Respon Persentase Hidup Terhadap Perlakuan Kombinasi Media

Kondisi lingkungan di dalam sungkup menunjukkan bahwa temperatur udara tertinggi 27,57 o C terjadi pada siang hari dan terendah 23,21 o C terjadi pada pagi hari. Sedangkan rata-rata kelembaban tertinggi 97,19 terjadi pada pagi hari dan terendah 96,71 terjadi pada siang hari. Rata-rata intensitas cahaya untuk di luar rumah kaca tertinggi 91069,23 lux terjadi pada siang hari dan terendah 28605,49 lux terjadi pada pagi hari, untuk di dalam rumah kaca tertinggi 4016,37 lux terjadi pada siang hari dan terendah 987,03 lux terjadi pada sore hari, dan untuk di dalam sungkup tertinggi 278,24 lux terjadi pada siang hari dan terendah 125,60 lux terjadi pada sore hari.

4.2 Pembahasan

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi proses tumbuh kembang tanaman adalah media tumbuh. Kualitas tempat tumbuh yang baik akan merangsang pertumbuhan akar yang cepat sehingga serapan hara berlangsung dengan baik. Tumbuh kembang akar sebagai salah satu unsur vital tanaman sangat dipengaruhi oleh media tumbuh. Semakin baik kualitas tempat tumbuh, maka semakin baik akar yang berkembang yang kemudian mendukung pekembangan bagian lain dari tanaman seperti batang, daun, dan sebagainya. Harjadi 1989 dalam Rohmaningsih 2002 menyatakan bahwa media tanam yang digunakan harus merupakan media yang memungkinkan akar berpegang kuat, aerasi dan menahan air tinggi.

