Kemampuan Memanfaatkan Peluang Peranan Reforma Agraria dalam Meningkatkan Kapasitas dan Kesejahteraan Petani

pasar untuk mendistribusikan hasil produksi, 8 mengetahui adanya koperasi simpan pinjam untuk dukungan permodalan, 9 dan mengetahui adanya bank untuk dukungan permodalan.

2. Kemampuan Memanfaatkan Peluang

Kemampuan memanfaatkan peluang yaitu tingkat kemampuan petani dalam mengakses program reforma agraria yang tersedia serta sumber-sumber perkreditan, pasar, informasi, dan teknologi yang ada. Tabel 10 memperlihatkan jumlah dan persentase responden berdasarkan kemampuannya memanfaatkan peluang. Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat kemampuan memanfaatkan peluang di Desa Sipak tahun 2012 Tingkat kemampuan memanfaatkan peluang Jumlah n Persentase Rendah 31 96.9 Tinggi 1 3.1 Total 32 100.0 Kemampuan memanfaatkan peluang dalam penelitian ini yaitu bagaimana petani memanfaatkan potensi-potensi yang terdapat di desanya untuk menunjang keberlanjutan usaha taninya, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Tabel 10 menunjukkan bahwa sebanyak 96.9 responden berada dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, banyak di antaranya yang tidak memanfaatkan potensi-potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk menunjang usaha taninya, seperti memanfaatkan tanah redistribusi, memanfaatkan pasar untuk menjual hasil pertanian, dan memanfaatkan bank untuk sumber perkreditan mereka atau menyimpan uang hasil produksi pertanian. Ada berbagai alasan mengapa warga tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada, salah satunya adalah takut. Warga takut kalau tanah yang digarapnya akan diambil lagi oleh pemerintah sehingga mereka lebih memilih menjualnya karena akan mendapat uang lebih banyak dari hasil penjualan tersebut. Sebenarnya wacana tersebut hanyalah kabar burung yang tidak jelas sumbernya dari mana dan tidak dapat dipastikan kebenarannya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan seorang responden sebagai berikut. “Dulu sempet digarap lahan itu, yah paling cuma setahun lah ngegarapnya abis itu dijual. Soalnya denger kabar kalo tanahnya bakalan diambil lagi sama pemerentah. Kan sayang kalo udah capek-capek ngegarap terus dihargainnya cuma sedikit. Ya udah lah mending dijual aja, kebetulan waktu itu ada yang nawar empat juta” AR, 45 tahun. “Belum lama juga saya ngejual tanah itu, sekitar tahun 2009 lah kira-kira. Saya ngejual tanah itu karena ikut-ikutan yang lain, yang lainnya pada ngejual, ya saya ikutan. Abis katanya tanahnya mau diambil lagi sama yang punya pemerintah. Takutnya kan nanti ngga dikasih uang ganti rugi kalo beneran diambil, jadi lebih baik saya jual” AB, 35 tahun. Alasan mengapa warga tidak mau memanfaatkan pasar sebagai tempat untuk menjual hasil produksi pertanian adalah karena sudah ada pengumpul yang akan membawanya ke pasar. Warga lebih mempercayakan kepada para pengumpul daripada menjualnya sendiri ke pasar, padahal keuntungan yang didapatkan dengan cara seperti itu justru lebih kecil dibandingkan jika menjualnya sendiri. Dalam hal mengakses bank untuk sumber perkreditan, warga mengaku takut jika tidak bisa mengembalikannya lagi sehingga warga memilih untuk mengolah lahan pertanian seadanya saja, tidak diberi pupuk atau pestisida untuk mengusir hama.

3. Kemampuan Mengatasi Masalah