pertumbuhan terganggu sehingga pertumbuhan terhambat yang lama - kelamaan mati.
Kondisi yang jenuh air menyebabkan difusi hara dari akar tidak dapat berjalan dengan baik. Keadaan ini jelas menggangu ketahanan hidup dan
pertumbuhan dari tanaman tumih. Nurhayati 2000 menyatakan bahwa semakin banyak jumlah akar yang ada dengan keadaan kondisi tak jenuh air menyebabkan
penyerapan hara menjadi optimal sehingga proses fisiologis akan berlangsung lebih baik dan dapat mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan tunas.
Kondisi yang jenuh air menunjukkan keadaan jumlah daun yang ikut berkurang. Hal ini akan mengganggu dari proses fotosintesis yang ikut
mempengaruhi laju kecepatan pertumbuhan tanaman tersebut. Fitter dan Hay 1992 dalam Marjenah 2001 mengemukakan bahwa jumlah luas daun menjadi
penentu utama kecepatan pertumbuhan. Keadaan ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa luas daun yang semakin besar akan
menyebabkan pertumbuhan yang besar pula Marjenah 2001. Laju kecepatan pertumbuhan suatu tanaman yang meningkat akan mempengaruhi dari tingkat
ketahanan hidup suatu tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara fisiologis dan morfologis.
4.2.2 Respon Perlakuan Kombinasi Media Terhadap Pertumbuhan Tinggi
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan kombinasi media tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertambahan tinggi
tanaman Tumih yang ditunjukkan oleh P-value sebesar 18.03. Rata-rata tinggi tanaman Tumih per minggu tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata di setiap perlakuan kombinasi yang diberikan, dan di setiap perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak berbeda jauh untuk setiap pertambahan tinggi.
Pertambahan tinggi yang terbaik ditunjukkan oleh perlakuan kombinas K4 K:C:Sg dengan perbandingan 1:2:2 dengan rata-rata perminggu 0.116 cm
sedangkan yang terendah yaitu 0.076 cm pada perlakuan kombinasi media K6 K:Sp:Sg dengan perbandingan 1:2:2.
Pengaruh yang tidak berbeda nyata ini dipengaruhi oleh metabolisme tanaman Tumih yang lambat yang mempengaruhi dari pembelahan sel,
perpanjangan sel di dalam jaringan meristematik pada titik tumbuh batang, ujung- ujung akar, dan pada kambium yang menjadi lambat.
Metabolisme yang lambat ini pun diduga disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara auksin dan sitokinin dalam menunjang pertumbuhan
tanaman sehingga mempengaruhi penambahan tinggi pada tanaman. Weaver 1972 menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan
adalah auksin dan sitokinin. Hal tersebut didukung oleh Wuryaningsih dan Andiyanto 1998 yang menyatakan bahwa proses awal titik tumbuh ditentukan
oleh pembelahan dan pemanjangan sel meristematis yang lebih banyak ditentukan dengan adanya keseimbangan antara auksin, sitokinin, dan senyawa-senyawa lain
yang dapat mengaktifkan sitokinin. Berdasarkan hasil analisis yang didapat pada Tabel 7 dapat dilihat
pengaruh media sebenarnya mampu menunjukkan respon yang berbeda sehingga setiap pertumbuhan tinggi yang dihasilkan setiap minggunya cenderung berbeda
namun perbedaan tersebut tidak berbeda nyata terhadap pengaruh kombinasi media. Menurut Napitupulu 2006 kondisi bahan tanaman yang memiliki
diameter batang yang kecil menunjukkan bahwa jaringan-jaringan pada batang tanaman masih belum sempurna terbentuk sehingga menyebabkan proses
metabolisme menjadi lambat. Oleh karena itu pertumbuhan tanaman tumih tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada rata-rata tinggi perminggu tanaman.
Pertambahan tinggi perminggu pada perlakuan kombinasi media tidak menunjukkan perbedaan yang nyata diduga dipengaruhi oleh penggunaan
karbohidrat di dalam tanaman yang tidak efisien dan tidak didukung oleh penyerapan hara yang maksimal oleh tanaman pada media. Pertambahan tinggi
yang lambat diduga juga ikut mempengaruhi dari laju pertumbuhan daun yang lambat. Menurut Gardner et al. 1991 salah satu sink yang kompetitif pada masa
pertumbuhan vegetatif adalah tunas yang sedang tumbuh. Riyanti 2009 menambahkan bahwa semakin banyak tunas yang memperoleh hara maka
pertumbuhan dan perkembangan tunas semakin cepat. Menurut Harjadi 1996 fase vegetatif merupakan fase penggunaan
karbohidrat di dalam tanaman. Karbohidrat tersebut dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung terjadinya proses-proses penting di dalam tanaman, di
antaranya pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap pertama dari diferensiasi sel. Penggunaan karbohidrat yang tidak efisien disebabkan oleh tidak
terbentuknya jumlah daun yang banyak. Semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak juga karbohidrat yang dihasilkan. Karbohidrat tersebut
dibutuhkan tanaman untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suri 2002 yaitu semakin banyak jumlah daun
yang dimiliki oleh suatu tanaman maka semakin banyak pula fotosintat yang dihasilkan, maka semakin mempercepat pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Hidayat et al. 2005 mempertegas bahwa
pertumbuhan akan membutuhkan asimtat dalam jumlah yang banyak dan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, aktifitas metabolisme harus meningkat, termasuk aktifitas akar untuk menyerap nutrisi dari tanah media.
Selain itu diduga juga dipengaruhi oleh kepekaan siklus hidup tanaman terhadap adaptasi lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi dari
kemampuan metabolisme tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Lakitan 1996 menyatakan bahwa laju pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor
internal pasokan fotosintat dari daun dan berbagai faktor lingkungan, seperti suhu tanah dan kandungan air tanah.
Melihat dari analisis data yang diperoleh, pertumbuhan tinggi yang tidak berbeda nyata juga diduga dipengaruhi oleh adaptasi tanaman terhadap
lingkungan. Keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi tanaman dalam melakukan keseimbangan penyerapan hara dan pembentukan fotosintat,
menyebabkan tanaman mengalami reduksi pertumbuhan, termasuk kecepatan tumbuh yang rendah. Pertumbuhan yang lambat menunjukkan bahwa adanya
adaptasi tanaman dari keadaan ekologis pada perlakuan kombinasi media dari keadaan ekologis sebenarnya.
MacArthur 1968 menyatakan bahwa perbedaan secara fisiologis dan ekologis pada faktor lingkungan yang ekstrim menyebabkan metabolisme menjadi
lambat tanpa mengalami kerusakan fisik dan kimiawi pada tanaman. Keadaan ini menyebabkan tanaman memberikan respon dengan intensitas tinggi terhadap
faktor lingkungan yang memberikan kelangkaan pada tanaman untuk beradaptasi
pada lingkungan yang tidak baik. Hal ini pun dipertegas oleh Went 1974 yang menyatakan bahwa spesies tanaman memerlukan sedikit adapatasi fisiologis
terhadap rangsangan lingkungan dengan melibatkan plastisitas morfologi, dan fenologi yang lebih sedikit, tetapi lebih menunjukkan adanya adaptasi fisiologis
dengan pertumbuhan yang berlanjut walaupun perlahan-lahan.
4.2.3 Pengaruh Faktor Kondisi Lingkungan