7.2. Permintaan Cabai Merah Besar Usaha Restoran Sunda di Jakarta
Selatan
Permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan diperoleh dengan memasukkan variabel-variabel bebas yang diduga berpengaruh
terhadap permintaan cabai merah besar ke dalam persamaan regresi linear berganda. Hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program
Eviews 7 menunjukkan hasil pendugaan fungsi permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan, seperti terlihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Hasil Pendugaan Fungsi Permintaan Cabai Merah Besar Usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan
Keterangan : Nyata pada taraf α 20 persen
Sumber : Data diolah 2011
Prediktor Koefisien
Standar Error
T-Hit P
VIF E
Constanta 780.12965070
572.23118319 1.36
0.231 Harga Cabai Merah
Besar HCS -0.00173892
0.00799664 -0.22
0.836 1.471 -
Harga Jual Rata-rata Masakan HJRMS
0.00063310 0.00741847
0.09 0.935
2.550 -
Harga Minyak Goreng HMGS
-0.00423819 0.05227598
-0.08 0.939 8.363
- Harga Gula HGS
-0.05786000 0.02831247
-2.04 0.096 5.267 -3.651
Rata-rata Penerimaan Restoran RPRPS
0.00000024 0.00000015 1.56 0.180 2.787
0.224 Dummy Skala Usaha
SUS 10.47902148
37.78541040 0.28
0.793 1.987
- Dummy Jarak Lokasi
JLS 18.31267855
19.17487016 0.96
0.383 1.706
- R
2
89.9 R
2
adjusted 75.7
Durbin-Watson 2.148
F-hit 6.348
Peluang 0.029
F table 2.209
Chi-squared table 7.29
Berdasarkan Tabel 30 diperoleh fungsi permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan sebagai berikut:
DCS = 780.12965070 – 0.00173892 HCS + 0.00063310 HJRMS – 0.00423819 HMGS – 0.05786000 HGS + 0.00000024 RPRS + 10.47902148 SUS +
18.31267855 JLS Berdasarkan Tabel 30, fungsi permintaan cabai merah besar usaha
Restoran Sunda memiliki R
2
adjusted sebesar 75.7 persen. Artinya bahwa keragaman permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan
dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat dalam fungsi permintaan sebesar 75.7 persen, sedangkan sisanya sebesar 24.3 persen dijelaskan
oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam fungsi permintaan tersebut. Berdasarkan Tabel 30 diperoleh F
hitung
sebesar 6.348 . Jika taraf α = 20
persen maka F
hitung
= 6.348 lebih besar dari F
tabel
= 2.209, maka kesimpulan yang diperoleh adalah tolak H
0.
Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel-variabel bebas harga cabai merah besar, harga minyak goreng, harga
gula pasir, harga jual rata-rata masakan, rata-rata penerimaan restoran, dummy skala usaha, dan dummy jarak lokasi berpengaruh nyata pada permintaan cabai
merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan pada taraf kepercayaan 80 persen.
Tabel 30 menunjukan bahwa pada fungsi permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda, semua variabel bebas memiliki tanda koefisien yang sama
dengan hipotesis yang diharapkan. Variabel harga cabai merah besar HCS yang merupakan harga input , harga minyak goreng HMGS, dan harga gula pasir
HGS bertanda negatif -, sedangkan harga jula rata-rata masakan HJRMS
yang merupakan harga output, rata-rata penerimaan restoran RPRS, dummy skala usaha SUS, dan dummy jarak lokasi JLS bertanda positif +.
