2.4.2 Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang semakin rendah karena kehilangan air merupakan sebab utama kegagalan pertunasan tanaman. Untuk kegiatan pertumbuhan
kelembaban udara harus tetap dipertahankan mendekati 100 Yasman dan Smits 1988.
Usaha untuk mempertahankan kelembaban dapat dilakukan dengan penyemprotan interval tertentu yang mampu memberikan kabut uap air dengan
pengatur osmotik yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Tetapi kelebihan air juga akan berbahaya bagi pertumbuhan tanaman karena akan menyuburkan
pembiakan mikroorganisme, maka untuk mengatasinya perlu dilakukan pengaturan drainase dan aerasi media pertumbuhan Hartman dan Kester 1989.
2.4.3 Suhu atau Temperatur Udara
Suhu merupakan faktor yang sangat penting peranannya dalam pertumbuhan. Kisaran temperatur optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tidak selalu sama untuk setiap jenis tanaman, namun Read 1990 mengemukakan kisaran temperatur yang paling sering digunakan yaitu 20° C–27° C. Sedangkan
Santoso dan Nursandi 2003 menyatakan temperatur yang dibutuhkan untuk dapat terjadi pertumbuhan yang optimum yaitu berkisar 20° C–30° C.
Pemunculan tunas dikendalikan oleh suhu, dan setelah tunas tumbuh yang paling berpengaruh adalah ketersediaan karbohidrat. Terdapat bukti bahwa setiap
pertumbuhan membutuhkan suhu yang berbeda. Respirasi akan berkurang pada suhu rendah, sehingga terjadi akumulasi fotosintat optimum bagi pertumbuhan
Briggs dan Calvin 1987. Suhu juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pertumbuhan tanaman akan terjadi pada suhu 5–35 C.
Jumlah dan cadangan air di dalam sel dan kondisi protoplasma berhubungan dengan resistensi suhu ekstrim. Untuk pertumbuhan yang baik tanaman
memerlukan suhu optimum dan hal ini berbeda dari tingkatan dan jenis tanaman. Suhu terlalu rendah atau tinggi akan merusak jaringan tanaman.
2.4.4 Cahaya Matahari