Kayu Akasia Ekstender Perekat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Akasia

Acacia mangium Willd Kayu akasia termasuk dalam famili Leguminoceace, sub famili Mimosoidae dan ordo Rosales. Akasia merupakan tumbuhan asli dari Australia Utara, Papua New Guinea dan Indonesia Maluku dan Irian Jaya. Menurut Mandang dan Pandit 1997, akasia memiliki BJ rata-rata 0,61 termasuk kelas awet III dan kelas kuat II-III. Siagian et al. 1999 diacu dalam Dewi 2008, menyatakan bahwa bertambahnya umur kayu akasia cenderung menaikkan berat jenis kayu dan kadar pentosan dengan nilai berkisar antara 0,47-0,56 dan 16,69 - 17,84 . Sedangkan untuk kadar selulosa 52,12 - 50,53 , kadar lignin 29,81 - 28,51 , kelarutan dalam etanol benzene 6,77 - 4,38 , kelarutan dalam air dingin 4,85 - 3,44 , dan derajat keasaman 6,7 – 5,7 cenderung menurun. Akasia memiliki karakteristik cepat tumbuh oleh karena itu dipilih sebagai salah satu jenis tanaman utama dalam HTI. Jenis ini sering dimanfaatkan untuk produksi tanin, pulp dan kertas. Salah satu kelebihannya adalah warnanya mirip dengan kayu jati, dan saat ini telah digunakan sebagai substitusi kayu jati baik secara parsial maupun secara total. Selain itu, akasia mempunyai serat yang lebih baik dibandingkan dengan kayu tropis lainnya. Serat tersebut dapat menghasilkan kertas dengan tingkat stiffness kekakuan dan smoothness kehalusan yang lebih baik.

2.2 Ekstender Perekat

Ekstender adalah bahan yang memiliki kemampuan untuk merekat tetapi bukan base. Proporsinya lebih banyak dibandingkan dengan fillers dan terutama berfungsi untuk mengurangi biaya perekat. Penambahan ekstender yang berlebihan dapat menurunkan keseluruhan kualitas produk yang dihasilkan Ruhendi et al. 2007. Kliwon 1987 diacu dalam Monalisa 2008, menggolongkan bahan ekstender menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Bahan berpati misalnya terigu, tapioka, dan sagu. 2. Bahan berprotein misalnya tepung darah, kedelai, dan bungkil kacang tanah. 3. Turunan lignin dan ekstrak kulit kayu.

2.3 Kulit Kayu