Jati Biomassa dan Karbon

sistem yang saling berkaitan yaitu meliputi sub sistem produksi, sub sistem pengolahan hasil dan sub sistem pemasaran. Pembangunan hutan rakyat dilakukan melalui empat sumber pembiayaan, yaitu program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL, subsidi pemerintah melalui program Kredit Usaha Hutan Rakyat KUHR, Dana Alokasi Khusus Dana Reboisasi DAK DR, dan swadaya. Sumber pembiayaan dua diantaranya yang terbesar adalah hutan rakyat dengan swadaya seluas 966.722 ha dan dengan dana GNRHL seluas 409.899 ha Puslitbang 2006. Sukadaryati 2006 menyebutkan bahwa GNRHL yang sudah dicanangkan sejak tahun 2003 menargetkan dapat menghijaukan lahan seluas 3 juta hektar dalam kurun waktu 5 tahun. Penanaman GNRHL dilakukan tidak hanya di hutan negara tetapi juga di hutan rakyat, termasuk h utan rakyat di Desa Dlingo. Hasil sensus BPS tahun 2003 menunjukkan pohon yang banyak ditanam di hutan rakyat adalah jati, yaitu sebanyak 79,7 juta batang. Pohon jati ini banyak ditanam di pulau Jawa, yaitu sebanyak 50,1 juta batang. Walaupun pohon jati dipanen dengan jangka waktu panjang, namun karena harga jual kayunya yang tinggi sehingga banyak diminati oleh masyarakat untuk ditanam Sukadaryati 2006.

2.2 Jati

Jati Tectona grandis L.f. terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi, termasuk dalam famili Verbenaceae. Jati tumbuh dan menyebar alami di negara- negara India, Birma, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, jati terdapat di beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku, dan Nusa Tenggara. Pohon jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang berkisar 3─6 bulan pertahun Irwanto 2006. Secara alami pohon jati dapat tumbuh pada lahan-lahan dengan ketinggian mencapai 1.000 mdpl atau lebih, beriklim kering maupun basah curah hujan 1.250-3.000 mmth, dan pada tanah berjenis regusol-grumosol. Pohon jati umumnya tumbuh pada daerah-daerah yang memiliki tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam Pramono et al. 2010 Kayu jati banyak digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan masyarakat merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta perabotannya terbuat dari jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari jati seperti bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah, serta kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis, jati digunakan sebagai finir muka karena memiliki serat gambar yang indah. Pada industri perkapalan, kayu jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi di daerah tropis Irwanto 2006.

2.3 Biomassa dan Karbon

Brown 1997 diacu dalam Antoko 2011 mendefinisikan biomassa sebagai jumlah total bahan organik hidup yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area. Biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup yang dinyatakan dalam berat kering per satuan luas tonha Whitten et al. 1984 diacu dalam Antoko 2011. Menurut Hairiah dan Rahayu 2007 pada ekosistem daratan, karbon tersimpan dalam tiga komponen pokok, sebagai berikut: 1. Biomassa: massa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim. 2. Nekromasa: massa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di lahan batang atau tunggul pohon, atau telah tumbangtergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur seresah yang belum terlapuk. 3. Bahan organik tanah: sisa makhluk hidup tanaman, hewan dan manusia yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2 mm. Hairiah dan Rahayu 2007 berdasarkan keberadaannya di alam, ketiga komponen karbon tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu karbon di atas permukaan tanah berupa biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah, nekromasa, serasah dan karbon di dalam tanah berupa biomassa akar dan bahan organik tanah. Menurut Sutaryo 2009 untuk menghitung biomassa terdapat empat cara utama, yaitu: 1. Sampling dengan pemanenan Destructive sampling secara in situ, 2. Sampling tanpa pemanenan Non destructive sampling dengan data pendataan hutan secara in situ, 3. Pendugaan dengan penginderaan jauh, dan 4. Pembuatan model. Metode sampling tanpa pemanenan merupakan cara sampling dengan melakukan pengukuran tanpa melakukan pemanenan. Metode ini antara lain dilakukan dengan mengukur tinggi atau diameter pohon dan menggunakan persamaan alometrik untuk mengekstrapolasi biomassa. Alometrik didefinisikan sebagai suatu studi dari suatu hubungan antara pertumbuhan dan ukuran salah satu dari bagian organisme dengan pertumbuhan atau ukuran dari keseluruhan organisme. Penetapan persamaan alometrik yang akan dipakai dalam pendugaan biomassa merupakan tahapan penting dalam proses pendugaan biomassa. Setiap persamaan alometrik dikembangkan berdasarkan kondisi tegakan dan variasi jenis tertentu yang berbeda satu dengan yang lain. Pemakaian suatu persamaan yang dikembangkan di suatu lokasi tertentu, belum tentu cocok apabila diterapkan di daerah lain Sutaryo 2009.

2.4 Perdagangan Karbon