Pengelolaan Hutan Rakyat Pengelolaan Hutan Berbasiskan Masyarakat

yaitu selain manfaat ekologis juga manfaat ekonomis. Departemen Kehutanan sendiri menegaskan bahwa tujuan pokok dari pengembangan hutan rakyat adalah antara lain memenuhi kebutuhan kayu, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperluas kesempatan kerja penduduk, dan salah satu upaya pengentasan kemiskinan. Hutan rakyat di Indonesia mempunyai potensi besar, baik dari segi populasi pohon maupun jumlah rumah tangga yang mengusahakannya, yang ternyata mampu menyediakan bahan baku industri kehutanan. Perkiraan potensi dan luas hutan rakyat yang dihimpun dari kantor-kantor dinas yang menangani kehutanan di seluruh Indonesia mencapai 39.416.557 m 3 , dengan luas 1.568.415 ha, sedangkan data potensi hutan rakyat berdasarkan sensus pertanian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS menunjukkan bahwa potensi hutan rakyat mencapai 39.564.003 m 3 dengan luas 1.560.229 ha. Jumlah pohon yang ada mencapai 226.080.019 dengan jumlah pohon siap tebang sebanyak 78.485.993 batang Anonim 2004 dalam Darusman dan Hardjanto 2006.

2.2.3. Pengelolaan Hutan Rakyat

Menurut Purwanto at al. 2004 dari hasil kajian dan studi hasil hutan rakyat yang dilakukan oleh Balai Sumber: Litbang Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat BP2TPDAS-IBB di Surakarta, secara garis besar terdapat dua model pengelolaan hutan rakyat yaitu: 1. Monokultur satu jenis kayu a. Agroforestry, kayu dengan tanaman semusim dan kayu dengan tanaman perkebunan. b. Sylvopasteur, kayu dengan tanaman makanan ternak. c. Wanafarma, kayu dengan tanaman obat-obatan. 2. Polikultur atau campuran Friday et al. 1999 menyatakan bahwa pengelolaan hutan rakyat seperti agroforestry terdiri dari: a. Pemilihan lokasi Lokasi yang dipilih untuk ditanami kayu milik rakyat sebaiknya dipilih di kawasan-kawasan yang tidak dapat dijadikan lahan untuk pertanian secara permanen. Apabila di lahan-lahan tersebut sudah ada tanaman-tanaman yang berupa tanaman kayu atau buah-buahan, maka tanaman kayu dapat dilaksanakan sebagai tanaman sisipan di antara tanaman lain yang sudah ada sehingga seluruh kebun akan menjadi lebih produktif. b. Persiapan lahan Tanah-tanah yang akan ditanami tanaman kayu pada umumnya berupa tanah yang telah berupa kebun dan terdapat tanaman lainnya serta tidak mengandung tumbuhan liar. Oleh karena itu, untuk menanam kayu tidak perlu dibersihkan secara keseluruhan. Setiap bibit yang akan ditanam cukup disiapkan lubang tanam yang berukuran kurang lebih 30 cm x 30 cm dengan kedalaman 30 cm yang sekelilingnya dibersihkan dan diameter lubangnya ± 100 cm sistem camplongan. Apabila tanaman kayu akan ditanam bersama-sama dengan tanaman palawija dengan sendirinya persiapan lahan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. c. Pemilihan jenis kayu Jenis kayu yang dipilih sebaiknya jenis kayu yang sudah lazim ditanam di Pulau Jawa misalnya: kayu sengon, kayu afrika, mindi, dan lain-lain yang merupakan jenis kayu yang sudah dikenal dan telah mempunyai pasaran yang teratur baik sebagai bahan untuk kayu kontruksi maupun sebagai bahan baku untuk industri. d. Pengadaan bibit Pengadaan bibit dapat dilaksanakan secara vegetatif dengan bibit yang berasal dari batang atau cabang dan secara generatif. Pengadaan bibit secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek dan cangkokan pada tanaman muda sedangkan persiapan bibit secara generatif yang berasal dari biji maka penanamannya dapat dilaksanakan langsung