Tabel 4. Nama-nama blok di hutan Pesantren Darunnajah 2
No. Nama Blok
Luas ha
Umur Tahun
1  Sibali 1 8
2 2  Sibali 2
6,5 3
3  Sibali 3 6
1 4  Sibali 4
4,5 1
5  Cipayung 7
3 6  Cikarang 1
2 2
7  Cikarang 2 1,5
1 8  Ciapus
4,5 3
9  Segaraan 3
1 10  Gudawang 1
4 5
11  Gudawang 2 3,5
4 12  Gudawang 3
1,5 4
4.3. Sejarah Singkat Usaha Pegelolaan Hutan Pesantren
Berdasarkan  SK  Gubernur  Jawa  Barat  No.  593.82SK.259.SAGR-DA225- 87, tanggal 24 Februari 1987 Pesantren Darunnah 2 Cipining berdiri di atas tanah
wakaf  seluas  70  hektar.  Berdirinya  Pesantren  Darunnajah  2  Cipining  ini  dilatar belakangi  karena  Pondok  Pesantren  Darunnajah  1  Ulujami  Jakarta  Selatan  tidak
dapat  menampung  seluruh  peminat  yang  mendaftar,  sehingga  mendorong pimpinan  pesantren  untuk  mencari  lokasi  yang  lain  agar  dapat  menampung  para
santri  yang  mendaftar  ke  pesantren  tersebut.  Akhirnya  tahun  1986  dimulai pencarian  lokasi  yang  memungkinkan  mendirkan  pesantren  dan  ditemukanlah
lokasi  yang  tepat  yaitu  di  Kampung  Cipining,  Desa  Argapura,  Kecamatan Cigudeg,  Kabupaten  Bogor.  Adapun  peresmian  pesantren  sendiri  yaitu  pada
tanggal  18 Juli 1988. Sejak berdirinya pada tahun 1988, Pesantren Darunnajah 2 Cipining  telah  berusaha  menerapkan  model  kepemimpinan  dan  pola  manajemen
modern.  Saat  ini,  pimpinan  pesantren  dibantu  oleh  sembilan  biro  yaitu  biro pendidikan, biro pengasuhan, biro keuangan, biro rumah tangga, biro usaha, biro
dakwah dan humas, biro pengkaderan, biro ilmu dan teknologi, serta biro pramuka
dan pengembangan prestasi santri dengan struktur organisasi yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur organisasi Pesantren Darunnajah 2 Cipining
Dari Gambar 3 salah satu struktur yang dimasukkan dalam struktur organisasi pesantren  adalah  biro  usaha.  Fungsi  biro  tersebut  adalah  mencari  dana  dalam
rangka  mendukung  operasional  semua  kegiatan  pesantren.  Adapun  usaha  yang dijalankan  oleh  pesantren  antara  lain  peternakan,  industri,  pertanian  dan
perkebunan, perikanan, perdagangan, dan kehutanan. Biro usaha memiliki struktur organisasi yang disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur organisasi biro usaha pesantren
Usaha-usaha  yang  ditunjukkan  Gambar  4  merupakan  sumber  pendapatan bagi  pesantren  untuk  menjalankan  program  dan  memenuhi  kebutuhan  bagi  para
santri.  Berikut  adalah  penjelasan  dri  usaha-usaha  Pesantren  Darunnajah  2 Cipining:
1. Usaha Peternakan
Peternakan  merupakan  salah  satu  unit  usaha  yang  dijalankan  Pesantren Darunnajah  2  Cipining  .  Usaha  ini  dibangun  pada  1995,  dimana  hewan  yang
diusahakan  adalah domba dan  ayam.  Hanya saja  pada 2004, usaha ternak ayam dihentikan,  karena  harga  yang  fluktuatif  dan  tidak  terlalu  memberikan
keuntungan  kepada  pesantren.  selain  itu,  isu  adanya  flu  burung  juga  menjadi pertimbangan pesantren untuk menghentikan ternak ayam.
Hewan yang masih dijalankan sebagai usaha pesantren sampai saat ini adalah domba dan kerbau. Adapun model yang dikembangkan dari usaha tersebut adalah
usaha penggemukan. Model ini dikembangkan karena waktu pemeliharaan sampai dijual tidak lama hanya sekitar 2
– 4 bulan. Hewan domba biasanya dijual ketika ada  acara-acara  tertentu,  yaitu  untuk  aqiqah  dan  qurban.  Sedangkan  penjualan
kerbau momennya tidak  tentu, bahkan penentuan harga jual hanya ditaksir tanpa penimbangan yang biasa disebut dengan istilah jogrog. Untuk pemasaran sendiri,
Pesantren  Darunnajah  2    menjualnya  hanya  kepada  pesantren-pesantren  lainnya yaitu Pesantren Darunnajah 1, 2, 3, dan 4, serta Pesantren Darul Muttaqien.
