Sumber pembiayaan Model pengembangan agroindustri karet alam terintegrasi

125 yang sama. Jika terjadi kesenjangan industri berbasis pengetahuan, maka interaksi universitas-pemerintah dapat membantu memicu kreasi dan mendorong pertumbuhan Etzkowitz et al., 2007. Pendamping ini bisa disediakan oleh pemerintah daerah, perusahaan atau dari LSM. Sebagai pembanding, dalam kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP, atau Penyuluh Pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh BupatiWalikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani, kelompok tani dan Gapoktan. Ketentuan ini tertuang dalam Permentan Nomor 9 tahun 2010 tanggal 8 Maret 2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Selain melakukan pendampingan kepada kelompok tani koperasi, pendamping juga memberikan bantuan teknis dan manajemen mutu, berinteraksi secara intensif dengan para petani serta menyediakan informasi harga agar diperoleh informasi yang simetris tentang harga karet dunia dan FOB SIR 20. Pemerintah dapat mengambil inisiatif pengembangan kelembagaan seperti yang terjadi di beberapa lokasi berupa pengembangan ekonomi lokal gula kelapa dan cassava chips di Lampung Selatan, dan fasilitasi percepatan pemberdayaan ekonomi daerah yang melibatkan Bappeda, BI Bandar Lampung dan Unila Lampung bahkan IMF Zakaria, 2009. Pada tahap selanjutnya, peran pemerintah semakin berkurang dan peran dunia usaha semakin besar seiring semakin mandirinya kelompok petani. Sementara peran perguruan tinggi dan lembaga penelitian lebih terfokus pada upaya pendampingan, pengembangan dan penerapan iptek yang mampu meningkatkan daya saing produk daerah di tingkat global.

