Permintaan Konsumen Konsumen Lembaga

dilanjutkan ke pedagang pengecer dan pada akhirnya sampai pada konsumen. Cabang kedua yaitu sebanyak 30 persen diberikan kepada pedagang pengumpul skala kecil dan menengah. Selanjutnya dari pengumpul skala menengah pun akhirnya didistribusikan ke Pasar Induk Kramat Jati dan berakhir pada konsumen. Cabang ketiga yaitu pedagang pengecer lokal di kecamatan, biasanya pedagang ini langsung menjual hasil cabai merah ke konsumen di kecamatan terdekat dan tidak menjualnya ke pasar.

2.2. Permintaan Konsumen

Permintaan konsumen didefinisikan sebagai jumlah berbagai komoditas tertentu bahwa konsumen individu bersedia dan mampu membeli karena harga komoditas yang bervariasi, dengan semua faktor lain yang mempengaruhi permintaan tetap konstan Tomek dan Robinson 1990. Menurut Kartasapoetra 1986 dalam Trihendria 1994, permintaan konsumen adalah kuantitas produk atau jasa yang diinginkan untuk dibeli oleh konsumen tertentu pada suatu harga eceran tertentu, dalam suatu pasar tertentu, serta selama jangka waktu tertentu. Menurut Sumarwan 2002 dalam Manda 2006, berkaitan dengan teori permintaan dan perilaku konsumen, istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan langsung oleh individu dan sering disebut pemakai akhir atau konsumen akhir. Jenis kedua adalah konsumen organisasi yang meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, dan lembaga lainnya. Semua jenis organisasi ini harus membeli produk, peralatan, dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya

2.3. Konsumen Lembaga

Menurut Swastha dan Handoko 1987 dalam Sari 2000, konsumen lembaga dan konsumen keluarga mempunyai perbedaan dasar yaitu pada perilaku pembelian. Konsumen lembaga mempunyai motif yang berbeda dan sangat dipengaruhi oleh banyak individu yang terlibat dalam pengambil keputusan, sedangkan pada konsumen keluarga motif pembeliannya tanpa atau sedikit sekali dipengaruhi oleh orang lain secara langsung atau merupakan individu yang benar- benar melakukan pembelian. Menurut Swastha dan Irawan 1985 dalam Fuadi 1996, konsumen lembaga yang berusaha di bidang makanan mempunyai permintaan komoditi yang berbeda dibanding konsumen rumah tangga. Umumnya konsumen lembaga lebih memperhatikan keseragaman, kesinambungan, dan standardisasi pada komoditinya. Proses pembelian konsumen lembaga jauh lebih kompleks daripada keputusan membeli yang dibuat oleh konsumen akhir. Menurut Torsina 1987 dalam Fuadi 1996, pada pelaksanaan pembelian suatu barang, konsumen lembaga khususnya restoran akan memilih pemasok yang cocok dan bahan atau barang yang sesuai dengan yang diinginkan. Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial, untuk menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makan maupun minum. Restoran ada yang berada dalam suatu hotel, kantor maupun pabrik, dan banyak juga yang berdiri sendiri di luar bangunan itu Panjaitan 2010. Perda Propinsi DKI Jakarta No. 10 Tahun 2004 tentang kepariwisataan menjelaskan tentang restoran yaitu jenis usaha penyediaan makanan dan minuman yang melakukan pengolahan bahan-bahan masakan dan hidangan pada suatu tempat atau lokasi tetap tertentu dengan bangunan permanen. Pengertian restoran menurut Direktorat Jenderal Pariwisata No. 15V1998 adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman di tempat usahanya serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan.

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu