4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Organ limfoid primer unggas terdiri dari timus dan bursa Fabricius sedangkan pada mamalia terdiri dari sumsum tulang. Limpa, limfonodus dan
MALT Mucosa-associated Lymphoid Tissue termasuk dalam organ limfoid sekunder. Limfosit B mengalami pematangan di bursa Fabricius sedangkan
limfosit T mengalami pendewasaan di timus. Limfosit dihasikan oleh organ limfoid primer segera memasuki peredaran darah lalu dikirim ke organ limfoid
sekunder. Pada organ limfoid sekunder ini limfosit dijaga tetap hidup dan siap beradaptasi saat antigen datang Elgert 2009.
Beberapa faktor diyakini dapat menghambat dan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Saat sistem ini turun maka tubuh akan mudah terserang
penyakit. Salah satunya adalah stres. Menurut Shini 2010 stres sering digunakan untuk menyebut stresor atau respon stres merupakan suatu kondisi
tubuh dalam merespon infeksi akut maupun kronis. Stresor adalah faktor yang menimbulkan respon tersebut. Respon stres adalah mekanisme yang kompleks,
dan mekanisme ini mempengaruhi perilaku, psikologis, metabolisme, dan reaksi imunologis tubuh demi beradaptasi dan bertahan pada lingkungan. Stresor yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kortikosteroid. Ayam broiler diberikan kortikosteroid untuk mengetahui status respon imun selama pertumbuhan.
4.1 Perubahan Histopatologi pada Bursa Fabricius Akibat Pemberian Kortikosteroid
Ukuran bursa Fabricius dapat dijadikan sebagai indikator umur hewan. Bursa berukuran besar menandakan umur hewan masih muda sedangkan bursa
yang mengalami atropi menandakan hewan sudah dewasa. Pembentukan bursa Fabricius dipengaruhi oleh hormon seks steroid yang dihasilkan oleh gonad
Broughton 2003. Pengaruh kortikosteroid terhadap bursa Fabricius tidak dapat dibedakan antara kelompok kontrol dengan perlakuan secara patologi anatomi,
sehingga dilakukan pengamatan secara histopatologi. Pengamatan histopatologi pada bursa Fabricius meliputi ukuran plika, jumlah folikel limfoid, dan limfosit.
Hasil uji statistik T-student terhadap perbandingan tinggi dan lebar plika bursa Fabricius dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan tinggi dan lebar plika bursa Fabricius
µm antara kelompok
kontrol CC0 dengan perlakuan CC2 dalam luas 2909.09 x 2327.27 µm
2
.
Umur Ayam
minggu Tinggi Plika µm
Lebar Plika µm CC0
CC2 CC0
CC2 2
3025.87±1153.00
a
2981.33±1074.40
a
2214.40±332.89
a
1376.20±321.90
b
3 3235.74±630.36
a
2238.11±339.51
b
1680.00±272.55
a
1216.00±292.42
b
4 2961.81±958.61
a
3623.33± 674.90
a
1754.20±332.37
a
1542.60±486.80
a
5 3691.77±1276.00
a
2961.44±705.56
a
3691.77±1276.04
a
1334.20±433.20
b
6 2347.05±1476.00
a
2788.78±990.14
a
1528.50± 395.02
a
1295.20± 295.00
a
Keterangan: huruf superscript pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0.05.
Hail uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata P0.05 antara tinggi plika kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan setelah
diberikan kortikosteroid selama 3 minggu. Sedangkan penghitungan lebar plika terdapat perbedaan yang nyata P0.05 antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan pada umur 2, 3, dan 5 minggu. Kortikosteroid dapat menekan perkembangan bursa Fabricius, sehingga plika memendek. Plika bursa Fabricius
pada kelompok yang diberikan kortikosteroid CC2 dari umur 2, 3, 4, 5, dan 6 minggu memiliki lebar yang lebih kecil daripada kelompok kontrol CC0. Pada
kelompok perlakuan CC2 tampak lebar plika cenderung mengecil sejalan dengan waktu pemberian kortikosteroid. Namun tinggi plika kelompok perlakuan
CC2 pada umur 4 minggu lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol CC0 yang menunjukkan terdapat respon yang variatif. Variasi respon pada tinggi dan
lebar plika dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan ayam sehingga ayam tidak 100 seragam. Menurut Pastoret et al.
1998, faktor yang mempengaruhi perkembangan dan ukuran bursa Fabricius diantaranya genetik, agen infeksius, nutrisi, lingkungan, dan reseptor hormon.
