Pendapatan dari Kegiatan Perdagangan Karbon Sukarela

Biaya untuk upah penerbitan dan pendaftaran sertifikat berbeda-beda setiap tahunnya bergantung dari jumlah sertifikat. Upah sertifikat diperoleh dengan mengalikan jumlah sertifikat dengan upah per sertifikat yaitu sebesar 0,3 USD per sertifikat. Upah pendaftaran diperoleh dengan mengalikan jumlah sertifikat dengan upah per sertifikat yaitu 0,05 USD per sertifikat. Jumlah sertifikat mencerminkan jumlah tonCO 2 setiap tahunnya, atau satu sertifikat setara dengan satu tonCO 2 . Upah penerbitan dan pendaftaran sertifikat berturut-turut sebesar Rp 663.735.600 dan Rp 110.622.600. Terlihat perbedaan biaya yang sangat besar antara perkiraan biaya yang dikeluarkan oleh Plan Vivo Foundation sebesar Rp 91,35 juta atau Rp 0,281 jutaha dan perkiraan biaya pada penelitian ini sebesar Rp 1.737,3682 juta atau Rp 5.345.800ha. Namun perkiraan biaya transaksi ini tidak sepenuhnya sesuai dengan aplikasi di lapangan. Tidak menutup kemungkinan biaya transaksi dari setiap proyek berbeda-beda dan dipengaruhi oleh besar dan luasnya proyek. Namun, Plan Vivo memastikan bahwa biaya transaksi yang dikeluarkan dari proyek tidak akan lebih dari 40 dari total nilai proyek karbon. Komponen biaya operasional hutan rakyat juga berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran proyek. Biaya operasional terdiri dari biaya pembangunan hutan, biaya pemeliharaan dan biaya pemanenan hutan rakyat. Dalam pemanenan kayu, petani tidak mengeluarkan biaya pemanenan sehingga pengeluaran hanya dilakukan pada kegiatan pembangunan hutan rakyat yaitu dari proyek GNRHL dan biaya pemeliharaan. Total biaya dalam skema perdagangan karbon yaitu sebesar Rp 14.892.500ha yang merupakan penjumlahan biaya transaksi perdagangan karbon sebesar Rp 5.345.800ha ditambah biaya pembangunan hutan rakyat sebesar Rp 347.990.000 atau Rp 1.070.700ha dan biaya pemeliharaan sebesar Rp 9.546.700ha.

