Sebaran Frekuensi Panjang Pembahasan

25 telah matang King 1995 adalah 146 mm. Artinya pada panjang 146 mm ikan selar kuning telah mengalami pemijahan minimal satu kali. Ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama Effendie 2002. Penelitian yang dilakukan oleh Reuben et al 1992 menunjukkan ukuran pertama kali matang gonad pada spesies Selaroides leptolepis adalah pada ukuran 88-101 mm. Menurut Blay Egeson 1980 in Makmur Prasetyo 2006 perbedaan ukuran pertama kali ikan matang gonad terjadi akibat perbedaan kondisi ekologis perairan.

3.2.6 Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Mortalitas dapat terjadi karena adanya aktifitas penangkapan yang dilakukan manusia dan alami yang terjadi karena kematian akibat predasi, penyakit, dan umur Sparre Venema 1999. Ikan selar kuning jantan memiliki laju mortalitas total Z sebesar 1,9496 per tahun dan laju mortalitas alami M sebesar 0,4047 per tahun. Sementara ikan selar kuning betina memiliki laju mortalitas total Z sebesar 1,8740 per tahun dan mortalitas alami M sebesar 0,4368. Laju mortalitas total Z ikan jantan lebih besar dibanding ikan betina sehingga stok ikan jantan lebih rentan dibandingkan ikan betina. Sementara laju mortalitas alami M ikan betina lebih besar dibanding dengan ikan jantan, hal tersebut karena laju pertumbuhan K ikan betina lebih besar daripada ikan jantan. Menurut Nalini et al 2011 perbedaan laju mortalitas diakibatkan karena perbedaan nilai L∞ dan K. Selain itu mortalitas alami juga disebabkan akibat pemangsaan, penyakit, stress, pemijahan, kelaparan dan usia tua Sparre Venema 1999. Laju mortalitas alami yang tidak sama antara ikan jantan dan betina mengakibatkan komposisi antar ikan jantan dan betina yang berbeda. Menurut Bal dan Rao 1984 in Suhono 2005 perbedaan laju mortalitas, pertumbuhan, dan tingkah laku bergerombol antar jantan dan betina mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah jantan dan betina. Mortalitas alami ikan jantan yang lebih kecil dibanding betina mengakibatkan komposisi ikan jantan menjadi lebih banyak dibandingkan betina. Laju eksploitasi E maksimum didasarkan atas adanya keseimbangan antara laju mortaltas penangkapan F dengan laju mortalitas alami M. Saat itulah diasumsikan bahwa nilai optimal eksploitasi yang sustainable yield sama dengan 0,5. Dengan demikian suatu stok ikan yang mengalami kondisi penangkapan yang berlebihan overfishing apabila laju mortalitas penangkapan sama dan lebih dari seperdua laju mortalitas total Z Gulland 1971 in Syam 2006. Diketahui laju mortalitas penangkapan F ikan selar kuning jantan adalah sebesar 1,5417 per tahun, sementara ikan selar kuning betina adalah 1,4372 per tahun. Sehingga dapat diketahui laju eksploitasi E dari ikan selar kuning jantan adalah 79,80 dan ikan selar kuning betina adalah 76,69. Laju eksploitasi E baik ikan jantan maupun betina masing-masing telah melebihi 50, sehingga dapat diindikasikan bahwa ikan selar kuning baik jantan maupun betina telah mengalami kondisi tangkap lebih overfishing. Sama halnya denga ikan selar di perairan teluk jakarta, menurut Damayanti 2010 ikan selar di teluk jakarta telah mengalami kondisi tangkap lebih overfishing dengan laju eksploitasi E sebesar 96,72.