Bahan aktif dari Prednisone, yaitu steroid dapat mempengaruhi perkembangan tinggi dan lebar plika bursa Fabricius. Berdasarkan hasil
penelitian, steroid dapat menyebabkan imunosupresi yang ditunjukkan dengan mengecilnya ukuran plika bursa Fabricius kecuali pada kelompok ayam umur 5
minggu. Kelompok ayam umur 5 minggu yang diberikan kortikosteroid memiliki
plika yang lebih pendek daripada kelompok kontrol. Hal ini dapat disebabkan faktor bobot badan yang tidak sama antar kelompok. Semakin besar bobot badan
ayam maka semakin besar pula ukuran bursa Fabriciusnya. Selain itu faktor umur dapat mempengaruhi perkembangan bursa Fabricius. Bursa Fabricius pada ayam
yang berumur 3 minggu mengalami perkembangan yang pesat, umur 4-8 bursa Fabricius dalam kondisi statis, dan umur ayam di atas 8 minggu
perkembangannya menurun. Oleh karena itu, kortikosteroid tidak mempengaruhi tinggi plika bursa Fabricius. Penelitian yang dilakukan Glick pada tahun 1957
dalam Taylor dan McCorkle 2009 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perkembangan bursa dengan level hormon. Pemberian baik kortikosteroid
maupun hormon androgen dapat menyebabkan regresi bursa Fabricius. Parameter lain yang diamati adalah penghitungan jumlah folikel limfoid
besar dan limfoid kecil bursa Fabricius. Withers et al. 2006 menyatakan terdapat dua macam folikel yang terbentuk, yakni folikel besar dan kolikel kecil setelah
terjadi infeksi IBDV Infectious Bursal Disease Virus pada ayam muda. Folikel kecil memiliki batas korteks dan medula yang belum jelas sedangkan folikel besar
berperan aktif dalam proliferasi limfosit B. Hasil uji satistik T-student terhadap jumlah folikel limfoid dapat dilihat pada Tabel 3 dan jumlah folikel keseluruhan
pada bursa Fabricius dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3 Perbandingan jumlah folikel limfoid besar dan kecil bursa Fabricius
kelompok kontrol CC0 dengan perlakuan CC2 dalam satu plika.
Umur minggu
Jumlah Folikel Besar Jumlah Folikel Kecil
CC0 CC2
CC0 CC2
2 9.87±6.81
a
11.67±5.52
a
11.67±6.67
a
18.70±10.37
b
3 11.70±3.97
a
11.30±4.15
a
7.67±2.61
a
11.33±4.70
b
4 11.00±4.5
a
9.53±3.31
a
12.00±4.29
a
19.10±7.87
b
5 9.40±5.45
a
7.80±2.18
b
12.80±6.99
a
19.73±15.74
a
6 8.20±5.29
a
9.00±2.73
b
14.73±8.71
a
12.73±7.38
a
Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0.05.
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata P0.05 pada jumlah folikel limfoid besar kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan pada
umur 5 dan 6 minggu. Kelompok ayam umur 2 dan 6 minggu memiliki jumlah folikel limfoid besar yang lebih banyak daripada kelompok kontrol. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Graczyk 2003 bahwa imunisasi pada ayam
yang disertai pemberian hormon steroid mengakibatkan peningkatan berat bursa Fabricius sebesar 50. Hormon steroid dan imunisasi tersebut dapat merangsang
pembentukan folikel limfoid sekunder folikel besar. Kelompok kontrol ayam umur 5 dan 6 minggu menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan kelompok
perlakuan. Namun jumlah folikel limfoid besar pada kelompok ayam umur tersebut lebih banyak daripada kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa
kortikosteroid tidak memberikan pengaruh pada ayam umur 5 dan 6 minggu. Penghitungan jumlah folikel limfoid besar menunjukkan hasil yang
berbeda dengan jumlah folikel limfoid kecil. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata P0.05 jumlah folikel limfoid kecil pada ayam
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan umur 2, 3, dan 4 minggu. Sedangkan ayam umur 5 dan 6 minggu tidak memiliki perbedaan nyata antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuannya. Ayam umur 2, 3, dan 4 minggu kelompok perlakuan memiliki folikel limfoid kecil lebih banyak daripada
kelompok perlakuan. Perkembangan folikel limfoid bursa Fabricius dimulai pada saat embrio memasuki umur 10 hari. Prekursor limfosit memasuki jaringan epitel
lalu menembus membran yang kemudian akan berploriferasi di medula lalu memasuki korteks. Kumpulan prekursor limfosit tersebut membentuk folikel
limfoid primer kecil. Folikel limfoid ini akan terus tumbuh dan berkembang sampai ayam mencapai pertumbuhan optimum pada umur 7-13 minggu, yakni
saat ayam mencapai dewasa kelamin Klein dan Horejsi 1997. Jumlah folikel limfoid kecil kelompok kontrol yang lebih besar daripada kelompok perlakuan
dapat mengindikasikan bahwa kortikosteroid tidak mempengaruhi jumlah folikel limfoid kecil pada ayam umur 2, 3, dan 4 minggu. Hal ini disebabkan
pertumbuhan folikel limfoid saat umur tersebut dalam kondisi optimum. Folikel primer kecil akan terus berkembang menjadi folikel limfoid
sekunder besar untuk respon imun humoral. Status respon imun humoral dapat diketahui melalui penghitungan jumlah folikel limfoid keseluruhan bursa
Fabricius. Hasil uji statistik terhadap jumlah folikel limfoid keseluruhan bursa Fabricius dapat dilihat pada Tabel 5. Kelompok kontrol tidak berbeda nyata
dengan kelompok perlakuan P0.05 tetapi jumlah folikel keseluruhan kelompok perlakuan cenderung lebih banyak daripada kelompok kontrol.
