115 Dari hasil-hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa semua level
integrasi memberikan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan unit usaha yang terfragmentasi. Semakin ke hilir dilakukan diversifikasi produk melalui proses
pengolahan, indikator kelayakan semakin tinggi. Semakin tinggi intensitas integrasi, maka peningkatan indikator kelayakan juga meningkat secara signifikan
yang menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh juga semakin tinggi. Hal ini tentu berimplikasi pada peningkatan nilai dan manfaat bagi semua pelaku yang
terlibat dalam penciptaan rantai nilai. Dengan demikian, tujuan utama pengembangan seperti dikemukakan sebelumnya yaitu 1 kelangsungan usaha, 2
kontinuitas bahan baku, 3 kepastian harga dan kualitas bahan baku, serta 4 nilai tambah yang layak bagi para pelaku bisa dipenuhi.
Petani selaku pemilik lahan secara kolektif juga dapat memberikan nilai tambah yang signifikan terhadap kayu hasil peremajaan dalam bentuk kemitraan
dengan pelaku industri kayu gergajian maupun furniture ataupun menjalani usaha integrasi dari hulu hingga hilir. Secara grafis, peningkatan kinerja integrasi dapat
dilihat pada Gambar 7.1 yang menunjukkan perbandingan kinerja indikator IRR, Net BC dan NPV.
116 Gambar 7.1. Peningkatan kinerja integrasi vertikal industri berbasis kayu karet
117
7.3 Integrasi agroindustri karet alam
Integrasi agroindustri berbasis lateks dan kayu karet tidak berakibat pada penurunan biaya investasi, namun meningkatkan indikator kelayakan investasi
agroindustri. Kebutuhan total investasi menjadi Rp. 123,9 milyar yang terdiri dari biaya investas Rp. dengan NPV Rp. 529,6 milyar; IRR 34; Net BC 3,10;
PBP 3,2 tahun pada periode usaha 15 tahun. Kinerja indikator kelayakan lebih baik jika dibandingkan dengan indikator kelayakan sebelumnya: NPV Rp. 373
milyar, IRR 30, Net BC 2,5 dan PBP 3,4 tahun dengan periode usaha 15 tahun. Rincian perhitungan terlampir pada Lampiran 42. Ringkasan hasil perhitungan
disajikan pada Tabel 7.2. Secara grafis, peningkatan kinerja integrasi dapat dilihat pada Gambar 7.2 yang menunjukkan perbandingan kinerja indikator IRR, Net
BC dan NPV. Tabel 7.2. Perbandingan kinerja sebelum dan sesudah integrasi unit usaha
Basis integrasi Investasi Rp. Juta
Indikator kelayakan Biaya
investasi Biaya
modal Total
NPV Rp.
Juta IRR
PBP thn
Net BC
Periode usaha
thn Karet
• Pabrik karet
remah 19.296
99.440 118.736 102.150
30 3,36
1,86 15
• Pabrik karet
remah + Contract
farming 19.296
99.440 118.736 103.488
30 3,35
1,87 15
Kayu karet •
Industri kayu gergajian
2.161 2.619
4.781 4.175
43 2,5
1,44 6
• Industri
furnitur 163,2
4.919 5.083
9.521 64
1,5 2,87
6 •
Industri kayu gertajian +
peremajaan 2.161
1.714 3.875
7.512 53
1,9 2,94
6 •
Industri kayu gergajian +
industri furniture
2.324 3.339
5.663 12.247
72 1,5
3,16 6
• Integrasi kayu
2.324 2.433
4.753 16.842
93 1,3
4,54 6
Karet + kayu karet 19.296
104.197 123.493 134.832
34 3,18
3,10 15
118 Gambar 7.2. Peningkatan kinerja integrasi vertikal industri berbasis karet
Dari Tabel 7.2 dapat dilihat bahwa integrasi pada tiap level akan menurunkan biaya investasi dan meningkatkan kinerja kelayakan investasi.
Pilihan model integrasi ini memungkinkan bagi shareholder untuk memilih dan mempertimbangkan level integrasi berdasarkan kebutuhan, tingkat teknologi,