menyebutkan bahwa tantangan yang ditemui dalam perdagangan karbon adalah,
menjadikan hutan dapat tetap berperan sebagai sumber perekonomian, menyumbang pada perbaikan hidup masyarakat sekitar hutan, terjaga
kelestariannya, dan menyumbang pada penurunan emisi gas rumah kaca .
Hutan rakyat merupakan model pengelolaan hutan skala kecil yang dibangun oleh masyarakat di lahan hak milik yang ditujukan untuk menghasilkan
kayu. Selain secara ekonomis bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, keberadaan hutan rakyat juga dapat berpotensi dalam
perdagangan karbon, oleh karena itu perlu penelitian untuk mengetahui kelayakan hutan rakyat dalam partisipasi perdagangan karbon.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh potensi tegakan jati di hutan rakyat Desa Dlingo.
2. Memperoleh potensi serapan karbon tegakan jati di hutan rakyat Desa Dlingo.
3. Mengetahui keuntungan pengelolaan hutan rakyat dalam mekanisme perdagangan karbon.
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan rakyat untuk perdagangan
karbon di lokasi penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Rakyat
Hutan rakyat atau hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah UU No. 41 Tahun 1999. Definisi ini diberikan untuk
membedakannya dari hutan negara. Dalam pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan adat atau aturan-aturan masyarakat lokal Suharjito 2000. Hutan rakyat di Indonesia mempunyai potensi yang besar baik dilihat dari
segi populasi pohon. Perkiraan potensi hutan rakyat mencapai luasan 1.568.415 hektar dengan potensi keseluruhan 39.416.557 m
3
atau 7 juta m
3
per tahun Puslitbang 2006. Berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik BPS pada
tahun 2003, sekitar 50 dari luas hutan rakyat di Indonesia berada di pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena hutan rakyat telah lama dikenal dan dipraktikkan oleh
masyarakat secara tradisional dan turun-temurun. Meskipun luas hutan rakyat di pulau Jawa relatif lebih sempit dibandingkan dengan hutan rakyat di luar pulau
Jawa, namun luasan di pulau Jawa ber kisar 0,25─1 hektar per kepala keluarga.
Hampir setiap kepala keluarga di pulau Jawa mempunyai hutan rakyat karena lokasi penanaman hutan rakyat di Jawa dilakukan di lahan-lahan pekarangan,
kebun, talun, tegalan, dan lain-lain Hindra 2006. Pola penanaman dalam hutan rakyat yang biasa digunakan adalah pola
campuran dengan Multi Purpose Tree Species MPTS seperti tanaman buah- buahan ataupun tanaman semusim palawija yang dimaksudkan untuk
penanaman jangka pendek memenuhi kebutuhan hidup petani sambil menunggu tanaman kayunya dapat dipanen dengan jangka panjang. Hutan rakyat dengan
pola campuran dengan MPTS biasanya dengan komposisi tanaman kayu-kayuan 70 dan tanaman MPTS 30. Komposisi ini diharapkan dapat memberikan
kesinambungan dan kelestarian hasil Hindra 2006. Prabowo 1998 kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat meliputi
pengadaan benih, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran hasil. Attar 1998 pada dasarnya pengelolaan hutan rakyat bertitik tolak dari tiga sub
sistem yang saling berkaitan yaitu meliputi sub sistem produksi, sub sistem pengolahan hasil dan sub sistem pemasaran.
Pembangunan hutan rakyat dilakukan melalui empat sumber pembiayaan, yaitu program
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL, subsidi
pemerintah melalui program Kredit Usaha Hutan Rakyat KUHR, Dana Alokasi Khusus Dana Reboisasi DAK DR, dan swadaya. Sumber pembiayaan dua
diantaranya yang terbesar adalah hutan rakyat dengan swadaya seluas 966.722 ha dan dengan dana GNRHL seluas 409.899 ha Puslitbang 2006.
Sukadaryati 2006 menyebutkan bahwa GNRHL yang sudah dicanangkan sejak tahun 2003 menargetkan dapat menghijaukan lahan seluas 3 juta hektar
dalam kurun waktu 5 tahun. Penanaman GNRHL dilakukan tidak hanya di hutan negara tetapi juga di hutan rakyat, termasuk h
utan rakyat di Desa Dlingo. Hasil sensus BPS tahun 2003 menunjukkan pohon yang banyak ditanam di
hutan rakyat adalah jati, yaitu sebanyak 79,7 juta batang. Pohon jati ini banyak ditanam di pulau Jawa, yaitu sebanyak 50,1 juta batang. Walaupun pohon jati
dipanen dengan jangka waktu panjang, namun karena harga jual kayunya yang tinggi sehingga banyak diminati oleh masyarakat untuk ditanam Sukadaryati
2006.
2.2 Jati