Uji statistik t menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel harga gula pasir HG dan rata-rata penerimaan restoran RPR lebih kecil dari 0.20 yang
berarti bahwa variabel harga gula pasir dan rata-rata penerimaan restoran berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda
pada taraf nyata 20 persen. Variabel harga cabai merah besar HCS, harga minyak goreng HMGS, harga jual rata-rata masakan, dummy skala usaha SUS,
dan dummy jarak lokasi JLS menunjukkan nilai probabilitas yang lebih besar dari 0.20 yang berarti bahwa variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh nyata
terhadap permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda pada taraf α = 20
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa secara parsial, hanya harga gula pasir dan rata-rata penerimaan restoran yang signifikan mempengaruhi permintaan cabai
merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan. Multikolinearitas dalam fungsi permintaan cabai merah besar usaha
Restoran Sunda di Jakarta Selatan dapat dideteksi dengan melihat nilai VIF yang harus lebih kecil dari sepuluh. Pada Tabel 30 dapat dilihat bahwa nilai VIF semua
variabel bebas lebih kecil dari sepuluh, yaitu antara 1.471 sampai 8.363 sehingga antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain tidak terjadi
hubungan yang mendekati sempurna ataupun hubungan yang sempurna. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada fungsi permintaan cabai
merah besar pada Restoran Sunda di Jakarta Selatan tidak terdapat masalah multikolinearitas.
Autokorelasi dalam fungsi permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan dapat dideteksi dengan uji Breusch-Godfrey, seperti pada
Lampiran 13 diketahui bahwa nilai chi-squared
hitung
sebesar 3.657 . Jika taraf α =
20 persen maka nilai chi squared
hitung
= 3.657 lebih kecil dari chi squared
tabel
= 7.289, maka kesimpulan yang diperoleh adalah terima H
0.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pada model regresi Restoran Sunda bebas masalah
autokolerasi. Heteroskedastisitas dalam fungsi permintaan cabai merah besar usaha
Restoran Sunda di Jakarta Selatan dapat dideteksi dengan uji White, seperti pada Lampiran 13 diketahui bahwa nilai probabilitas chi-squared adalah sebesar
0.9517. Ini artinya nilai probabilitas chi-squared pada uji White lebih besar dibanding taraf α = 20 persen. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pada model
regresi Restoran Sunda di Jakarta Selatan bebas heteroskedastisitas. Asumsi normalitas dalam fungsi permintaan cabai merah besar usaha
Restoran Sunda di Jakarta Selatan dapat dideteksi dengan uji Jarque-Bera
, seperti p
ada Lampiran 13 diketahui bahwa nilai probabilitasnya adalah sebesar 0.465. Ini artinya nilai probabilitas pada uji Jarque-Bera lebih besar
dibanding taraf α = 20 persen. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penggangu pada model
regresi Restoran Sunda di Jakarta Selatan berdistribusi normal. Setelah keempat asumsi tersebut telah terpenuhi maka dapat ditunjukkan
bahwa fungsi permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan memenuhi kriteria model yang baik secara ekonometrika. Berikut adalah
pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan signifikansi koefisien masing-
masing variabel bebas terhadap permintaan cabai merah besar, kesesuaian tanda koefisien dengan hipotesis awal, dan kondisi di lapangan yang mendukung
interpretasi faktor-faktor tersebut.
7.2.1. Harga Cabai Merah Besar
Harga cabai merah besar rata-rata yang dibeli unit usaha restoran sunda di Jakarta Selatan adalah Rp 20 600.00 per kg. Koefisien variabel harga cabai
merah besar memiliki tanda negatif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada hipotesis awal, dimana harga cabai merah besar berpengaruh
negatif terhadap permintaan cabai merah besar. Berdasarkan hasil estimasi, nilai koefisien regresi harga cabai merah besar adalah 0.00173892. Artinya setiap
kenaikan harga cabai merah besar sebesar Rp 100.00 per kg, akan menurunkan permintaan cabai merah besar sebesar 0.173892 kg dengan asumsi variabel lain
tetap, ceteris paribus. Nilai probabilitas variabel harga cabai merah besar adalah sebesar 0.836 lebih besar dari
taraf α = 20 persen yang berarti harga cabai merah besar tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah besar usaha
Restoran Sunda di Jakarta Selatan pada taraf kepercayaan 80 persen.
