2.2.1. Hutan Rakyat
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.26Menhut-II2005 tentang pedoman Pemanfaatan Hutan Hak, hutan hak adalah hutan yang berada
pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah, yang lazim disebut dengan hutan rakyat yang di atasnya
didominasi oleh pepohonan dalam suatu ekosistem yang ditunjuk oleh bupati walikota. Menurut Hardjanto 2000, hutan rakyat merupakan hutan yang dimiliki
oleh masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan. Oleh karena itu, hutan rakyat disebut hutan milik.
Penanaman pepohonan di tanah milik masyarakat oleh pemiliknya merupakan salah satu butir kearifan masyarakat dalam rangka memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya. Pengetahuan tentang kondisi tanah dan faktor-faktor lingkungannya untuk dipadukan dengan pengetahuan jenis-jenis pohon yang akan
ditanam untuk mendapatkan hasil yang diharapkan oleh pemilik lahan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan hutan rakyat. Keberadaan
hutan rakyat tidaklah semata-mata akibat interaksi alami antara komponen botani, mikro organisme, mineral tanah dan air, serta udara, melainkan adanya peran
manusia dan kebudayaannya. Kreasi budaya yang dikembangkan dalam interaksinya dengan hutan berbeda-beda antar kelompok masyarakat Suharjito
2000.
2.2.2. Potensi Hutan Rakyat
Hutan rakyat telah sejak puluhan tahun yang lalu diusahakan dan terbukti sangat bermanfaat, tidak hanya bagi pemiliknya, tapi juga masyarakat dan
lingkungannya. Sekalipun demikian pada awalnya keberadaan dan peran hutan rakyat kurang “dilirik” oleh para birokrat, peneliti maupun ilmuwan pada
umumnya, hingga adanya temuan hasil penelitian IPB pada tahun 1976 dan UGM pada tahun 1977 tentang konsumsi kayu pertukangan dan kayu bakar di Jawa
yang ternyata sebagian besar disediakan oleh hutan rakyat Darusman dan Hardjanto 2006.
Menurut Direktur Penghijauan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan 1995 menyatakan bahwa hutan rakyat mempunyai manfaat ganda,
yaitu selain manfaat ekologis juga manfaat ekonomis. Departemen Kehutanan sendiri menegaskan bahwa tujuan pokok dari pengembangan hutan rakyat adalah
antara lain memenuhi kebutuhan kayu, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperluas kesempatan kerja penduduk, dan salah satu upaya pengentasan
kemiskinan. Hutan rakyat di Indonesia mempunyai potensi besar, baik dari segi
populasi pohon maupun jumlah rumah tangga yang mengusahakannya, yang ternyata mampu menyediakan bahan baku industri kehutanan. Perkiraan potensi
dan luas hutan rakyat yang dihimpun dari kantor-kantor dinas yang menangani kehutanan di seluruh Indonesia mencapai 39.416.557 m
3
, dengan luas 1.568.415 ha, sedangkan data potensi hutan rakyat berdasarkan sensus pertanian yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS menunjukkan bahwa potensi hutan rakyat mencapai 39.564.003 m
3
dengan luas 1.560.229 ha. Jumlah pohon yang ada mencapai 226.080.019 dengan jumlah pohon siap tebang sebanyak
78.485.993 batang Anonim 2004 dalam Darusman dan Hardjanto 2006.
2.2.3. Pengelolaan Hutan Rakyat