Riwayat Penyelesaian Tanah Program Pembaruan Agraria Nasional

Wiradi 2009 mengungkapkan di satu sisi rakyat menganggap tanah adalah tumpuan kehidupannya, sementara di sisi lain negara membutuhkan pengorbanan rakyat untuk menyerahkan tanahnya demi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Berkaitan dengan tanah perkebunan di Jasinga, ternyata pesan tersebut tidak sejalan dengan kenyataan yang terjadi. Kenyataannya justru terjadi konflik mengenai penguasaan dan penggarapan tanah perkebunan. Rakyat sangat membutuhkan tanah untuk menyambung hidupnya, sedangkan luas garapan yang diberikan pemerintah dirasa kurang dan jumlah penggarap terus bertambah. Telah disebutkan sebelumnya bahwa luas areal perkebunan PT. PP. Jasinga awalnya adalah adalah 3 326.9299 ha, kemudian setelah diberikan HGU oleh pemerintah menjadi 2 426 ha karena sekitar 900 ha telah diberikan oleh rakyat yang telah menggarap lahan tersebut selama bertahun-tahun. HGU yang diberikan pada tanggal 3 Agustus 1978 itu berakhir 20 tahun kemudian, tepatnya tanggal 4 Agustus 1998. Sejak berakhirnya masa HGU perkebunan itu, tuntutan rakyat untuk memiliki tanah tersebut semakin memuncak. Rakyat benar-benar haus tanah pada saat itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi pada era tersebut Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi. Tuntutan rakyat yang semakin menggebu tidak membuat pemerintah Jasinga tinggal diam. Akhirnya dibentuklah Paguyuban 10 Kepala Desa untuk mengusahakan agar rakyat mendapatkan hak atas tanah tersebut atas nama sendiri. Melalui proses yang cukup panjang dan dengan usaha serta kerja keras rakyat dan Paguyuban 10 Kepala Desa tersebut, tuntutan mereka akhirnya mendapat jawaban pihak perkebunan. PT. PP. Jasinga bersedia melepaskan tanah untuk para penggarap di 10 desa dalam 3 tahapan: 1 tahun 1998 seluas 419 ha, 2 tahun 2000 seluas 86 ha, dan 3 tahun 2003 seluas 537 ha. Total tanah yang dilepaskan oleh PT. PP. Jasinga adalah seluas 1 043 ha dengan perkiraan semula jumlah penggarap sebanyak 4 581 orang. Sesudah tuntutan dipenuhi oleh pihak perkebunan, nampaknya rakyat belum juga merasa puas. Mereka ingin mendapatkan kepastian hukum atas tanah mereka. Hal ini karena mereka takut jika sewaktu-waktu tanahnya akan diambil kembali oleh pihak perkebunan. Akhirnya mereka membuat tuntutan baru, yakni mengenai kejelasan status atas tanah mereka dengan sertifikasi. Paguyuban 10 Kepala Desa juga membantu menyuarakan tuntutan ini ke pemerintah. Harapan rakyat akhirnya mendapat perhatian dari pemerintah Kabupaten Bogor dengan mengadakan program reforma agraria yang dinamakan Program Pembaruan Agraria Nasional PPAN di Kecamatan Jasinga. Program ini merupakan yang pertama di Kabupaten Bogor dan menjadi percontohan.

2. Riwayat Penyelesaian Tanah

Proses untuk mendapatkan hak atas tanah bekas perkebunan PT. PP. Jasinga tidaklah mudah, butuh waktu yang cukup panjang hingga akhirnya dibuat kesepakatan antara Paguyuban 10 Kepala Desa dengan PT. PP. Jasinga. Kesepakatan tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu BPN-Kab. Bogor 2007: 1. Kesepakatan Awal a. Kesepakatan 1 Mei 1998 untuk mengelola sebagian lahan perkebunan untuk menanam secara tumpangsari seluas ± 419 ha. b.Kesepakatan 17 Mei 2000, antara PT. PP. Jasinga dengan kepala Desa Koleang, dilepaskan seluas ± 86 ha. c. Pernyataannya 28 Januari 2002, 29 Januari 2003, dan 4 Januari 2003, seluas ± 537 ha untuk masyarakat penggarap di 10 desa dan seluas 1.50 ha untuk pasar Desa Setu. 2. Kesepakatan Selanjutnya Hasil rapat tanggal 13 Oktober 2006 disepakati pembagian areal seluas 2426.9279 ha dengan rincian sebagai berikut: a. Seluas ± 1 043 ha untuk dibagikan kepada masyarakat penggarap. b. Seluas ± 1 283 ha yang direncanakan dalam rangka perpanjangan HGU oleh PT. PP. Jasinga. c. Seluas ± 100 ha untuk kepentingan pemerintah Kabupaten Bogor. 3. Kesepakatan Akhir a. Surat pernyataan penyerahan PT. PP. Jasinga tanggal 15 Januari 2007 yang menyatakan menyerahkan sebagian bekas HGU seluas 1 138.2734 ha kepada negara yang selanjutnya untuk diberikan kepada masyarakat penggarap seluas 1 038.2734 ha dan seluas 100 ha untuk pemda. b. Surat pernyataan dari PT. PP. Jasinga tanggal 15 Januari 2007 yang menyatakan menyerahkan sebagian bekas HGU seluas 30.1565 ha kepada negara yang selanjutnya untuk demplot.