4.2.1 Respon Persentase Hidup Terhadap Perlakuan Kombinasi Media

Rochiman dan Harjadi 1973 menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan hidup adalah media yang digunakan. Hartman et al. 1990 media tanam berfungsi untuk menjaga dan memasok air serta mengatur kelembaban dan aerasi selama pertumbuhan akar, memiliki aerasi dan drainase yang baik, mempertahankan kelembaban dan bebas dari penyakit. Media tanam yang digunakan adalah sekam padi, serbuk gergaji, cocopeat, dan pasir. Keempat media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga digunakan kompos sebagai media pencampur. Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan kombinasi media berpengaruh sangat nyata terhadap respon persentase hidup tanaman tumih. Hasil persentase hidup pada Tabel 1 menunjukkan kombinasi media pasir : kompos : sekam padi dengan perbandingan 1:1:2 dan kombinasi media kompos : sekam padi : serbuk gergaji dengan perbandingan 1:2:2 memiliki persentase hidup tertinggi yaitu 86.67 . Pada perlakuan kombinasi media pasir : kompos : cocopeat dengan perbandingan 1:1:2 menunjukkan persentase hidup terendah yaitu 35.56. Analisis data menunjukkan persentase hidup pada perlakuan kombinasi media pasir : kompos : sekam padi 1:1:2 dan kompos : sekam padi : serbuk gergaji 1:2:2 menunjukkan persentase tertinggi yaitu sebesar 86.67. Hal ini menunjukkan bahwa dengan perbaikan media tempat tumbuh maka kandungan nutrisinya juga meningkat. Pada media pasir : kompos : sekam padi mampu memberikan persentase hidup yang tinggi disebabkan oleh kombinasi media tanam pasir yang ditambah kompos mampu menyebabkan aerasi dan drainase menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan kompos memiliki kemampuan mengikat air yang lebih tinggi dibandingkan media pasir. Buckman et al. 1982 menyatakan bahwa pasir mempunyai aerasi dan drainase yang baik dengan jumlah ruang pori makro yang banyak, akan tetapi sukar mengikat air dan miskin unsur hara, sedangkan kompos mempunyai daya ikat air dan unsur hara yang baik dan lengkap bagi tanaman. Sifat fisik pada pasir + kompos memberikan keleluasaan pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga akar yang terbentuk mempunyai ukuran yang lebih besar dan kaku. Apalagi kombinasi media ini ditambah dengan sekam padi yang mampu meningkatkan aerasi dan drainase dan membantu meningkatkan kandungan unsur N bagi tanaman tumih. Apabila kandungan Nitrogen di dalam tanah mampu ditingkatkan maka daya tahan hidup tanaman dapat ditingkatkan. Hal ini disebabkan unsur Nitrogen merupakan unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman untuk membantu proses metabolisme dan pembentukan asam amino yang dibutuhkan oleh tanaman. Oleh karena itu nitrogen disebut sebagai kunci kesuburan tanah. Hal ini dipertegas oleh Muhali 1979 yang menyatakan bahwa perbaikan media dengan sekam padi atau arang sekam mampu meningkatkan kandungan unsur nitrogen di dalam media. Selain itu persentase hidup tertinggi juga ditunjukkan oleh pengaturan perlakuan kombinasi pada media kompos : sekam padi : serbuk gergaji dengan perbandingan 1:2:2. Hal ini dapat diduga pada kombinasi media ini dengan menggunakan kompos sebagai media pencampur sangat membantu ketahanan hidup tanaman. Adanya kompos ini menjadikan kombinasi media menjadi lebih gembur sehingga memudahkan pergerakan akar untuk menyerap unsur hara dan air. Hal ini disebabkan kemampuan kompos sebagai media pencampur yang berpengaruh terhadap peningkatan ruang pori tanahmedia dan memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu sekam padi membantu memperbaiki aerasi dan drainase yang baik sehingga media memperlancar pertukaran udara dan sehingga pertumbuhan akar dan tunas menjadi lebih baik. Menurut Yuhasnita 2007 media yang mempunyai aerasi dan drainase yang baik memiliki daya pegang air dan mampu memfasilitasi pertukaran gas yang keluar masuk melalui media. Kurangnya oksigen di zona perakaran dapat mengurangi kemampuan akar untuk menyerap air dan mineral dengan jumlah yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Perlakuan kombinasi ini pun ditambah dengan serbuk gergaji yang dapat mensuplai hara N, P, dan K serta menaikkan pH tanah. Adanya unsur N. P, dan K sangat dibutuhkan oleh tanaman walaupun diabsorpsi dalam jumlah kecil untuk meningkatkan proses fotosintesis, mempercepat metabolisme dan memperlancar turgor tanaman terhadap suplai air dan hara. Hal ini sejalan dengan pendapat Leiwakabessy et al. 2003 yang menyatakan bahwa unsur P berguna untuk merangsang pertumbuhan akar muda, meningkatkan metabolisme asam amino dan pembentukan fotosintat dengan mempertahankan turgor tanaman agar proses metabolisme dan lainnya dapat berjalan baik. Selain itu menurut Kononova 1966 dan Janick et al. 1969 nitrogen dapat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Pada perlakuan kombinasi pasir : kompos : serbuk gergaji juga menunjukkan persentase hidup yang tinggi yaitu 80.00. Persentase hidup yang tinggi ini dikarenakan perlakuan kombinasi media pasir dan kompos memberikan keleluasaan pertumbuhan dan perkembangan akar akibat aerasi dan drainase media yang baik. Hartmann et al. 1990 menambahkan bahwa media perakaran yang baik untuk tanaman adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik dan bebas dari pathogen yang dapat merusak akar. Hal ini pun dipertegas oleh Soepardi 1983 yang