7.2.2. Harga Jual Rata-Rata Masakan
Pada penelitian ini harga jual rata-rata masakan yang digunakan diduga sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi permintaan cabai merah besar
usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan. Harga jual rata-rata masakan yang digunakan usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan adalah Rp 20 462.00 per porsi
masakan. Koefisien variabel harga jual rata-rata masakan memiliki tanda positif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada hipotesis awal. Harga jual
rata-rata masakan memiliki hubungan yang positif dengan permintaan cabai
merah besar karena dengan meningkatnya harga jual produk maka usaha restoran sebagai produsen akan meningkatkan jumlah output yang ditawarkan sehingga
jumlah porsi masakan yang dihasilkan semakin banyak dan membutuhkan cabai merah besar lebih banyak. Nilai koefisien regresi harga jual rata-rata masakan
adalah 0.00063310. Hal ini dapat berarti peningkatan harga jual rata-rata masakan sebesar Rp 100.00 per porsi, akan meningkatkan permintaan cabai merah besar
sebesar 0.063310 kg dengan asumsi variabel lain tetap, ceteris paribus. Variabel harga rata-rata masakan memiliki nilai probabilitas 0.935 lebih besar dari
taraf α = 20 persen yang berarti bahwa variabel harga jual rata-rata masakan tidak
berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah besar pada taraf kepercayaan
80 persen.
7.2.3. Harga Minyak Goreng
Minyak goreng sebagai barang komplementer cabai merah besar pada usaha Restoran Sunda diduga sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi
permintaan cabai merah besar. Harga minyak goreng rata-rata yang digunakan usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan adalah Rp 12 392.00 per kg. Koefisien
regresi variabel harga minyak goreng bernilai negatif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada hipotesis awal, dimana harga minyak goreng
berpengaruh negatif terhadap permintaan cabai merah besar. Nilai koefisien regresi harga minyak goreng sebesar 0.00423819 berarti kenaikan harga minyak
goreng sebesar Rp 100.00 per kg akan mengakibatkan penurunan jumlah cabai merah besar yang diminta sebesar 0.423819 kg dengan asumsi variabel lain tetap,
ceteris paribus. Berdasarkan Tabel 30 nilai probabilitas harga minyak goreng adalah sebesar 0.939 lebih besar dari taraf
α = 20 persen yang berarti harga
minyak goreng tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan pada taraf kepercayaan 80 persen.
7.2.4. Harga Gula Pasir
Harga gula pasir diduga juga sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta
Selatan karena gula pasir adalah salah satu bahan penting dalam usaha Restoran Sunda. Harga rata-rata gula pasir yang digunakan usaha Restoran Sunda di Jakarta
Selatan adalah Rp 10 285.00 per kg. Koefisien variabel harga gula pasir menunjukkan tanda negatif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada
hipotesis awal. Harga gula pasir sebagai barang komplementer dari cabai merah besar memiliki hubungan yang negatif dengan permintaan cabai merah besar,
yang berarti peningkatan harga gula pasir mengakibatkan penurunan permintaan cabai merah besar oleh usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan.
Nilai koefisien regresi harga gula pasir adalah 0.05786 yang berarti kenaikan harga gula pasir sebesar Rp 100.00 per kg akan menurunkan permintaan
cabai merah besar sebesar 5.786 kg dengan asumsi variabel lain tetap, ceteris paribus. Berdasarkan analisis regresi, variabel harga gula pasir memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.096 lebih kecil dari taraf α = 20 persen yang berarti bahwa
variabel harga gula pasir berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah besar pada taraf kepercayaan 80 persen.
Elastisitas silang harga gula pasir terhadap permintaan cabai merah besar adalah -3.651, yang berarti peningkatan harga gula pasir sebesar satu persen akan
mengakibatkan penurunan permintaan cabai merah besar rata-rata sebesar 3.651 persen. Elastisitas silang harga gula pasir ini bersifat elastis, artinya perubahan
peningkatan harga gula pasir memberikan respon yang lebih besar terhadap penurunan jumlah cabai merah besar yang diminta usaha Restoran Sunda di
Jakarta Selatan. Elastisitas silang harga gula pasir menunjukkan tanda negatif yang berarti bahwa gula pasir sebagai barang komplementer dari cabai merah
besar dalam usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan.
