Gambar 3 Organ timus terdiri medula dan korteks yang dibungkus oleh kapsula. Setiap lobus timus dihubungkan oleh trabekula sumber: Bellham 2011.
2.3.3 Limpa
Limpa bangsa burung berbentuk bulat, berstruktur merah kecoklatan yang berada di lambung bagian kanan. Perbedaan dengan limpa mamalia adalah dari
struktur anatomi dan fungsinya. Limpa pada ayam memiliki kapsul jaringan ikat yang tebal dan kerangka yang tersusun atas sel retikular. Pulpa merah dan pulpa
putih melapisi bagian limpa dengan jumlah yang sama. Pulpa mengisi 80-90 bagian limpa dan sisanya merupakan jaringan penghubung. Pulpa putih membaur
dan tidak tampak jelas batas-batasnya. Pulpa putih terdiri dari sel limfoid yang berakumulasi di ujung cabang arteri limpa. Pulpa merah termasuk sinus venosus
dan jaringan spons terdiri dari limfosit, sel retikular, makrofag, sel plasma, dan sel darah merah. Perbedaan pulpa merah dan pulpa putih pada ayam kurang jelas jika
dibandingkan dengan mamalia. Fungsi dari limpa pada unggas adalah a memfagositosis sel darah merah oleh makrofag di pulpa merah, b limfositpoiesis
di pulpa putih, dan c menyerap antigen serta memproduksi antibodi oleh sel limfoid di pulpa merah dan putih. Hal ini dapat dikatakan limpa sebagai gudang
penyimpanan darah Herenda 1996. Davison et al. 2008 menyatakan setelah proses haematopoiesis selesai
maka pulpa merah akan berubah fungsi menjadi penyaring sel-sel eritrosit yang mengalami penuaan. Pengamatan imunohistokimia menunjukkan matriks
ekstraseluler limpa sangat kompleks, dengan setiap bagian memiliki bagian spesifik yang berkontribusi dalam proses adhesi dan migrasi sel-sel leukosit. Sel
limfoid dan sel non-limfoid dapat dikenali oleh pulpa merah. Terdapat banyak makrofag pada pulpa merah. Sedangkan sel-sel non-limfoid seperti heterofil
tersebar di sinus pulpa merah. Sturkie 2000 berpendapat pulpa putih terdiri atas 3 daerah, yaitu PALS periarteoral lymphatic sheath, pusat germinal, dan daerah
periellipsoid white pulp PWP. Arteri pusat yang masuk ke PWP menjadi penicilliform capillary PC. Daerah PC dikelilingi capillary sleeve CS. CS
disulam oleh ellipsoid-associated cell EAC yang mengikat beragam substansi yang memasuki CS melalui stomata oleh sel endothelial dari daerah PC. Pada
unggas daerah limpa terdiri dari CS yang diselaputi EAC beserta sel B dan makrofag.
Limpa memiliki reaksi dengan antigen. Antigen yang masuk secara intravena akan dijerat paling tidak sebagian, di dalam limpa yang diambil oleh
makrofag baik yang terdapat di zona pembatas maupun yang membatasi sinusoid pulpa merah. Sel ini membawa antigen ke folikel primer dalam pulpa putih,
setelah itu sel penghasil antibodi akan bermigrasi. Sel penghasil antibodi ini menempati zona pembatas dan pulpa merah, dan di daerah inilah produksi
antibodi ini pertama kali ditemukan. Pembentukan pusat germinal juga terjadi dalam folikel primer dalam beberapa hari, walaupun hal ini tidak langsung
berkaitan dengan produksi antibodi. Pada hewan yang sudah memiliki antibodi yang bersirkulasi, penjeratan antigen oleh sel dendrit dalam folikel sekunder
menjadi penting. Seperti halnya pada tanggap kebal primer, sel penghasil antibodi berpindah dari folikel ini menuju ke pulpa merah dan zona pembatas, tempat
sebagian besar produksi antibodi berlangsung, walaupun sebagian antibodi bisa juga diproduksi di dalam folikel sekunder yang hiperplastik Tizard 1987.
Atropi dan pembesaran limpa sulit untuk dibedakan dengan ukuran normal organ. Atropi dapat disebabkan oleh beberapapa mekanisme seperti
hemosiderosis, usia yang sudah tua, kelainan sekresi, dan kelanjutan dari kongesti. Kongesti pada limpa merupakan hal yang umum dan dapat terlihat adanya
akumulasi darah yang berwarna gelap saat diinsisi. Penyebab yang paling sering adalah akibat ethanasia dengan barbituat. Kongesti juga dapat ditemukan pada
anemia hemolitik dengan eritrosit yang mengalami retensi dalam pulpa merah. Pembesaran limpa dengan berbagai alasan cenderung berakibat thrombosis dan
infark. Adanya diskret pada nodul yang muncul saat permukaan limpa diinsisi merupakan indikasi dari hiperplasia limfoid benign nodular Carlton dan
McGavin 1995. Menurut Schimidt et al. 2003 penyakit viral yang sering menyerang
organ limpa unggas adalah Avian Polyomavirus, Herpesvirus, dan Avipoxvirus. Akibat agen ini, limpa unggas mengalami pembesaran atau splenomegali. Ayam
merupakan reservoir terbesar Salmonella khususnya Salmonella thypimurium yang menyebabkan splenomegali dan infiltrasi limfosit, makrofag, dan heterofil.
Penyakit degeneratif yang biasa menyerang limpa adalah amiloidosis. Hal ini disebabkan substansi protein yang bersifat patologis dan menjadi deposit di
jaringan serta organ. Umumnya limpa akan tampak pucat dan padat jika diinsisi. Sedangkan karsinoma metastatik jarang ditemukan pada organ ini.
Gambar 4 Limpa ayam: 1 kapsula, 2 pulpa merah, 3 pulpa putih, 4 arteri, dan 5 nodul limfatik sumber: Nassar 2008.
2.4 Kortikosteroid