7.5 Sumber pembiayaan

Hasil perhitungan lampiran 1 – 35 menunjukkan bahwa kebutuhan dana operasionalisasi model agroindustri karet alam terintegrasi ini Rp. 123,9 milyar dengan NPV Rp. 529,6 milyar; IRR 34; Net BC 3,10; PBP 3,2 tahun pada periode usaha 15 tahun. Pendapatan bersih dari peremajaan adalah Rp. 28,7 jutahektar. Untuk memiliki 51 Rp. 63,14 milyar dari total saham agroindustri karet alam peremajaan sekitar 2.200 hektar lahan karet 2.200 ha x Rp. 28,7 juta = Rp. 63,14 milyar. Dengan asumsi masing-masing petani memiliki lahan dua 126 hektar, maka perlu disertakan 1.100 orang petani karet yang tergabung dalam koperasi petani karet atau kelompok tani. Sisanya merupakan saham milik pemerintah daerah dan pihak swasta. Dengan demikian profit dan benefit yang diperoleh kembali ke daerah. Dengan pemilikan saham 51 dalam kegiatan agroindustri ini didampingi oleh konsultan pendamping serta fasilitasi dan intervensi pemerintah akan lebih memiliki posisi tawar yang lebih kuat baik sebagai shareholder maupun stakeholder. Jika peremajaan dilakukan secara selama 15 tahun adalah 667 hektartahun, maka untuk peremajaan seluas 2.200 hektar dibutuhkan waktu 3,3 tahun 3 tahun 4 bulan. Ini berarti bahwa pengembangan agroindustri karet alam terintegrasi berbasis kayu karet dan lateks yang melibatkan para petani baru bisa dilaksanakan pada tahun ke-empat setelah peremajaan. Dari sini dapat dilihat bahwa para petani secara kolektif memiliki peluang untuk terlibat langsung dalam kegiatan pengembangan: 1. Contract farming CF dengan pabrik karet untuk memasok bokar. 2. Integrasi kegiatan peremajaan dan industri kayu gergajian dengan penyertaan modal dengan komposisi 28 senilai Rp. 1,35 milyar dari hasil peremajaan dengan melibatkan 34 orang petani atau 78 orang jika seluruh saham milik kelompok tani. 3. Integrasi kegiatan peremajaan, industri kayu gergajian dan industri furnitur dengan komposisi penyertaan modal 28,3 senilai Rp. 1,35 milyar dari hasil peremajaan dengan melibatkan 34 orang petani atau 92 orang jika seluruh saham milik kelompok tani. 4. Integrasi kegiatan peremajaan, industri kayu gergajian, industri furnitur dan industri karet remah dengan pemilikan saham mayoritas 51 senilai Rp. 63,14 milyar yang diperoleh dari penjualan kayu karet hasil peremajaan sekitar 2.200 hektar lahan karet melibatkan 1.100 orang petani karet yang tergabung dalam koperasi petani karet atau kelompok tani didampingi oleh pendamping kelompok tani. Integrasi dalam bentuk CF tidak akan mengalami banyak hambatan karena masing-masing pihak hanya diikat oleh kesepakatan pasokan bahan baku dengan jumlah, kualitas serta waktu dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya. 127 Kendala yang mungkin dihadapi seperti dikemukakan Fawcet et al. 2008 adalah faktor –faktor menyangkut budaya, kurangnya kepercayaan, keengganan berubah, dan kurangnya kemauan bekerja sama. Faktor-faktor ini lebih krusial sebagai kendala penerapan dan perlu mendapat perhatian lebih ketimbang sekedar fokus pada masalah teknologi, informasi dan sistem pengukuran kinerja. Integrasi industri berbasis kayu karet melibatkan 34 orang petani untuk kebutuhan bahan baku 10.000 m 3 tahun yang diperoleh dari peremajaan seluas 67 hektar produksi kayu 150 m 3 ha. Kebutuhan biaya untuk integrasi rantai pasok dari hulu – hilir dari peremajaan hingga industri furnitur yang membutuhkan biaya total investasi Rp. 4,76 milyar dapat dipenuhi dari peremajaan 182 hektar lahan karet dengan melibatkan 92 orang petani karet. Dari ketersediaan 10.000 hektar yang diremajakan secara bertahap selama 15 tahun secara reguler atau 667 hatahun yang berarti kebutuhan biaya modal termasuk bahan baku dan biaya investasi bisa terpenuhi pada tahun pertama. Integrasi agroindustri berbasis karet dan kayu karet yang melibatkan kelompok tani, swasta dan pemerintah baru bisa dilaksanakan pada tahun ke-4 setelah program peremajaan jika diinginkan para petani memiliki saham mayoritas. Pilihan kedua adalah para petani dilibatkan sesuai dengan ketersediaan kemampuan modal yang diperoleh pada peremajaan yaitu 667 ha x Rp 28,7 juta sebesar Rp. 19,14 milyar 15,4 dengan melibatkan 338 orang petani. Pilihan kedua ini cukup realistis dan layak dijalankan. Dengan laba bersih 13 per tahun atau rata-rata Rp. 49,1 milyartahun maka masing-masing petani masih dapat memperoleh bagian sebesar Rp. 1.864.250bulan belum termasuk pendapatan yang diperoleh dari penjualan bokar. Komitmen pemerintah Kabupaten Barito Utara dalam program revitalisasi perkebunan karet rakyat sejauh ini telah ditunjukkan dengan memberikan bantuan bibit okulasi mata tidur OMT secara gratis kepada para petani sebanyak 500 ribu batang pada tahun 2009, 750 ribu pada tahun 2010 dan 662 ribu di tahun 2011 dengan dana bersumber dari APBD Dishutbun Kabupaten Barito Utara, 2011. Bibit OMT termasuk bibit unggul klonal yang direkomendasikan. Subsidi bibit ini bisa menjadi rangsangan bagi para petani untuk segera melakukan 128 peremajaan dan meningkatkan produktivitasnya secara kolektif dan terlibat dalam kegiatan pengembangan agroindustri karet alam secara terintegrasi.

7.6 Lokasi agroindustri terintegrasi