebesar 3,54. Sedangkan untuk habitus perdu, liana, herba, semak dan paku berada pada kisaran 1,05 – 2,17 yang menunjukkan nilai sedang. Tingginya keanekaragaman jenis pada habitus pohon dikarenakan jenis hutan yang tergolong dalam hutan hujan dataran rendah yang sudah termasuk ke dalam hutan sekunder 50 tua yang memiliki karakteristik tingkat keanekaragaman jenis baik tumbuhan maupun satwaliar yang tinggi. Tabel 17 Nilai keanekaragaman speseies H‟ berdasarkan habitus No Habitus Tingkat pertumbuhan H Nilai 1 Perdu 1, 05 Sedang 2 Herba 1, 65 Sedang 3 Liana 1,76 Sedang 4 Paku 2, 12 Sedang 5 Semak 2, 17 Sedang 6 Palma 1 jenis H‟=0 Rendah 7 Pohon Semai 2,87 Sedang Pancang 3, 32 Tinggi Tiang 3,24 Tinggi Pohon 3,54 Tinggi

5.3.3 Kerapatan jenis tumbuhan

Kerapatan jenis tumbuhan dikelompokkan berdasarkan habitusnya hal ini sama dengan dasar perhitungan keanekaragaman tumbuhan. Tumbuhan dari habitus palma yang ditemukan hanya satu jenis tumbuhan saja yaitu pinang Areca catechu yang memiliki kerapatan sebesar 291,67 indha, Perbedaan nilai kerapatan dikarenakan nilai kerapatan dilihat dari jumlah individu tumbuhan tersebut dalan satuan ruang. Berbeda halnya dengan nilai keanekaragaman yang didasarkan atas banyaknya jenis tumbuhan yang ditemukan. Pada habitus herba yang memiliki nilai kerapatan terbesar adalah bayam ciya Irenine herbstii Hook. f. dengan kerapatan 1.041,67 indha, sedangkan kerapatan terkecil pada habitus herba adalah pisang kehauk Musa sp. dan pisang kemali rimbo Musa balbisiana Colla. dengan nilai kerapatan masing-masing sebesar 83,33 indha. Sirih air Piper sp. yang termasuk dalam habitus liana memiiki nilai kerapatan tertinggi pada habitus ini sebesar 4,58 indha sedangkan akar aru Derris eliptica Benth. yang juga dari habitus liana memiliki kerapatan terendah pada habitus ini sebesar 1,67 indha. Habitus semak yang memiliki kerapatan terbesar adalah jenis tumbuhan nyawon Vernonia cinerea LESS. dengan nilai sebesar 750 indha sedangkan kerapatan terkecil pada habitus semak terdapat pada jenis AT 5 Phronephryum asperum Presl. Holtum dengan nilai kerapatan yang sama sebesar 83,33 indha. 51 Pada tingkat anakan pohon atau semai yang memiliki kerapatan terbesar adalah kandih ayai Gracinia sp. dengan kerapatan sebesar 583,33 indha sedangkan kerapatan terkecil adalah medang jering Picrasma javanica Blume. dan kayu meluk Homalantus giganteus ZollMorr dengan kerapatan masing – masing 83,33 indha. Kerapatan terbesar pada tingkat pancang adalah kayu pecah pinggang Castanopsis malaccensis Gamble. dengan kerapatan 180 indha, sedangkan kerapatan terkecil adalah mangga Mangifera indica sebesar 6,67 indha. Kerapatan sebesar 38,33 indha dimiliki oleh semantao Ficus pandana yang merupakan kerapatan terbesar pada tingkat tiang. Kayu pandan memiliki kerapatan paling kecil pada tingkat tiang yaitu 1,67 indha. Mensiha Alangium rotundifolium Hassk. Bloemb., surian Toona sureni dan kulit manis Cinnamomum subavenium Miq. memiliki kerapatan yang sama dan merupakan yang terbesar pada tingkat pohon yaitu 5,42 indha. Kerapatan terkecil pada tingkat pohon terdapat pada jenis pulai Alstonia angustiloba Miq., sekung, medang kuning Litsea angulata Blum., medang pega Santiria tomentosa BL., kayu segati, balam puntai Litsea nidularis Gamble., medang kesi Schima wallichii Choisy, balam sesudu putaih Knema latericia Elmer., balam merah Rapanea hasseltii Mez., dan kayu tutut Macaranga conifera Zoll. Mull. Arg. dengan kerapatan sebesar 0,42 indha. Hasil perhitungan kerapatan menunjukkan bahwa tumbuhan di hutan adat ini tidak terlalu rapat terutama pada tingkat pertumbuhan pohon, sedangkan pada habitus tumbuhan bawah dan semai cukup rapat.

5.3.4 Dominansi jenis tumbuhan