Pemberian imunisasi vaksin IBDV saat umur ayam 11 hari menyebabkan timbulnya respon imun dari folikel limfoid primer yang semakin aktif untuk
berubah menjadi folikel sekunder. Selain itu karena adanya pengaruh kortikosteroid yang dapat merangsang pembentukan folikel limfoid sekunder
mengakibatkan jumlah folikel limfoid keseluruhan pada kelompok perlakuan lebih banyak daripada kelompok kontrol. Pemberian kortikosteroid pada ayam
mengakibatkan peningkatan berat bursa Fabricius sebesar 50 Graczyk 2003. Namun kelompok perlakuan CC2 ayam umur 6 minggu jumlah folikel limfoid
keseluruhan lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol CC0 karena pada ayam umur ini secara alami perkembangannya mulai menurun Taylor dan
McCorkle 2009. Tabel 4 Perbandingan jumlah folikel limfoid keseluruhan bursa Fabricius antara
kelompok kontrol CC0 dengan perlakuanCC2 dalam satu plika. Umur minggu
CC0 CC2
2 21.50±12.66
a
30.33±14.55
a
3 19.40±5.10
a
22.60±6.35
a
4 23.00±80
a
28.60±8.07
a
5 22.40±11.10
a
27.50±14.53
a
6 22.93±12.82
a
21.73±8.25
a
Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0.05.
Folikel limfoid primer ditemukan pada DOC namun folikel limfoid sekunder baru dapat dilihat pada ayam berumur 7 hari. Jumlah minimal folikel
limfoid keseluruhan yang dapat ditemukan pada saat ayam baru menetas adalah 205±10.8 dan jumlah maksimal pada umur 17 minggu adalah 535±21.15
Albogoghobeish 2003. Jumlah folikel limfoid keseluruhan pada bursa Fabricius dalam penelitian baik kelompok kontrol CC0 maupun perlakuan CC2 umur 2,
3, 4, 5, dan 6 minggu berkisar 194−303 folikel. Jumlah ini masih normal dalam perkembangan bursa Fabricius pada ayam umur 2. 3, 4, 5, dan 6 minggu.
Gambar 7 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian kortikosteroid terhadap panjang dan lebar plika pada kelompok kontrol A tidak terlalu terlihat
perbedaannya dengan kelompok perlakuan B jika diamati pada pembesaran objektif 4x. Perbedaan bursa Fabricius secara histopatologi baru dapat terlihat
pada pembesaran objektif 10x melalui penghitungan jumlah folikel limfoid
keseluruhan. Jumlah follikel limfoid keseluruhan kelompok perlakuan D cenderung lebih banyak daripada kelompok kontrol C. Plika bursa yang diamati
dengan perbesaran objektif 10x pada kelompok kontrol C menunjukkan jaringan muskularis yang lebih padat dibandingkan plika bursa kelompok perlakuan D.
Gambar histopatologi kelompok perlakuan D menunjukkan adanya edema atau akumulasi cairan pada jaringan interlobulernya sehingga membuat kepadatan
jaringan intertisium bursa Fabricius berkurang.
Gambar 7 Gambaran histopatologi bursa Fabricius umur 4 minggu perbesaran 4x pada kontrol A dan perlakuan B dengan pewarnaan HE dilakukan pengukuran
panjang dan lebar plika P. Perhitungan jumlah folikel limfoid FL pada kontrol C dan perlakuan D dilakukan dengan perbesaran 10x. Edema E
tampak pada kelompok perlakuan.