3. Program Pembaruan Agraria Nasional

Kegembiraan para penggarap mendapatkan lahan bekas HGU perkebunan Jasinga ternyata belum cukup membuat mereka merasa aman. Ada kekuatiran akan diambil kembali tanah tersebut oleh pihak perkebunan atau pemerintah karena tidak adanya kepastian hukum mengenai hak atas tanah tersebut. Karena itu, mereka membuat tuntutan baru, yaitu meminta agar mereka mendapat perlindungan secara hukum atas status tanah mereka, yakni dengan cara memberikan sertifikat atas tanah mereka. Harapan para penggarap akhirnya dikabulkan oleh pemerintah dengan mengadakan PPAN pada tahun 2007. Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya program ini antara lain: 1 adanya jaminan kepastian hak bagi masyarakat yang asalnya penggarap menjadi pemilik, 2 adanya motivasi bagi petanipenggarap dalam mengolah tanah sehingga kesejahteraannya meningkat karena bagi petani tanah meruakan sumber kehidupan dan mata pencaharian pokok, 3 terciptanya Catur Tertib Pertanian BPN-Kab. Bogor 2007. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bogor merumuskan tujuh buah tujuan yang ingin dicapai dari PPAN. Ketujuh tujuan tersebut di antaranya: 1. Mengurangi ketimpangan pemilikan tanah 2. Mengurangi pengangguran 3. Mengatasi berbagai sengketa, konflik, dan perkara 4. Membuka akses ekonomi 5. Menjamin kepastian hukum dan penguatan hak-hak rakyat 6. Meningkatkan kesejahteraan 7. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup Program reforma agraria atau PPAN di Kecamatan Jasinga ini melalui berbagai tahapan. Tahap yang pertama yaitu rapat koordinasi antara pihak pemerintah Kabupaten Bogor, pemerintah Kecamatan Jasinga, pihak perkebunan, dan perwakilan dari penggarap. Selanjutnya tahap sosialisasi, identifikasi subjek calon penerima lahan, identifikasi bidang tanah yang akan dibagi-bagikan, pendataan dan pengumpulan data yuridis, desain penataan infrastruktur jalan, desain penataan bentuk dan luasan kavling, penataan sarana dan prasarana, serta pendaftaran pensertifikatan. Sembilan tahapan kegiatan PPAN yang telah disebutkan di atas menetapkan bahwa telah diterbitkan sertifikat untuk sejumlah 7 000 bidang tanah dengan perincian sebagai berikut. 1. Sebanyak 6 907 bidang tanah untuk 5 900 orang dengan luas 1 030 ha. 2. Sebanyak 30 bidang untuk pemerintah Kabupaten Bogor dan 40 bidang untuk pemerintah desa dengan luas 100 ha. 3. Sebanyak 21 bidang untuk wakaf dengan luas 0.732 ha. 4. Sebanyak 2 bidang untuk demplot BPN dengan luas 30.7 ha. Tabel 4 Uraian hasil kegiatan PPAN di Kecamatan Jasinga Sumber: BPN Kabupaten Bogor 2007 Sembilan tahapan yang dilalui hingga akhirnya menghasilkan uraian seperti dalam Tabel 4 dilaksanakan secara musyawarah mufakat yang difasilitasi oleh tim teknis tingkat desa dan kecamatan. Perolehan masyarakat dari hasil kegiatan ini adalah surat pernyataan garapan dari masyarakat yang diketahui oleh kepala desa, surat keterangan penggarapan masyarakat dari desa yang diketahui oleh camat, dan surat permohonan pensertifikatan tanah dari kepala desa yang diketahui camat terhadap nama-nama penggarap. Tanggapan masyarakat, khususnya para penggarap, terhadap program reforma agraria ini sangat baik. Masyarakat merasa senang karena harapannya Uraian Bidang Orang Luas ha Masyarakat penggarap tidak mampu a. Pertanian b. Non pertanian Sub jumlah 5 141 1 766 6 907 4 083 1 739 5 822 933.3036 96.7628 1 030.664 Masyarakat mampu PNBP - - 6.9384 PemdesPemkab 61 - 18.754 Pemerintah Kabupaten Bogor 30 - 70.9238 PT. PP. Jasinga 15 - 938.4942 Demplot 2 - 30.7364 Ahli wariskaryawan PT. PP. Jasinga - - 104.3907 Pemerintah provinsi setudanau - - 9.6029 Perencanaan penataan jalan - - 28.0211 Jumlah 7 015 5 822 2 237.9279 untuk mendapatkan kepastian hukum atas tanah mereka dikabulkan oleh pemerintah Kabupaten Bogor dengan jalan diadakannya program reforma agraria ini. REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Reforma Agraria di Desa Sipak Reforma agraria adalah program pemerintah yang melingkupi penyediaan asset reform dengan melakukan redistribusi tanah dan penyediaan access reform untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Reforma agraria yang dilaksanakan di Kecamatan Jasinga berlangsung pada tahun 2007. Penerima program ini merupakan 10 desa di Jasinga yang dilalui areal bekas perkebunan PT. PP. Jasinga, salah satunya adalah Desa Sipak. Sesudah diadakan pengukuran dari pihak BPN, desa ini memperoleh hak sebanyak 407 bidang tanah dengan 402 hak milik dan dua hak pakai. Berita mengenai hal ini disambut antusias oleh warga desa, khususnya warga yang telah menggarap tanah di perkebunan tersebut selama bertahun-tahun. warga mengaku senang karena akan dibagi-bagikan tanah dan sertifikat oleh pemerintah. Program reforma agraria yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu penyediaan asset reform dan access reform. Asset reform terdiri dari tersedianya lahan untuk dibagikan kepada rakyat dan adanya sertifikasi gratis terhadap lahan yang dibagikan, sedangkan access reform terdiri dari tersedianya infrastruktur dan sarana produksi, pembinaan dan bimbingan teknis kepada penerima manfaat, tersedianya dukungan permodalan, dan tersedianya dukungan distribusi pemasaran.

1. Penyediaan