Penyiapan Lahan Pengadaan Benih dan Bibit

kemudian ditanami kembali dan lahan dibakar kemudian dibiarkan yang kemudian akan tumbuh sendiri anakan baru. Kemudian sistem tanamnya adalah sistem monokultur, dimana pada area hutannya hanya ditanam satu jenis tanaman saja yaitu Acacia mangium. Kegiatan penebangan di hutan pesantren dilakukakan apabila tegakan tersebut sudah mencapai umur 4 – 5 tahun dan diameternya mencapai 20 cm. Selain itu, penebangan pohon dilakukan apabila ada kebutuhan yang mendadak.

5.1.2. Teknik Silvikultur

Beberapa teknik silvikultur yang diterapkan di Pesantren Darunnajah 2 Cipining dalam pengelolaan hutannya dimulai dengan penyiapan lahan, pengadaan bibit tanaman, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.

1. Penyiapan Lahan

Kegiatan penyiapan lahan merupakan bagian dari rangkaian pengelolaam hutan. Penyiapan lahan bertujuan untuk mempersiapkan lahan seoptimal mungkin. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Biro Usaha Pesantren bahwa yang menentukan kebijakan dilakukan penyiapan lahan adalah kepala biro usaha atas usulan mandor hutan pesantren. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kegiatan penyiapan lahan dilakukan pada lahan bekas tebangan dan lahan yang belum tergarap, dan cara penanganannya hampir sama yaitu lahan yang akan menjadi tempat tumbuh tanaman dibakar Gambar 8. Pada lahan bekas tebangan, ada dua kebijakan yang dilakukan oleh pengelola hutan pesantren, yaitu ditanam kembali dan dibiarkan yang nantinya akan tumbuh sendiri anakan baru. Seperti pada blok cipayung, dimana blok tersebut tanamannya campuran yaitu sebagian hasil penanaman dan sebagian lagi merupakan tanaman yang tumbuh sendiri. Alasan mereka melakukan kebijakan dibakar kemudian dibiarkan karena terbatasnya biaya dan berpandangan produktivitasnya cepat. Langkah tersebut sudah berjalan selama tiga tahun. Selanjutnya pada lahan yang belum tergarap sebelum digarap, areal dibersihkan dahulu kemudian dibakar, setelah dibakar baru dibuatkan lubang yang kemudian dilakukan penanaman. Gambar 8. Lahan setelah dibakar Adapun penyiapan lahan di hutan pesantren dilakukan dua bulan sebelum penanaman yaitu pada bulan Oktober - November. Pada tahap penyiapan lahan ini, pesantren mempekerjakan 26 orang pekerja. Seluruh pekerja ini berasal dari masyarakat sekitar dengan status pekerja harian.

2. Pengadaan Benih dan Bibit

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Biro Usaha, pengadaan benih dilakukan untuk menyiapkan bibit yang akan ditanam pada lahan yang belum tergarap. Benih sendiri didapatkan dengan cara membeli kepada Perhutani. Karena persemaian di pesantren belum berjalan lagi, sehingga pembeliannya dalam bentuk bibit. Jadi bibit di hutan pesantren ada dua macam, yaitu bibit tanaman yang berasal dari cabutan di hutan pesantren dan yang berasal dari Perhutani. Jika dipersentasekan, bibit yang berasal dari cabutan adalah 60, dan yang berasal dari Perhutani adalah sebesar 40. Kebutuhan bibit per tahun adalah sebesar 15.000 bibit. Selanjutnya bibit yang siap ditanam adalah bibit yang berukuran 30 – 40 cm dengan umur bibit 4 bulan. Benih dan bibit yang dipilih pesantren sampai saat ini adalah tanaman mangium Acacia mangium karena tanaman tersebut bisa tumbuh baik pada lahan pesantren. Tanaman mangium dipilih karena tanah pesantren yang cocok sebagai tempat tumbuhnya mangium, mudah pemasarannya, serta tanamannya cepat dipanen dimana umur 4-5 tahun sudah bisa ditebang dengan diameter 15 cm – 30 cm.

3. Penanaman