dengan menanamkan biji di lapangan atau dibuat bibit dalam persemaian, tergantung sifat dan jenis kayu yang bersangkutan. e. Pengangkutan Mengangkut bibit dari persemaian ke lokasi penanaman perlu diperhatikan karena pengangkutan yang tidak baik dapat menyebabkan rusaknya bibit. Bahaya terbesar adalah kekurangan air dan kerusakan akar, sehingga diusahakan untuk memilih lokasi sumber air yang tersedia sepanjang tahun, dan kondisi tanah yang datar. f. Penanaman Jarak tanam yang tepat sesuai dengan rencana perlu ditetapkan dalam penanaman bibit. Apabila pohon akan ditanam bersama-sama dengan tanaman lain, maka perlu diperhatikan jarak tanam yang diatur agar tidak saling mengganggu. Sementara itu, apabila tanaman kayu yang akan ditanam murni, maka perlu diperhatikan apakah akan dimulai dengan tanaman yang rapat, misalnya 3 m x 2 m. Hal ini akan tergantung dari kondisi lahan dan tujuan penanaman. Apabila akan dilaksanakan tumpangsari dengan jenis tanaman lain dapat dipilih jarak tanam 4 m x 5 m sehingga per ha akan diperoleh 500 pohon, sedangkan di antara dua larikan pohon dapat ditanam palawija atau tanaman lain sebagai tanaman campuran. Bila jaraknya sesuai, tanaman campuran tidak akan saling mengganggu tanaman pokoknya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan dan diberi pupuk dasar bila memungkinkan. Selain itu, diberi bahan mulsa yang digunakan di sekitar pohon yang dapat diambil dari hasil penyiangan tentunya yang tidak membahayakan. g. Pemeliharaan tanaman Pada dasarnya tanaman kayu yang masih muda harus dijaga dari gulma dan semak serta alang-alang yang berlebihan. Oleh karena itu, untuk mengurangi biaya pemeliharaan sebaiknya di antara larikan ditanami palawija yang tidak mengganggu, seperti kacang tanah, jagung, kacang kedelei, kacang wijen, dan lain-lain. Kegiatan pemeliharaan seperti pemupukan, penyiangan melingkar, meminimalkan persaingan, pemangkasan yang tepat, dan melindungi pohon dari hama dan penyakit. Pemeliharaan yang berupa penjarangan dan penyiangan akan sangat membantu pertumbuhan kayunya. h. Penebangan Penebangan pohon-pohon tergantung dari beberapa faktor, yaitu: tujuan penanaman, kondisi alami dari tanaman, kondisi pasar, dan cara menebang. Berdasarkan pengalaman penebangan dengan orientasi pasar, sebaiknya dilaksanakan secara tebang pilih. Perlu diperhatikan bahwa setiap penebangan harus ditanam kembali secepatnya. Apabila penebangan berupa pemeliharaan, yaitu penjarangan, maka perlu diperhatikan bahwa kayu yang ditebang sudah harus mencapai suatu ukuran yang dapat dimanfaatkan sehingga kayu yang dihasilkan dapat dipasarkan atau sebagai kayu bakar. i. Penanaman kembali Bekas pohon yang ditebang harus segera ditanam kembali sehingga jumlah tanaman akan selau tetap. Oleh karena itu, setiap akan melakukan penebangan petani sudah menyiapkan bibit untuk ditanam sebagai pengganti pohon yang akan ditebang. j. Kemurnian tanaman Penanaman kayu terutama pada usia muda dianjurkan untuk ditanam bersama dengan tanaman lain, terutama tanaman bawah yang tidak saling mengganggu. Tanaman yang dianjurkan sebagai tanaman sela antara lain adalah tanaman palawija, tanaman ekonomi, umbi-umbian, dan lain-lain. Bahkan padi gogo dan jagung juga banyak digunakan sebagai tanaman campurannya. Tanaman campuran tersebut hanya dapat ditanam sampai dengan daun pohonnya tidak terlalu rapat menutupi bagian bawah pohon dan sinar mataharinya masih tetap dapat menjangkau tanaman palwija yang ada di bawahnya.

2.3. Kontribusi Hutan Rakyat