Sistem adat dan ritual

22 Desa Rawang. Segala urusan yang ada di Desa`Sungai Deras akan menjadi urusan di Rawang, begitu juga sebaliknya.

4.4.5 Sistem adat dan ritual

Masyarakat Suku Kerinci pada setiap desa memiliki kebudayaan yang berbeda pada beberapa skala kegiatan kecil, sedangkan secara garis besar kebudayaan mereka sama, begitu pula yang terjadi pada masyarakat Desa Sungai Deras, seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa masyarakat Sungai Deras memilki nenek moyang yang berasal dari Desa Rawang, maka sistem adat desa ini sama dengan yang dimiliki oleh Desa Rawang. Masyarakat Suku Kerinci membagi sistem adatnya dengan cara sebagai berikut sebagai pemegang jabatan tertinggi adalah depati, namun tidak setiap desa di Kerinci dipimpin oleh Depati. Hal ini dikarenakan depati membagi tugasnya dalam memimpin setiap desa kepada bawahan atau anak buah yang disebut sebagai mangku dan bensu untuk memimpin para keturunannya. Kepemimpinan setiap desa ditentukan oleh asal keturunan atau ninik mamak dari desa tersebut, karena ninik mamak masyarakat Desa Sungai Deras merupakan keturunan mangku, maka ketua adat yang memimpin masyarakat Desa Sungai Deras adalah mangku dengan gelar Mangku Sukaramai Kodrat. Mangku sebagai bawahan depati terbagi menjadi tiga kelompok yaitu Mangku Sukaramai Napura, Mangku Sukaramai Hitam dan Mangku Sukaramai Kodrat. Mangku secara umum memiliki tugas sebagai menteri sedangkan bensu memiliki tugas seperti Dewan Perwakilan Rakyat DPR sehingga apapun yang dikatakan atau menjadi keputusan bensu tidak dapat diganggu gugat. Ritual adat yang terdapat dan masih dijalankan oleh masyarakat Suku Kerinci di Desa Sungai Deras antara lain Kenduri Sko dan Tuhaun Kayei. 1 Kenduri Sko Kardinos 2010, menyebutkan bahwa Pusako dalam bahasa indonesia sama dengan „pusaka‟ yaitu, apa–apa yang diterima dari nenek moyang,berupa harta benda dan lain-lain. Sedangkan sko berkaitan dengan pihak ibu baik berupa gelar kaumsukukelebu maupun berupa harta pusaka tinggi. Menurut adat Kerinci pusaka terbagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Pusaka yang datangnya dari bapak dinamai ”harta”. 23 2. Pusaka yang datangnya dari ibu dinamai ”sko”. Sko asal dari ibu terdiri dari dua macam a. Sko tanah boleh di-ico diolah, digarap, dimanfaatkan. b. Sko gelar boleh dipakai: yang mana sko gelar itu dihibahkan oleh ibu kepada mamak saudara laki-laki ibu, sebagai penerima mandat. 3. Pusaka yang datangnya dari guru dinamai ”ilmu”. 4. Pusaka yang datangnya dari orang banyak dinamai ”gawe kerapat” atau ”gotong royong”. Kenduri sko adalah suatu acara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat kerinci dalam melestarikan budaya yang sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka. Kenduri pusaka dan kenduri sko adalah suatu rangkaian acara adat yang saling berhubungan satu sama lain. Sebab disaat kenduri pusaka dilaksanakan maka kenduri sko pun harus dilaksanakan. Kenduri pusaka dan kenduri sko dilaksanakan setiap panen raya padi maupun saat paceklik. Kenduri sko secara adat Kerinci adalah suatu acara pengukuhan gelar suku atau kepala adat. Sedangkan kenduri pusaka dimana semua pusaka yang ada dari nenek moyang mereka dikeluarkan dari tempat penyimpanannya untuk disucikan atau dibersihkan oleh para suku atau kepala adat yang telah dikukuhkan disaat kenduri sko dan disaksikan oleh seluruh masyarakat kerinci. Mengenai warisan ”sko” atau gelar pusaka kelebu suku yang turun temurun, disandang oleh mamak kelebu. Gelar sko mamak kelebu merupakan titel jabatan selaku raja adat, tetua adat atau kepala suku. Gelar tetua adat tersebut akan di pakai seumur hidup, tidak di gilir di ganti antara saudara-saudara senenek. Sedang Kerinci bagian hilir gelar adat di gilir di ganti pada setiap upacara kenduri sko Kardinos, 2010. Upacara adat kenduri sko sebagai suatu acara tentunya terdapat perlengkapan –perlengkapan pendukung acara tersebut. Perlengkapan– perlengkapan yang diperlukan dalam upacara kenduri sko antara lain: 1. Tenda atau taruk berukuran besar di atas tanah mendapo tempat berlangsungnya upacara adat kenduri sko. 2. Umbul-umbul atau bendera berwarna-warni disekitar tempat upacara. 