hanya 1 jam. Biaya per jam yaitu perkiraan biaya sebesar Upah minimum Regional UMR pada tahun tersebut. Perkiraan biaya pemeliharaan yaitu sebesar
Rp 4.296.000petani atau sebesar Rp 171.850petanitahun. Jumlah petani di Desa Dlingo ini ada 729 orang dan luasan total hutan rakyat sebesar 325 ha, maka rata-
rata kepemilikan lahan seluas 0,45 hapetani sehingga biaya pemeliharaan sebesar Rp 9.546.700 ha atau Rp 381.900hatahun.
5.3 Deskripsi Tegakan Hutan Rakyat
Pendugaan potensi tegakan hutan rakyat data primer yang diperlukan yaitu data diameter dan tinggi pohon. Data diameter dan tinggi dilakukan dengan
sampling 35 responden lahan hutan rakyat yang ada di Dusun Pakis II, Pokoh II dan Dlingo II. Pemilihan lokasi berdasarkan lokasi penanaman GNRHL yang
dilakukan dusun tersebut. Pengukuran dilakukan secara sampling karena pertimbangan keterbatasan tenaga, kondisi tegakan dominan seumur dan luasan
hutan rakyat hasil GNRHL mencapai 325 ha. Pengukuran diameter dan tinggi total TT dilakukan pada semua pohon
yang ada di dalam plot yang berukuran 0,1 ha yang akan mewakili setiap lahan responden. Tabel 6 menjelaskan kondisi tegakan hutan rakyat berdasarkan hasil
pengukuran sampling. Tabel 6 Kondisi tegakan hutan rakyat
Kelas diameter cm
Jumlah pohon Kerapatan
Nha Persentase
Rata-rata TT m
D 5 611
175 19
3,92 5 ≤ D 10
1317 376
41 8,14
10 ≤ D 15 890
254 27
11,29 15 ≤ D 20
287 82
9 13,14
20 ≤ D 25 93
27 3
13,82 D ≥ 25
23 7
1 14,01
Total 3221
921 100
Jumlah pohon hasil sampling sebanyak 35 lahan responden atau 3,5 ha ada 3.221 pohon. Dari hasil perhitungan, diperoleh diameter rata-rata dan tinggi rata-
rata hutan rakyat di Desa Dlingo hasil dari sampling berturut-turut adalah 9,45 cm dan 8,87 m. Kondisi tegakan hutan rakyat didominasi oleh tegakan yang
berdiameter 5 ≤ D 10 dengan persentase sebesar 41.
Kondisi tegakan walaupun memiliki umur tanam yang sama, namun memiliki diameter yang berbeda-beda. Kondisi tegakan yang berada pada lokasi
tepi jalan atau tepi lahan cenderung memiliki pohon-pohon yang berdiameter besar. Hal itu disebabkan pohon-pohon yang berada di tepi mendapatkan sinar
matahari yang cukup dan ada sebagian dari lahan mendapatkan perlakuan perawatan dari pemiliknya. Namun, dari 35 responden hanya 2 responden saja
yang melakukan perawatan pada lahan hutan rakyatnya. Perawatan itu antara lain pemberian pupuk organik dari kotoran sapi dan pembersihan gulma.
Hasil dari sampling menunjukkan pertumbuhan pohon-pohon pada tegakan hutan rakyat hasil GNRHL Desa Dlingo memiliki pertumbuhan yang normal.
Menurut penelitian Ginoga et al. 2005, pertumbuhan jati di KPH Saradan Jawa Timur pada umur 9 tahun berdiameter 9,73 cm sehingga tidak berbeda jauh
dengan hasil dari penelitian ini sebesar 9,45 cm.
5.4 Potensi Volume Tegakan