Gambar 5. Peternakan domba Gambar 6. Peternakan kerbau
2. Usaha Pertanian dan Perkebunan
Usaha  ini  dimulai  sejak  didirikannya  pesantren.  Hasil  pertanian  utama  bagi pesantren  adalah  padi.  Berdasarkan  hasil  wawancara,  padi  yang  dihasilkan
merupakan  hasil  kerja  sama  dengan  para  petani  masyarakat  sekitar  pesantren, dimana  pengelolaan  sawah  diserahkan  sepenuhnya  kepada  petani  dan  hasilnya
dibagi  dengan  sistem  paroan.  Paroan  adalah  istilah  pembagian  hasil  dengan
pembagian  yang sama antara pengelola dengan  yang memiliki  lahan.  Luas lahan yang  digunakan  untuk  sawah  adalah  2,6  hektar,  tetapi  yang  produktif  hanya  1,7
hektar.  Setiap  tahunnya  sawah  yang  dikembangkan  mengalami  dua  kali  panen, dimana  setiap  kali  panen  padi  yang  dihasilkan  kurang  lebih  2  ton,  dan  dibagi
masing-masing  1  ton.  Jika  diolah  menjadi  beras,  maka  dari  1  ton  tersebut,  maka akan mengahasilkan 7 kwintal.
Beras  yang  dihasilkan  dari  sawah  pesantren  digunakan  untuk  mencukupi kebutuhan  sehari-hari  bagi  para  santri.  Kebutuhan  pesantren  akan  nasi  sendiri
tidak kurang dari 1,5 kwintal per harinya, sehingga hasil panen padi hanya cukup untuk  lima  hari.  Selain  ditanami  padi,  tanaman  buah-buahan  seperti  pisang,
kelapa, nangka, dan cempedak dikembangkan di pesantren. Pisang  merupakan  salah  satu  komoditas  yang  dihasilkan  di  pesantren.
Tanaman  pisang  senantiasa  dipanen  setiap  minggunya,  dimana  dalam seminggunya tanaman pisang dipanen dua kali. Dalam  seminggu pisang  dipanen
sebanyak  15  tandan,  dimana  setiap  tandan  terdapat  12  sisir.  Tanaman  pisang  di pesantren  ditanam  tidak  pada  areal  khusus,  tetapi  tanaman  tersebut  menyebar  di
sekitar  areal  pesantren.  Pada  1998  sempat  dilaksanakan  penanaman  tanaman pisang  secara  massal  di  lahan  seluas  10  hektar.  Kemudian  tahun  2000-2004
pesantren bekerja sama dengan IPB melakukan penanaman tanaman pisang abaka di lahan seluas 25 hektar.
Selain  pisang,  buah  yang  menjadi  komoditas  yang  dikembangkan  di pesantren adalah kelapa. Buah kelapa dipanen satu minggu sekali. Dalam satu kali
panen,  tidak  kurang  dihasilkan  kelapa  sebanyak  90 –  100  butir.  Selain  itu,
pesantren  juga  memiliki  tanaman  nangka  untuk  kebutuhan  konsumsi  sehari-hari santri. Jadi, buah nangka yang dihasilkan tidak dijual. Buah nangka biasa dipanen
seminggu  sekali,  dimana  dalam  satu  kali  petik  bisa  mencapai  18  buah.  Sebagian besar nangka  yang didapat  dijadikan sayur. Selanjutnya, tanaman buah  yang  ada
di  pesantren  selain  yang  di  atas  adalah  buah  campedak.  Buah  campedak  hampir mirip  seperti  nangka,  tapi  bentuknya  panjang  dan  lebih  kecil  dari  buah  nangka,
dan aromanya harum. Saat ini, pesantren memiliki pohon campedak kurang lebih 40 pohon.
Selain  tanaman  buah,  dikembangkan  pula  tanaman  umbi-umbian.  Tanaman yang  diusahakan  adalah  singkong.  Tanaman  singkong  biasa  dipanen  seminggu
sekali dimana dalam satu kali panen menghasilkan 1,2 kwintal singkong.
3. Usaha Perikanan
Usaha perikanan sudah dua tahun  tidak berjalan lagi. Berhentinya usaha ini karena  pengelolaan  yang  kurang  baik.  Sebelumnya,  jenis  ikan  yang
dibudidayakan adalah ikan nila, ikan mas, ikan lele, dan ikan bawal. Berdasarkan hasil  wawancara,  usaha  di  bidang  perikanan  saat  ini  hanya  penyewaan  lahan
untuk budidaya lobster yang dikembangkan oleh swasta. 4.