3. Bendera merah putih berbentuk segitiga siku-siku berukuran besar, dalam bahasa Kerinci bendera ini disebut dengan karamtang. Karamtang ini 24 dipasang ditempat terbuka pada ketinggian mencapai 30 meter. Pada bagian puncaknya digantunngkan tanduk kerbau. Bendera ini merupakan sebuah isyarat tentang adanya kenduri sko dan sekaligus menjadi undangan bagi masyarakat banyak untuk datang menghadiri upara yang sakral itu. 4. Pakaian adat, keris, dan tongkat yang dipakai oleh para pemangku adat. 5. Pakaian adat para dayang, dalam bahasa kerinci disebut dengan lita dan kulok. 6. Pedang hulubalang untuk keperluan pencak silat 7. Sesajian berupa beras kuning, kemenyan, dan adonan sirih nan sekapur – rokok nan sebatang. 8. Gong, gendang dan rebana untuk keperluan kesenian daerah yang akan ditampilkan dalam rangkaian prosesi upacara Kardinos, 2010. Pakaian yang dipakai oleh para depati dan ninik mamak mempunyai arti dan makna tertentu menurut adat Kerinci. Cara memakainya juga berbeda antara depati dan ninik mamak ,yang terletak pada ikatan kepala dan selempang sarungnya. Jika depati memakai seluk dan ninik mamak memakai lita, begitu pula kain sarungnya jika depati sarungnya lurus dan ninik mamak sarungnya miring. Umumnya pakaian depati dan ninik mamak berwarna hitam dengan hiasan sulaman benang warna kuning pada dada yang bermakna : 1. Hitam melambangkan rakyat banyak yang berarti kekuatan, jadi depati dan ninik mamak memiliki kekuatan karena rakyatnya. 2. Kuning melambangkan kekuasaan yang berarti berundang berlembago, jadi depati dan ninik mamak melaksanakan kekuasaan berdasarkan undang – undang dan lembaga. 3. Busana pemangku adat ini juga digunakan oleh para pemangku adat untuk menghadiri perhelatan pernikahan . Antoni 2008, menjelaskan rangkaian acara yang biasanya dimulai pada pukul 08.00 pagi pada hari yang telah ditetapkan, semua masyarakat berdatangan ke Tanah Mendapo. Adapun rangkaian acaranya adalah sebagai berikut: 1. Pencak silat Pencak silat adalah seni bela diri dengan menggunakan dua mata pedang.Pencak silat ini dimainkan oleh sepasang anak laki-laki yang masing- 25 masing memegang satu pedang. Mereka mempertontonkan keahlian bermain senjata tajam. 2. Tari persembahan Tari persembahan adalah tari untuk menyerahkan sekapur sirih kepada para petinggi-petinggi daerah yang hadir, depati nan bertujuh, permanti nan sepuluh, mangku nan baduo serta ngabi teh santio bawo, juga menyerahkan sekapur sirih kepada calon depati, ngabi, permanti dan mangku yang akan dinobatkan menjadi pemangku adat yang baru. 3. Tarian asyeak Tarian asyeak yaitu tarian upacara yang pada klimaksnya dapat membuat penari kesurupan trance sehingga tubuh para penari tersebut tidak mempan oleh senjata tajam atau api, meniti mata keris atau pedang tanpa luka. Biasanya tarian jenis ini terasa dominan mempengaruhi unsur-unsur magis, sehingga tidak bisa dipertunjukkan disembarang waktu. 4. Tari massal Tarian ini ditata sedemikian rupa khusus dipagelarkan untuk acara-acara perhelatan besar seperti festival danau Kerinci dan juga kenduri sko. Tarian ini ditata dengan konfigurasi menggambarkan keadaan geografis Kerinci yang berbentuk kawah landai. Gerakan yang ditarikan merupakan gerak- gerak tari tradisional Kerinci seperti tari rangguk dan tari iyo-yo. 5. Tari rangguk Tari rangguk ini merupakan tarian spesifik Kerinci yang populer. Tarian ini ditarikan oleh beberapa gadis remaja sambil memukul rebana kecil. Tarian ini diiringi dengan nyanyian sambil mengangguk-anggukkan kepala seakan memberikan hormat. Tari rangguk dilakukan pada acara-acara tertentu seperti menerima kedatangan depati tokoh adat Kerinci, tamu dan para pembesar dari luar daerah. 6. Penurunan pusaka Menurunkan pusaka dari rumah gadang dalam bahasa kerinci rumah gadang disebut umoh deh dibawa ke tanah mendapo tempat upacara dilaksanakan. Oleh para sesepuh adat, pusaka itu lalu dibuka satu persatu, dibersihkan dan 26 dipertontonkan kepada masyarakat sambil menceritakan asal usul atau sejarah pusaka tersebut. 