oleh makrofag dan sel raksasa. Infeksi jamur jarang ditemukan. Peradangan gabungan heterofil, limfosit, sel plasma, makrofag, dan sel raksasa dapat
ditemukan pada infeksi jamur. Sedangkan infeksi protozoa akan menyebabkan bursa Fabricius edema. Paparan toxin dapat menyebabkan deplesi limfositik dan
limfositolisis. Malnutrisi dan kekurangan vitamin A menyebabkan atropi bursa. Neoplasma atau limfosarkoma pada unggas diinduksi oleh retrovirus Schmidt
2003.
Gambar 2 Bursa Fabricius: 1 lumen, 2 pseudostratified columnar epitelial, 3 folikel, dan
4 muskularis sumber: Nassar 2008.
2.3.2 Timus
Timus adalah organ yang sangat penting pada hewan muda. Perkembangannya dimulai dari saat sebelum pubertas sampai dewasa. Ukuran
timus akan semakin mengecil seiring dengan pertambahan umur hewan. Pada permukaan timus dapat ditemukan lapisan lemak, elemen fibrosa dan jaringan
timus. Timus terbentuk dari kantung faringeal ketiga Dyce et al. 2002. Menurut Hammond 2005 Pembentukan timus pada masa embrional diinduksi oleh
kantong endodermal. Secara anatomis, timus ayam terletak pada sisi kanan dan kiri saluran pernafasan trakhea. Warnanya pucat kuning kemerah-merahan,
bentuknya tidak teratur dan berjumlah 3-8 lobi pada masing-masing leher. Tiap lobus dihubungkan oleh jaringan ikat dan membentuk suatu untaian yang berada
dekat dengan vena jugularis Getty 1975.
Tizard 1987 mengungkapkan bahwa timus tediri dari kortex dan medula. Korteks terdiri dari limfosit dan epitel retikulum. Limfosit T thymocytes yang
telah meninggalkan sumsum tulang di bagian organ imunitas yang kompeten telah bermigrasi dan menempati korteks. Pada titik ini, limfosit T telah terbagi menjadi
sel imun yang jauh lebih kompeten. Pada beberapa bagian lobus akan tampak kegelapan akibat populasi dari sel-sel ini. Sedangkan di dalam medula terdapat
benda bulat yang dikenal sebagai badan timus korpuskulus Hassal yang fungsinya tidak diketahui. Benda ini mengandung keratin dan mungkin sebagai
petunjuk adanya kegagalan keratinisasi oleh sel epitelial. Penyediaan darah ke timus berasal dari arteri yang masuk melalui jaringan ikat pembatas dan menjulur
sebagai arteriol sepanjang pertemuan pertemuan kortiko-medula. Kapiler yang terjadi dari arteriol ini memasuki korteks dan melingkar kembali ke medula.
Pada hewan umur muda, timus bersifat sangat aktif yang secara normal mengalami involusi menjelang pubertas dan bertambahnya umur. Proses involusi
ditandai dengan berkurangnya secara bertahap limfosit terutama di daerah korteks, pembesaran dari sel-sel epitel retikuler dan parenkim diganti oleh sel lemak. Pada
hewan dewasa, timus terdiri dari jalur-jalur tipis parenkim di mana banyak sel-sel epitel retikuler membesar yang dikelilingi jaringan lemak Dellman 1989.
Histopatologi yang sering terdapat pada timus unggas, diantaranya sistik, atropi, dan neoplasia. Sistik pada timus unggas jarang ditemukan sebagai lesi
insidentil. Etiologi sistik tidak diketahui, namun sistik dapat terbentuk dari dilatasi saluran timofaringeal persisten. Pada sistik dapat teramati sel-sel epitel squamosa
yang berlapis-lapis sehingga menjadi tebal dan material-material menyerupai koloid. Atropi dicirikan dengan hilangnya populasi limfosit dan hilangnya batas
perbedaan antara medula dan korteks. Avian Influenza, virus Marek, serta beberapa virus penyebab IBD Infectious Bursal Disease dapat menimbulkan lesi
yang serupa pada unggas. Stres akibat nutrisi dan paparan hormon kortison juga dapat menyebabkan atropi. Neoplasia pada timus dapat tumbuh dari sel-sel epitel
atau limfosit. Tumor epitelial dapat diklasifikasikan sebagai thymoma sedangkan tumor limfosit diklasifikasikan sebagai lymphosarkoma. Massa tumor dapat
terbentuk di semua bagian subkutis leher mulai dari mandibula sampai pangkal dada. Massa dapat berupa sistik dan hemoragi Schmidt et al. 2003.
Gambar 3 Organ timus terdiri medula dan korteks yang dibungkus oleh kapsula. Setiap lobus timus dihubungkan oleh trabekula sumber: Bellham 2011.
2.3.3 Limpa