5.7 Pendapatan dari Kegiatan Perdagangan Karbon Sukarela

Pendapatan yang diperoleh dari perdagangan karbon sukarela standar Plan Vivo yaitu pendapatan yang diperoleh dari kredit karbon dengan tipe ex-ante credit atau pembayaran di awal proyek dalam bentuk sertifikat Plan Vivo. Untuk menghindari perhitungan ganda terhadap karbon yang diperjualbelikan, maka setiap sertifikat yang dikeluarkan oleh Plan Vivo memiliki nomor seri unik yang dapat dilacak kepada setiap proyek dan produsen. Besar kecilnya pendapatan dari kredit karbon tergantung dari besaran atau luasan proyek dan jangka waktu kredit karbon yang disepakati antara peserta proyek dengan Plan Vivo Foundation Kollmus et al. 2008 diacu dalam Antoko 2011. Kredit karbon untuk proyek Plan Vivo yang sudah ada bervariasi tergantung dari kontrak penjualan proyek yang telah disepakati. Kredit karbon yang digunakan dalam penelitian ini dengan periode komitmen 15 tahun, sedangkan periode pengkreditan yang digunakan yaitu setiap tahun. Proyek karbon yang diperjualbelikan tidak ada batasan mengenai minimum dan maksimum dari ukuran karbon sehingga tidak ada batasan minimal mengenai luasan dari proyek. Namun, ukuran karbon yang diperdagangkan antara 10.000─100.000 tonCO 2 tahun Kollmuss et al. 2008 diacu dalam Antoko 2011. Keseluruhan karbon yang ada dari lahan proyek yang diperoleh dari hasil perhitungan, tidak sepenuhnya dapat dijual. Sesuai Project Idea Note PIN Plan Vivo, penyangga risiko Risk Buffer yaitu 10. Akan tetapi, penjualan hanya 70 dari karbon stok ex ante kredit karena akan mempertahankan 20 untuk pengukuran biomassa dari Permanen Sample Plot PSP yang akan menunjukan jumlah sebenarnya dari stok karbon yang diperkirakan. Setelah pengukuran biomassa dilakukan dan dapat menunjukan stok karbon yang tepat, kemudian 20 dari kredit yang ditahan tersebut dapat dikeluarkan Stilma 2012. Skenario harga karbon yang digunakan dibuat skenario dengan harga jual, yaitu:10 USDtonCO 2, 15 USDtonCO 2, 20 USDtonCO 2 . Pendapatan dari perdagangan karbon skema perdagangan sukarela standar Plan Vivo dapat dilihat dari Tabel 15. Tabel 15 Pendapatan dari kredit karbon selama proyek perdagangan karbon Tahun proyek Pendapatan rupiahha 10 USDtonCO 2 15 USDtonCO 2 20 USDtonCO 2 1 1.693.828 2.540.742 3.387.655 2 2.438.474 3.657.711 4.876.948 3 2.702.409 4.053.614 5.404.818 4 2.969.335 4.454.003 5.938.671 5 3.239.252 4.858.878 6.478.505 6 3.511.662 5.267.492 7.023.323 7 3.786.563 5.679.845 7.573.126 8 4.063.708 6.095.562 8.127.415 9 4.343.095 6.514.643 8.686.191 10 4.624.477 6.936.715 9.248.954 11 4.907.852 7.361.778 9.815.705 12 5.193.222 7.789.832 10.386.443 13 5.480.585 8.220.877 10.961.169 14 5.769.443 8.654.165 11.538.886 15 6.060.046 9.090.069 12.120.092 Total 60.783.951 91.175.926 121.567.902 Tabel 16 menyajikan pendapatan, biaya dan keuntungan dari hutan rakyat yang diskemakan mengikuti perdagangan karbon sukarela standar Plan Vivo. Tabel 16 Pendapatan, biaya dan keuntungan dari perdagangan karbon Karbon rupiah 10 USDtonCO 2 15 USDtonCO 2 20 USDtonCO 2 Pendapatanha 60.784.000 91.175.900 121.567.900 Biayaha 14.892.500 14.892.500 14.892.500 Keuntunganha 45.891.500 76.283.400 106.675.400 Tabel 16 menunjukkan bahwa keuntungan mengikuti skema perdagangan karbon dengan harga karbon 10 USD, 15 USD dan 20 USD mengalami keuntungan berturut-turut sebesar Rp 45.891.500ha; Rp 76.283.400ha dan Rp 106.675.400ha dalam 15 tahun atau Rp 3.059.400hatahun; Rp 5.085.600hatahun dan Rp 7.111.700hatahun. Keuntungan ini kecil disebabkan harga penjualan kredit karbon sendiri kecil dan biaya transaksi dalam perdagangan karbon yang mahal. Selain itu, keuntungan ini belum ditambah dengan keuntungan dari kayu yaitu sebesar Rp 672.400.600ha. Keuntungan karbon dibagi antara pemerintah, masyarakat dan pengembang koordinator proyek. Masing masing distribusi tersebut, yaitu: 10 pemerintah, 70 masyarakat dan 20 pengembang Permenhut No. P.36Menhut-II2009. Tabel 17 Distribusi keuntungan perdagangan karbon Harga karbon tonCO 2 Pendapatan Rupiah Pemerintah 10 Petani 70 Pengembang 20 10 USD 4.589.200 32.124.100 9.178.300 15 USD 7.628.300 53.398.400 15.256.700 20 USD 10.667.500 74.672.800 21.335.100 Proyek GNRHL yang berasal dari pemerintah, maka skema dari perdagangan karbon ini sebagai koordinator proyek yaitu pemerintah, sehingga pendapatan pemerintah sebesar 30 berasal dari distribusi untuk pemerintah sendiri sebesar 10 dan distribusi untuk pengembang proyek sebesar 20. Menurut Permenhut No. P.36Menhut-II2009 untuk bagian pemerintah itu sendiri dibagi secara proporsional, yaitu: pemerintah pusat 40, pemerintah provinsi 20 dan pemerintah kabupaten 40. Tabel 18 Distribusi pemerintah keuntungan perdagangan karbon Harga karbon tonCO 2 Pendapatan pemerintah Rupiah Pusat 40 Provinsi 20 Kabupaten 40 10 USD 1.835.700 917.840 1.835.700 15 USD 3.051.300 1.525.660 3.051.300 20 USD 4.267.000 2.133.500 4.267.000 Pendapatan ini tidak menutup kemungkinan akan bertambah karena menurut Plan Vivo 2008; Kollmuss et al. 2008 diacu dalam Antoko 2011 untuk menghindari kebocoran karbon leakage pada level proyek maka perlu dipastikan bahwa petani producers memiliki cukup lahan untuk bertani dan menanam pohon. Selain itu, koordinator proyek juga dapat menambahkan kelompok target atau produsen yaitu petani sehingga dengan penambahan jumlah produsen dan penambahan dengan penanaman akan menambah jumlah ton karbon yang dihasilkan setiap tahunnya. Metode dalam pengukuran karbon juga sangat berpengaruh untuk besar kecilnya serapan karbon, seperti tergantung dari persamaan alometrik yang dipilih.

5.8 Peluang Hutan Rakyat dalam Skema Perdagangan Karbon Sukarela