Saluran Pemasaran Hasil Hutan Pesantren

Tabel 6. Pendapatan rata-rata per tahun usaha industri Jenis produk Satuan Produksi rata-rata unittahun Harga jual Rpunit Hasil jual Rptahun Balok m 3 365,00 1.600.000 584.000.000 Kaso m 3 273,75 900.000 246.375.000 Reng m 3 91,50 1.100.000 100.650.000 Papan m 3 182,50 1.200.000 219.000.000 Racuk m 3 121,70 700.000 85.190.000 Peti telur Buah 19.200,00 2.800 53.760.000 Sebetan Pick up 792,00 160.000 126.720.000 Serbuk gergaji Truk 48,00 250.000 12.000.000 Jasa Rental 120.000 5.760.000 Total 1.433.455.000 Tabel 7. Pengeluaran rata-rata per tahun industri penggergajian No. Jenis pengeluaran Biaya Rptahun 1 Operator Bensaw 21.900.000 2 Operator Chainsaw 91.250.000 3 Kuli panggul 182.500.000 4 Solar 18.250.000 5 Asahan gergaji 73.000.000 6 Bahan baku 730.000.000 Total 1.116.900.000

5.3.2. Saluran Pemasaran Hasil Hutan Pesantren

Kegiatan pengelolaan hutan pesantren tidak berhenti sampai kegiatan pemanenan saja, tetapi ada tahapan berikutnya adalah kegiatan penjualan kayu atau pemasaran kayu. Berdsarkan hasil wawancara penjualan kayu hutan pesantren biasanya dalam bentuk kayu gelondongan dan kayu olahan. Namun saat ini, penjualan kayu gelondongan dihentikan, karena nilai jualnya tidak terlalu tinggi, ditambah pesantren memiliki fasilitas penggergajian yang cukup untuk mengolah kayu yang dihasilkan, sehingga kayu yang dihasilkan saat ini adalah kayu olahan. Kayu olahan dijual setelah melalui proses pengolahan di industri penggegajian milik pesantren, sehingga menambah nilai manfaat kayu dan harga jualnya menjadi lebih mahal. Gambar 19 memperlihatkan bahwa hasil hutan berupa kayu sebelum dijual diproses dahulu untuk dijadikan kayu olahan. Telah dijelaskan bahwa salah satu alasan penebangan di hutan pesantren adalah karena kebutuhan untuk pesantren sendiri. Dalam konteks tersebut, jika pohon yang telah ditebang ingin dijadikan kayu olahan, maka untuk pengolahannya pihak pesantren menyewa mesin penggergajian kepada industri penggergajian pesantren. Sebaliknya untuk kayu yang akan dijual, maka pihak industri penggergajian membeli bahan bakun berupa kayu gelondongan kepada pengurus hutan pesantren yang selanjutnya diolah di industri penggergajian. Ini menunjukkan bahwa aliran dana tetap berputar di dalam tubuh pesantren, hanya saja perpindahannya dari unit satu ke unit lainnya. Sebagai contoh unit rumah tangga pesantren membeli kayu kepada unit usaha pesantren. Selanjutnya, Gambar 19 menunjukkan adanya saluran dari industri penggergajian ke konsumen. Konsumen tidak hanya pembeli pada umumnya, tetapi konsumen tersebut bisa juga pesantren darunnajah yang lainnya, yaitu Pesantren Darunnajah 1, 3, 4, 8, dan 9. Gambar 19. Saluran pemasaran hasil hutan Pesantren Darunnajah 2 cipining Selain itu, pesantren juga menjual kayu dari hasil penjarangan dalam bentuk kayu bulat, dimana kayu yang berdiameter 10 cm dijual per batang dan panjang kayu adalah 3 – 4 m. Kayu tersebut dijadikan kayu bakar yang dijual ke industri Hutan pesantren 1. Kayu gelondongan 2. Kayu bakar Rumah tangga pesantren - Meja belajar - Kursi - dll Industri penggergajian 1. Kayu olahan 2. Kayu limbah Konsumen kayu olahan Industri batu bata batu batu. Kemudian, terdapat limbah berupa sebetan dan serbuk gergaji dimana limbah tersebut merupakan sisa dari industri penggergajian yang dijual per mobil pick up dan mobil truk.

5.4. Kontribusi Usaha Hutan Pesantren