7.2.5. Rata-Rata Penerimaan Restoran
Pada penelitian ini rata-rata penerimaan restoran diduga sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi permintaan cabai merah besar usaha Restoran
Sunda di Jakarta Selatan. Koefisien variabel rata-rata penerimaan restoran memiliki tanda positif. Tanda ini sesuai dengan tanda yang diharapkan pada
hipotesis awal. Berdasarkan hasil estimasi, nilai koefisien regresi rata-rata penerimaan restoran adalah 0.00000024. ini menunjukan bahwa penambahan rata-
rata penerimaan restoran sebanyak Rp 100.00 per bulan, akan meningkatkan permintaan cabai merah besar sebesar 0.000024 kg dengan asumsi variabel lain
tetap, ceteris paribus. Hasil estimasi menunjukkan variabel rata-rata penerimaan restoran memiliki nilai probabilitas 0.180 yang berarti lebih kecil dari
taraf α = 20 persen. Artinya bahwa variabel rata-rata penerimaan restoran berpengaruh nyata
terhadap permintaan cabai merah besar pada taraf kepercayaan 80 persen.
Rata-rata penerimaan restoran memiliki hubungan yang positif dengan jumlah permintaan cabai merah besar, berarti semakin besar rata-rata penerimaan
restoran menunjukkan bahwa restoran tersebut mampu membeli lebih banyak lagi cabai merah besar untuk memenuhi kebutuhan restorannya. Elastisitas rata-rata
penerimaan restoran terhadap permintaan cabai merah besar adalah 0.224. Hal ini menunjukan bahwa penambahan rata-rata penerimaan restoran sebanyak satu
persen akan meningkatkan jumlah permintaan cabai merah besar sebesar 0.224 persen. Nilai elastisitas rata-rata penerimaan restoran bersifat inelastis yang
artinya perubahan penambahan jumlah rata-rata penerimaan restoran memberikan respon yang lebih kecil terhadap peningkatan jumlah cabai merah besar yang
diminta usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan.
7.2.6. Dummy Skala Usaha
Hasil estimasi fungsi permintaan restoran ayam menunjukkan variabel dummy skala usaha memiliki tanda yang positif. Artinya semakin besar skala
usaha Restoran Sunda maka restoran akan membutuhkan semakin banyak cabai merah besar sebagai bahan masakannya. Nilai probabilitas variabel dummy skala
usaha adalah sebesar 0.793 yang berarti lebih besar dari taraf α = 20 persen. Hal
ini menunjukan bahwa variabel skala usaha restoran tidak berpengaruh nyata
terhadap permintaan cabai merah besar pada taraf kepercayaan 80 persen. 7.2.7.
Dummy Jarak Lokasi Restoran
Hasil estimasi menunjukkan variabel dummy jarak lokasi memiliki tanda positif, artinya semakin dekat jarak lokasi Restoran Sunda dengan pusat Jakarta
Selatan seperti wilayah perkantoran, perumahan, dan pusat perbelanjaan, maka akan berpengaruh terhadap tingkat keramaian pengunjung restoran yang akhirnya
akan berpengaruh terhadap semakin banyak cabai merah besar yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan masakan restoran tersebut. Nilai probabilitas variabel
dummy jarak lokasi yang diperoleh adalah sebesar 0.383 lebih besar dari taraf α =
20 persen. Artinya variabel jarak lokasi restoran tidak berpengaruh nyata terhadap
permintaan cabai merah besar pada taraf kepercayaan 80 persen. 7.3.
Permintaan Cabai Merah Besar Usaha Restoran Ayam di Jakarta Selatan
Permintaan cabai merah besar usaha Restoran Ayam di Jakarta Selatan diperoleh dengan memasukkan variabel-variabel bebas yang diduga berpengaruh