7. Penobatan para pemangku adat Semua calon depati dan ngabi memakai pakaian adat berwarna hitam dan berbenang emas. Dipinggang sebelah kanan diselipkan sebilah keris. Untuk calon permanti dan mangku juga memakai pakaian adat dan sebuah tongkat yang terbuat dari kayu pacat. Calon depati dan permanti baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai di atas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan gelar sko yang akan dijabatnya. 8. Pemberian sesajen Setelah semua prosesi tersebut selesai beberapa sesajen yang dibuat di taruh ke makam nenek moyang mereka yang terletak di Hutan Adat Bukit Tinggai. Terdapat dua makam nenek moyang mereka di dalam hutan adat. Gambar 3 Makam nenek moyang suku Kerinci di Desa Sungai Deras. Tradisi masyarakat Kerinci dalam mengadakan kenduri sko, yang lain terdapat pidato adat yang disebut deto talitai. Deto talitai ialah rangkaian pidato adat yang disampaikan dalam bahasa berirama, dilakukan sewaktu upacara kenduri sko dan pengukuhan gelar kebesaran tertua adat atau kepala suku depati ataupun ninik mamak. Pidato adat ini berbentuk prosa berirama dan didalamnya terdapat pepatah petitih. Setelah penyampaian pidato deto talitai oleh orang yang ditugaskan biasanya seseorang yang berjabatan pemangku, ninik mamak, depati atau setingkat depati. Diikuti dengan maklumat sumpah karang setio yang berisi peringatan keras pada orang yang menyandang gelar sko yang dikukuhkan pada hari ia dinobatkan menjadi ketua adat depati.sumpah karang setio tersebut 27 secara umum terdapat pada masing-masing lurah atau wilayah persekutuan adat Kerinci. 2 Tuhaun Kayei Turun mandi pada masyarakat Kerinci dikenal dengan is tilah “tuhaun kayei” artinya turun ke air. Upacara turun mandi dilaksanakan setelah bayi berumur kurang lebih satu minggu. Ketika upacara itu bayi dibawa oleh dukun yang juga membawa keris atau bunga sebagai tanda jenis kelamin sang bayi. Apabila bayi yang dibawa laki-laki maka sang dukun akan membawa keris dan apabila sang dukun membawa bunga maka bayi yang dibawa berjenis kelamin perempuan. Benda yang dibawa sang dukun tidak selalu keris dan bunga, terkadang kain hitam atau putih. Kain hitam untuk bayi laki-laki dan kain putih untuk bayi perempuan. Sedangkan sang ibu mengikuti di belakang dengan membawa kain hitam kira-kira 15 cm yang telah dijalin dan pada salah satu ujung kain itu dibakar sehingga menimbulkan api dan asap. Ibu sang bayi juga membawa ramuan yang terdiri dari daun pedangi putih, daun pedangi hitam, daun setawah, sidingin dan limau. Ramuan tersebut diletakkan di dalam wadah yang berwarna putih. Bayi tersebut dibawa ke sungai terdekat untuk dimandikan menggunakan air sungai dan ramuan yang dibawa oleh ibu sang bayi, ujung kain yang telah dijalin diijak pada bagian yang tidak dibakar, dengan maksud supaya segala penyakit telah dipijak oleh dukun tadi dan semoga bayi tersebut sehat selalu.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Responden yang berhasil diwawancarai sebanyak 65 orang yang digolongkan berdasarkan kondisi sosial ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, kelas umur dan jenis kelamin. Berikut dijelaskan penggolongan masyarakat berdasarkan kondisi sosial ekonominya.

5.1.1 Pendidikan

Responden berdasarkan tingkat pendidikan digolongkan dalam empat tingkatan yaitu tidak sekolah, Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Atas SMA. Gambar 4 menunjukkan tingkat pendidikan responden yang diwawancarai. Gambar 4 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan. Responden yang tidak bersekolah sebanyak lima orang 7,69, Sekolah Dasar SD sebanyak 16 orang 24,62, Sekolah Menengah Pertama SMP sebanyak 18 orang 27,69 dan Sekolah Menengah Atas SMA sebanyak 26 orang 40,00. Meskipun sarana pendidikan di Desa Sungai Deras baru sebatas SMP, jumlah responden dengan tingkat pendidikan terbanyak merupakan SMA. Hal ini diakibatkan oleh jarak antara Desa Sungai Deras dengan ibukota kabupaten yang dekat dengan akses yang mudah dijangkau sehingga terdapat pengaruh modernisasi. Selain itu, jumlah sarana kesehatan yang tersedia hanya pos KB, yang menjadikan responden perlu mencari alternatif untuk pengobatan, sehingga tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pengetahuan responden tentang tumbuhan berguna. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh, bahwa masih 7,69 24,62 27,69 40,00 Tidak sekolah SD SMP SMA