Integrasi industri Model pengembangan agroindustri karet alam terintegrasi

8 Gambar 2.1. Tekanan ekonomi terhadap perusahaan Sarkar, 2011 Peningkatan biaya dan friksi transaksi pada rantai pasok dapat ditekan melalui integrasi aliran informasi yang cost-effective Shavazi et al., 2009; Joshi, 2010. Integrasi permintaan ditunjukkan oleh efisiensi dalam pengiriman, dan integrasi pasokan ditunjukkan oleh pemasok yang dapat diandalkan Frohlich dan Westbrook, 2002. Menurut Djamhari 2004 terintegrasi artinya ada keterkaitan usaha sektor hulu dan hilir integrasi vertikal secara sinergis dan produktif serta ada keterkaitan antar wilayah, antar sektor bahkan antar komoditas. Integrasi vertikal merupakan strategi untuk menjamin kelangsungan pasokan input vital yang menunjukkan derajat integrasi antara rantai nilai perusahaan terhadap pemasok dan distributornya, meski sulit diukur secara kuantitatif Riordan, 2005; Clinton et al., 2008. Strategi integrasi vertikal digunakan untuk menjamin kelangsungan pasokan input vital. Integrasi vertikal menunjukkan derajat integrasi antara rantai nilai perusahaan terhadap pemasok dan distributornya, meski sulit diukur secara kuantitatif. Pada beberapa kasus, teori ekonomi biaya transaksi diterapkan pada integrasi hulu maupun integrasi hilir untuk menekan biaya total, meningkatkan posisi tawar perusahaan, dan memperoleh margin dari hulu dan hilir Chen dan Chen, 2003; Altman et al., 2007; Clinton et al., 2008. Dengan demikian integrasi 9 dapat digunakan dalam pengelolaan rantai nilai dari hulu hingga hilir sesuai dengan kebutuhan dan kemanfaatan yang dapat diperoleh. Di bidang pertanian, bentuk integrasi vertikal yang paling umum adalah sistem tani kontrak atau contract farming Rehber, 1999; Kirsten dan Sartorius, 2002. Tani kontrak merupakan lembaga untuk mengintegrasikan petani kecil dengan pasar Costales and Catelo, 2008. Teori ekonomi biaya transaksi sering diterapkan pada integrasi hulu maupun integrasi hilir untuk menekan biaya total, meningkatkan posisi tawar perusahaan, sekaligus memperoleh profit margin dari hulu maupun hilir. Teori ini memberikan titik awal yang baik untuk analisis penjelasan mengapa tugas tertentu ditangani oleh perusahaan dan tugas lainnya oleh pasar. Biaya transaksi dibagi menjadi biaya koordinasi dan risiko transaksi. Biaya koordinasi adalah biaya langsung keputusan integrasi di antara aktivitas ekonomi, sementara risiko transaksi terkait dengan paparan yang dieksploitasi dalam suatu hubungan. Ketidakpastian dan asset spesifik adalah dua faktor yang meningkatkan biaya koordinasi dan risiko transaksi Whinston, 2003; John dan Reve, 2010; Williamson, 2010; Yigitbasioglu, 2010. Meski meningkatkan efisiensi dan dayasaing secara signifikan, strategi integrasi vertikal memunculkan perdebatan terkait kebijakan anti monopoli dan regulasi industri di era 1960an – 1970an Church, 2006; Hovenkamp, 2009; Shapiro, 2010; Owen, 2011. Pengalaman beberapa tahun di Indonesia, integrasi vertikal pada industri sawit dan kertas justru terperangkap pada praktek konglomerasi. Di Indonesia ada UU No. 51999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Integrasi industri dalam konteks lokasi atau distrik industri telah berkembang sejak abad ke-19 dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi. Alfred Marshall dalam buku Principles of Economics tahun 1890 memperkenalkan konsep agglomerasi ekonomi guna menghemat biaya transportasi karena kedekatan pada pemasok maupun konsumen, menyatukan pasar pekerja, serta memanfaatkan keunggulan komparatif Bekele dan Jackson, 2006. Aglomerasi memainkan peran penting dalam integrasi vertikal ketika dikombinasikan dengan teknologi, dan pilihan integrasi vertikal dipengaruhi oleh kekuatan aglomerasi Cainelli dan Iacobucci, 2009; Acemoglu et al., 2010. 10 Kedekatan industri-industri secara geografis merupakan alternatif integrasi vertikal Vial dan Suescun, 2010. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa integrasi industri dapat terjadi secara vertikal dan horizontal. Integrasi vertikal umumnya terjadi pada integrasi rantai pasok, dimana di sini terdapat integrasi internal dan eksternal. Integrasi horizontal terjadi antar perusahaan pada level kegiatan yang sama meski tidak sebanyak integrasi vertikal. Integrasi dapat berbentuk aglomerasi dimana dua atau lebih perusahaan dari industri sejenis saling berdekatan pada kawasan tertentu. Integrasi juga terjadi pada pelaku sepanjang rantai nilai dalam bentuk kemitraan dan aksi kolektif untuk mencapai skala operasional ekonomis yang semuanya bertujuan meningkatkan efisiensi, memenangkan persaingan, penghematan dan peningkatan keuntungan.