Parameter lain yang dapat diamati dari organ bursa Fabricius adalah jumlah limfosit. Limfosit B dihasilkan dan mengalami pematangan dalam folikel
limfoid bursa Fabricius. Limfosit B berproliferasi di bagian korteks folikel limfoid. Limfosit B muda akan bermigrasi ke medula jika mendeteksi adanya
antigen. Adanya antigen akan memicu pembentukan, pendewasaan limfosit B, dan
P
FL FL
E
A B
C D
0.5 mm
P
produksi imunoglobulin Williams 2011. Menurut Cheville 2006, edema merupakan akumulasi cairan di jaringan intertisial. Edema disebabkan 2
mekanisme, yaitu meningkatnya tekanan hidrostatis dalam darah atau menurunnya tekanan osmotik koloid dalam plasma darah. Edema biasanya ditemukan pada
peradangan yang disertai meningkatnya jumlah sel radang dan kerusakan jaringan. Edema akibat proses homeostasis tubuh tidak disertai sel-sel radang dan
kerusakan jaringan. Glukokortikoid dalam tubuh menyebabkan ekstravasasi cairan ke jaringan intertisial, sedangkan mineralkortikoid menyebabkan retensi cairan.
Akumulasi cairan atau edema dapat terjadi akibat kerja hormon tersebut. Hasil uji statistik T-student terhadap perbandingan jumlah limfosit bursa Fabricius
kelompok kontrol CC0 dan perlakuan CC2 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Perbandingan jumlah limfosit bursa Fabricius kelompok kontrol CC0
dengan perlakuan CC2 dalam luas 2909.09 x 2327.27 µm
2
. Umur
minggu CC0
CC2 2
1164.30±148.95
a
1111.20±163.11
a
3 1058.80±132.54
a
729.80±112.33
b
4 1125.40±187.05
a
762.80±159.96
b
5 1403.90±213.56
a
888.30±103.41
b
6 1431.70±141.52
a
903.10±178.25
b
Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0.05.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa jumlah limfosit bursa Fabricius kelompok kontrol berbeda nyata P0.05 dengan kelompok perlakuan saat ayam
berumur 3, 4, 5, dan 6 minggu. Saat ayam umur 2 minggu kelompok kontrol tidak berbeda nyata dengan kelompok perlakuan P0.05 namun kelompok kontrol
tetap memiliki jumlah limfosit yang lebih banyak daripada kelompok perlakuan sama seperti ayam umur 3, 4, 5, dan 6 minggu. Limfosit B sangat dibutuhkan
sebagai mekanisme pertahanan tubuh ayam usia muda karena ayam usia muda sangat rentan terhadap agen penyakit. Rendahnya jumlah limfosit B
mengakibatkan antibodi tidak dapat diproduksi secara optimum. Steroid dapat menghambat perkembangan dan pendewasaan limfosit B Male et al. 2006.
Mekanisme penghambatan pembentukan dan fungsi limfosit B oleh kortikosteroid yakni dengan cara menghambat tahap awal pematangan limfosit B.
steroid juga dapat menghambat perlekatan interleukin pada limfosit B. Hal ini mengakibatkan limfosit B sulit menghasilkan antibodi Roitt et al. 2001. Oleh
karena itu kelompok ayam yang diberi kortikosteroid memiliki jumlah limfosit yang lebih sedikit daripada kelompok kontrol. Sekresi glukokortikoid akan
mengakibatkan kematian limfosit. Lesio histopatologi akibat kematian limfosit tersebut akan berdampak pada bursa Fabricius. Bursa Fabricius akan mengalami
imunosupresi sehingga limfosit dan folikel limfoid mengalami deplesi. Selain itu, efek stres dari glukokortikoid dapat menyebabkan atrofi organ limfoid. Kondisi
imunosupresi tersebut membuat unggas mudah terpapar bakteri dan meningkatkan resiko kematian unggas Hadipour et al. 2011. Gambaran histopatologi limfosit
kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Gambaran histopatol
ogi bursa Fabricius umur 4 minggu perbesaran 40x pada kontrol A dan perlakuan B dengan pewarnaan HE menunjukkan
adanya deplesi D limfosit L pada organ yang diberi kortikosteroid.
Gambar 7 menunjukkan kepadatan limfosit yang berbeda antara bursa Fabricius kelompok kontrol CC0 dengan kelompok perlakuan CC2. Limfosit
bursa Fabricius kelompok kontrol A lebih padat daripada kelompok yang diberi kortikosteroid B. Kortikosteroid menyebabkan deplesi pada limfosit bursa
Fabricius. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan deplesi limfosit adalah pemberian steroid, penyakit akut dan kronis akibat paparan virus, bakteri, jamur,
infeksi parasit, bahan-bahan kimia yang mengandung toksin, malnutrisi, hipovitaminosis A, dan stres akibat manajemen kandang yang tidak baik Doneley
2010.
A B
L L
L
L D
4.2 Perubahan Histopatologi pada Timus Akibat Pemberian Kortikosteroid