Usaha Perdagangan Banyaknya  para  santriwan  dan  santriwati  di  Pesantren  Darunnajah  2
memberikan dorongan kepada pengelola pesantren untuk membentuk usaha yang dapat  memenuhi  kebutuhan  para  santri  mulai  dari  makanan,  alat  kebersihan,  dll.
Akhirnya  dibentuklah  usaha  perdagangan  yang  harapannya  dapat  mencukupi kebutuhan  para  santri  tersebut.  Adapun  usaha  yang  dijalankan  dalam  usaha  ini
antara  lain  penyediaan  kantin  di  lingkungan  pesantren,  warung  serba  ada waserda, dan jasa seperti barber shop, laundry, dan warnetwartel.
5. Usaha Industri Penggergajian
Industri gergajian merupakan salah satu usaha yang dijalankan oleh Pesantren Darunnajah  2.  Usaha  ini  berdiri  pada  tahun  2007.  Usaha  ini  didirikan  untuk
meningkatkan nilai kayu. Kayu  yang dipanen dari hutan pesantren diolah dahulu sehingga  kayu  yang  dihasilkan  memiliki  nilai  jual  yang  lebih  tinggi.  Industri
penggergajian sendiri baru memiliki satu unit yaitu Bain saw. Industri  penggergajian  di  Pesantren  Darunnajah  2  memproduksi  berbagai
macam kayu olahan, antara lain balok, kaso, reng, papan, dan racuk bahan baku spring bed. Selain itu, industri gergajian juga memproduksi peti telur dari bahan
sisa pembuatan kayu gergajian. 6.
Usaha Kehutanan Salah  satu  usaha  Pesantren  Darunnajah  2  yang  menjadi  andalan  dalam
pembiayaan  operasional  pesantren  adalah  usaha  di  bidang  kehutanan,  karena usaha  tersebut  memberikan  konribusi  yag  cukup  besar.  Pembangunan    hutan
pesantren  sendiri  didasarkan  pada  keinginan  pesantren  untuk  membiayai  semua kebutuhan pesantren berasal dari hasil alam.
Pembangunan  hutan  pesantren  dimulai  setelah  berdirinya  Pondok  Pesantren Darunnajah 2 tahun 1988. Sebelumnya lahan di lokasi pesantren merupakan lokasi
yang  dipenuhi  semak  belukar.  Di  awal  pembangunan  hutan,  tanaman  yang ditanam  adalah  sengon  seluas  30  ha  dan  hutan  bambu  seluas  10  ha.  Tanaman
sengon  ini  memiliki  daur  yang  cukup  pendek  yaitu  5  tahun  sehingga  dari  tahun 1993  -  1995  tanaman  tersebut  sudah  dapat  dipanen  dengan  teknik  tebang  habis.
Kemudian  setelah  pemanen  selesai,  lahan  tersebut  ditanami  tanaman  palawija seperti singkong, sampai akhirnya ditanami sengon kembali.
Pertumbuhan tanaman sengon di  hutan pesantren tidak terlalu bagus  dimana tanamannya  tumbuh  kerdil  dan  ukuran  diameternya  kecil,  sehingga  pada  tahun
1999  dirubah  dengan  tanaman  mangium  melalui  kerja  sama  dengan  Perhutani. Pola kerja sama yang dilakukan adalah pola kemitraan dengan kontrak kerja sama
selama lima tahun. Sebagai langkah percobaan, ditanami tanaman mangium seluas 10  hektar.  Dengan  pola  kemitraan  tersebut,  pesantren  mendapatkan  bantuan
berupa  pembinaan,  dan  penyediaan  bibit  mangium.  Adapun  hasil  dari  kegiatan pemanenan  sepenuhnya  untuk  pesantren  tanpa  ada  pembagian  kepada  Perhutani.
Pada dasarnya, kerja sama antara Perhutani dan Pesantren Darunnajah 2 Cipining dimaksudkan  agar  Pesantren  dapat  menjaga  keamanan  hutan  milik  Perhutani,
karena  wilayah  Perhutani  berada  di  tepi  wilayah  pesantren.  Setelah  kontrak dengan  Perhutani  berakhir  tahun  2004,  maka  pesantren  mengelola  hutannya
secara  mandiri.  Saat  ini,  luas  hutan  yang  sedang  dikelola  pesantren  adalah  52 hektar dengan tegakan utama mangium.
4.4. Perkembangan Usaha Hutan Pesantren