2.2 Integrasi manajemen rantai pasok

Rantai pasok adalah rangkaian tiga entitas atau lebih yang terlibat langsung dari hulu hingga hilir dalam aliran produk, jasa, dana danatau informasi dari sumber hingga mencapai konsumen Mentzer et al., 2001. Integrasi rantai pasok merupakan salah satu alat persaingan yang kuat dalam ekonomi bisnis global. Untuk produk pertanian, rantai pasok yang sukses bukan hanya mereduksi biaya transaksi bahkan melepaskan kendala institusi untuk saluran distribusi tradisional Roekel et al., 2002. Ada tiga kekuatan penggerak pasar yang mendorong mitra rantai pasok untuk bekerja sama yaitu segmentasi pasar, permintaan konsumen dan strategi biaya rendah Roekel et al., 2002a. Integrasi merupakan tema kunci dalam kajian SCM, dan integrasi eksternal rantai pasok menjadi kunci untuk memperoleh keunggulan bersaing di lingkungan global saat ini Quesada et al., 2008. Beberapa peneliti Jahre dan Costes, 2005; Smart, 2008; Breite dan Maenpaa, 2009 menggunakan istilah SCM dalam pengertian integrasi rantai pasok dan logistik, diantaranya menggunakan definisi “SCM adalah integrasi simultan kebutuhan pelanggan, proses internal dan kinerja pemasok sektor hulu ” Smart, 2008. Tiga elemen utama integrasi rantai pasok adalah sistem informasi manajemen aliran informasi dan dana, manajemen inventori aliran produk dan bahan, kemitraan rantai pasok manajemen kemitraan di antara mitra dagang. 11 Dengan demikian, basis integrasi dicirikan oleh ko-operasi, kolaborasi, berbagi informasi, kepercayaan, kemitraan, penyebaran teknologi, pergeseran dari proses individual ke proses rantai terintegrasi Power, 2005; Rahman et al., 2008; Thoo et al., 2011. SCM adalah pengelolaan jaringan fasilitas yang memproduksi bahan baku, mengubahnya menjadi produk antara hingga produk akhir, dan menyampaikannya kepada konsumen melalui sistem distribusi untuk memenuhi kepuasan konsumen dan memenangkan persaingan Awad dan Nasar, 2010; Cuthbertson, 2011; Habib, 2010; Jain et al., 2010; Shukla et al., 2011. SCM juga meliputi koordinasi dan kolaborasi dengan saluran mitra baik pemasok, perantara, pihak ketiga penyedia jasa dan pelanggan Mentzer et al., 2001; Mentzer dan Gundlach, 2009. Ilustrasi rantai pasok sederhana disajikan pada Gambar 2.2. Bahan baku Penanganan pascapanen Pengolahan Distribusi logistik Konsumsi : aliran barang : aliran informasi dan dana Gambar 2.2. Rantai pasok sederhana Vorst et al., 2007. Meski populer dan penting, menurut Naslund dan Williamson 2010 SCM tidak memiliki definisi yang diterima secara universal. Terdapat beberapa perbedaan dan persaingan kerangka kerja untuk SCM, isu-isu terkait terminologi dan relatif kurangnya bukti yang mendukung manfaat SCM. Stock dan Boyer 2009 yang me-review 173 definisi SCM dari berbagai buku dan jurnal menyatakan, “bukan hanya terlalu banyak definisi, ketiadaan definisi yang disepakati berdampak negatif bagi praktisi maupun peneliti. Dari perspektif teoritis tidak mungkin mengembangkan teori SCM yang kuat hingga konstruksi yang sahih dan definisi yang diterima telah dikembangkan”. Dari kajian ini didapat tiga tema utama yang digunakan untuk mendefinisikan SCM, yaitu aktivitas, manfaat dan komponen yang mencakup: materialfisik, jasa, aliran dana dan informasi, jaringan kerjasama internal maupun eksternal, penciptaan nilai, peningkatan efisiensi serta kepuasan konsumen.