Alat Kajian Stok Sumber Daya Ikan Selar Kuning Caranx (Selaroides) leptolepis Cuvier dan Valenciennes yang Didaratkan di PPN Karangantu, Banten

6 atau Log W = log a + b log L 3 Dengan W adalah bobot ikan dalam gram, L adalah panjang ikan dalam milimeter mm dan ab adalah konstanta. Korelasi parameter dari hubungan panjang bobot dapat dilihat dari nilai konstanta b sebagai penduga tingkat kedekatan hubungan kedua parameter yaitu dengan hipotesis: 1. Jika nilai b = 3, pertumbuhan ikan seimbang antara pertambahan panjang dan pertambahan bobotnya isometrik. 2. Jika nilai b ≠ 3, pertumbuhan ikan dikatakan Allometrik : a. Jika nilai b 3, pertambahan Panjang lebih dominan dibandingkan pertambahan bobotnya Allometrik negatif. b. Jika nilai b 3, pertambahan bobot lebih dominan dibandingkan dengan pertambahan panjang Allometrik positif

2.3.6 Parameter Pertumbuhan L∞, k, dan t

Pertumbuhan dapat diestimasi menggunakan model pertumbuhan von Bertalanffy Sparre Venema 1999: [ ] 4 Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan K dan L ∞ dilakukan dengan menggunakan plot Ford Walford yang diturunkan dari model von Bertalanffy. Untuk t sama dengan t+1, persamaannya menjadi : [ ] 5 L t adalah panjang ikan pada saat umur t satuan waktu, L ∞ adalah panjang maksimum secara teoritis panjang asimtotik, K adalah koefisien pertumbuhan per satuan waktu, dan t adalah umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol. Kemudian kedua rumus di atas disubstitusikan dan diperoleh persamaan : [ ][ ] 6 atau [ ] 7 Berdasarkan persamaan di atas dapat diduga dengan persamaan regresi linier , jika L t sebagai absis x diplotkan terhadap L t+1 sebagai ordinat y sehingga terbentuk kemiringan slope sama dengan e -K dan titik potong dengan absis sama dengan L ∞ [1 – e -K ]. Dengan demikian, nilai K dan L ∞ diperoleh dengan cara: 8 7 dan 9 Pendugaan nilai t umur teoritis undur-undur laut pada saat panjang sama dengan nol diperoleh melalui persamaan Pauly 1984 in Sparre Venema 1999: Log -t = 0,3922 - 0,2752 log L ∞ – 1,0380 log K 10

2.3.7 Tingkat Kematangan Gonad TKG

Penentuan TKG dilakukan secara morfologi dengan modifikasi dari Cassie in Effendie 1979. Berikut adalah tabel klasifikasi kematangan gonad berdasarkan morfologinya. Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Kematangan Gonad TKG TKG BETINA JANTAN I Ovary seperti benang, panjang sampai ke depan tubuh, warna jernih permukaan licin Testes seperti benang, lebih pendek, ujungnya di rongga tubuh, warna jernih II Ukuran lebih besar, pewarnaan gelap kekuningan, telur belum terlihat jelas Ukuran testes lebih besar, pewarnaan putih susu, bentuk lebih jelas dari TKG I III Ovary berwarna kuning, secara morfologi telur sudah terlihat butirnya dengan mata Permukaan testes Nampak bergerigi, warna makin putih, dalam keadaan diawetkan mudah putus IV Ovary makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan, butir minyak tidak tampak, mengisi 12 - 23 rongga tubuh, usus terdesak Seperti TKG III tampak lebih jelas, testes semakin pejal dan rongga tubuh semakin penuh, warna putih susu. V Ovary berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan Testes bagian belakang kempis dan bagian dekat pelepasan masih terisi Sumber : Cassie in Effendie 1979 Penentuan panjang ikan pertama kali matang gonad Lm diperoleh dengan menggunakan sebaran frekuensi proporsi gonad yang telah matang King 1995. Persamaan proporsi tingkat kematangan gonad terhadap panjang ikan adalah sebagai berikut. Keterangan: P = Proporsi gonad yang telah matang pada selang kelas tertentu r = Kemiringan kurva sigmoid L = Panjang rata-rata pada selang kelas tertentu mm Lm = Panjang pertama kali matang gonad Penentuan Lm dapat dilakukan dengan cara mentransformasikan persamaan tersebut ke persamaan linear sehingga menjadi Persamaan 12.