menyatakan bahwa media campuran pasir dan kompos mampu menghasilkan panjang akar yang tinggi karena memiliki jumlah ruang pori makro yang banyak sehingga cukup banyak mengandung udara untuk pernapasan. Selain itu mampu memberikan ketersediaan air yang tinggi, perkolasi diperlancar dan pengaruh air berlebih berkurang. Kombinasi pasir dan kompos ini pun ditambah dengan serbuk gergaji mampu meningkatkan unsur hara bagi tanaman, terutama N, P dan K untuk pertumbuhan tanaman dan mempertahankan hidup. Hartmann et al. 1990 menyatakan bahwa tanaman yang memiliki sumber makanan yang cukup dan berada pada kondisi lingkungan yang optimum akan mempunyai rasio karbohidrat dan nitrogen yang tinggi. Tingginya rasio karbohidrat dan nitrogen, mampu mempercepat inisiasi akar yang akam memproduksi akar dalam jumlah yang banyak. Salisbury dan Ross 1995 pun memperjelas bahwa selain dipengaruhi faktor genetik, morfologi akar pun ditentukan oleh keadaan media lingkungan yaitu hara. Apabila hara tersebut cukup bagi tanaman maka akan membentuk perakaran yang dangkal. Selanjutnya pada perlakuan kombinasi kompos : cocopeat : serbuk gergaji dengan perbandingan 1:2:2 dan perlakuan kombinasi kompos : cocopeat : sekam padi dengan perbandingan 1:2:2 berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, hal ini dapat ditunjukkan oleh persentase hidup pada masing - masing perlakuan kombinasi media. Pada perlakuan kombinasi media kompos : cocopeat : serbuk gergaji menunjukkan persentase hidup sebesar 62.22 sedangkan pada perlakuan kombinasi media kompos : cocopeat : sekam padi menunjukkan persentase hidup sebesar 71.11. Perbedaan persentase hidup pada perlakuan kombinasi ini dikarenakan media cocopeat dan kompos memiliki pori mikro yang mampu menghambat gerakan air lebih besar sehingga menyebabkan ketersediaan air lebih tinggi. Keadaan pada media ini menyebabkan pertukaran gas pada media mengalami hambatan karena media mulai jenuh oleh air karena ruang pori makro yang seharusnya terisi oleh udara ikut terisi oleh air sehingga akar mengalami hambatan dalam pernapasan dan penyerapan hara pun menjadi kurang optimal. Menurut Soepardi 1983 air ditahan dalam pori - pori tanah dengan daya ikat yang berbeda-beda tergantung dari jumlah air yang ada dalam pori - pori tersebut. Pori- pori tanah terdiri atas pori makro dan pori mikro. Pori makro akan diisi oleh udara, sedangkan pori mikro akan diisi oleh air. Namun apabila keadaan air terlalu berlimpah maka pori-pori makro pun akan diisi oleh air. Oleh karena itu udara dalam tanah akan semakin berkurang dan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik karena respirasi akan menjadi terhambat. Keberadaan tanah yang jenuh air ini akan meningkatkan suhu di dalam tanah. Pada kondisi suhu yang tinggi pertumbuhan akar tidak dapat beradaptasi dengan baik sehingga mempengaruhi pengambilan unsur hara. Keadaan jenuh air lebih banyak menyebabkan terjadinya penimbunan unsur hara di dalam akar dibandingkan difusi hara ke akar. Kemudian pada perlakuan kombinasi pasir : kompos : cocopeat dengan perbandingan 1:1:2 menunjukkan respon persentase hidup yang tidak berbeda nyata, yang ditunjukkan dengan persentase hidup sebesar 35.56. Hal ini disebabkan karena kombinasi media tersebut menyebabkan adanya pemadatan tanah. Media yang padat menyebabkan air tergenang sehingga aerasi udara rendah. Gejala yang tampak di lapangan, daun dan batang menjadi layu. Akar sehat biasanya berwarna putih dan memiliki rambut-rambut halus. Jika aerasi rendah, akar yang putih berubah menjadi cokelat dan kemudian menghitam. Jumlah rambut akar berkurang bahkan tidak ada, padahal akar berfungsi untuk menyerap hara. Selain masalah aerasi, media padat juga bersifat mengundang bakteri dan jamur penyebab busuk. Selain dari pemadatan tanah, dikarenakan kondisi yang jenuh air menyebabkan kelembaban tinggi pada tanah. Kondisi kelembaban yang tinggi menyebabkan terjadinya kebusukan. Kebusukan yang terjadi dapat dilihat dari gejala yang muncul pada pangkal batang berwarna kehitaman. Kebusukan ini menyebabkan jaringan meristem pada tunas-tunas dorman yang memicu pertumbuhan terganggu sehingga pertumbuhan terhambat yang lama - kelamaan mati. Kondisi yang jenuh air menyebabkan difusi hara dari akar tidak dapat berjalan dengan baik. Keadaan ini jelas menggangu ketahanan hidup dan pertumbuhan dari tanaman tumih. Nurhayati 2000 menyatakan bahwa semakin banyak jumlah akar yang ada dengan keadaan kondisi tak jenuh air menyebabkan penyerapan hara menjadi optimal sehingga proses fisiologis akan berlangsung lebih baik dan dapat mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan tunas. Kondisi yang jenuh air menunjukkan keadaan jumlah daun yang ikut berkurang. Hal ini akan mengganggu dari proses fotosintesis yang ikut mempengaruhi laju kecepatan pertumbuhan tanaman tersebut. Fitter dan Hay 1992 dalam Marjenah 2001 mengemukakan bahwa jumlah luas daun menjadi penentu utama kecepatan pertumbuhan. Keadaan ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa luas daun yang semakin besar akan menyebabkan pertumbuhan yang besar pula Marjenah 2001. Laju kecepatan pertumbuhan suatu tanaman yang meningkat akan mempengaruhi dari tingkat ketahanan hidup suatu tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara fisiologis dan morfologis.

4.2.2 Respon Perlakuan Kombinasi Media Terhadap Pertumbuhan Tinggi