2. TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Organik Hayati
Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen utama selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan
biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikrob tanah untuk menjadi
humus atau bahan organik tanah. Bahan organik dapat berperan sebagai sumber energi dan makanan mikrob tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikrob
tanah dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Namun penggunaan pupuk organik saja dirasa belum dapat meningkatkan produktivitas tanaman, oleh karena
itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pupuk organik dan pupuk hayati dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan dan pelestarian lingkungan
perlu digalakkan Simanungkait et al. 2006.
Pupuk hayati merupakan mikrob hidup yang diberikan kedalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi atau menyediakan unsur
hara tertentu bagi tanaman. Oleh karena itu pupuk ini sering juga disebut sebagai pupuk mikrob. Pupuk hayati telah dilaporkan mampu meningkatkan efisiensi
serapan hara, memperbaiki pertumbuhan dan hasil, serta meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama penyakit Agung Rahayu 2004.
Beberapa mikrob yang memiliki sifat unggul adalah mikrob penambat N
2
, mikrob pelarut fosfat, mikrob perombak selulosa untuk mempercepat
pengomposan dan masih banyak lagi fungsi dari mikrob yang belum diketahui secara luas. Beberapa jenis mikrob penambat N
2
antara lain Azotobacter, Azospirillum sedangkan bakteri pelarut fosfat antara lain Pseudomonas sp,
Bacillus sp, Bukholderia sp, Mycobacterium dan Flavobacterium Premono 1994. Menurut Katupitya dan Vlassak 1990 berdasarkan hasil percobaan
inokulasi di lapang dengan Azospirillum dari seluruh dunia yang dikumpulkan selama 20 tahun, bakteri Azospirillum mampu meningkatkan hasil pertanian pada
kondisi tanah dan iklim yang berbeda dan secara statistik nyata meningkatkan hasil 30 hingga 50 . Kemampuan penambatan N
2
oleh bakteri yang hidup disekitar akar tanaman akan berkurang jika nitrogen dalam tanah tinggi. Hasil
penelitian pada tanaman sorgum di lapangan menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk nitrogen 200 kgha, dapat menghambat aktivitas bakteri yang
mengandung enzim nitrogenase.
Bakteri pelarut fosfat seperti Bacillus sp dan Pseudomonas sp merupakan mikrob tanah yang mempunyai kemampuan melarutkan fosfat tidak tersedia
menjadi tersedia. Hal tersebut dikarenakan bakteri mampu mensekresi asam-asam organik yang dapat membentuk komplek stabil dengan kation-kation pengikat
fosfat didalam tanah dan asam-asam organik tersebut akan menurunkan pH serta memecahkan ikatan pada beberapa bentuk senyawa fosfat sehingga akan
meningkatkan ketersediaan fosfat dalam larutan tanah Subba Rao 1994. Dalam aktivitasnya, mikrob pelarut fosfat akan menghasilkan asam-asam organik
diantaranya asam sitrat, glutamat, suksinat dan laktat. Meningkatnya asam-asam organik tersebut biasanya diikuti dengan penurunan pH tanah.
Asam organik dapat meningkatkan ketersediaan fosfat didalam tanah melalui beberapa mekanisme diantaranya adalah : 1 anion organik bersaing
dengan ortofosfat pada permukaan tapak jerapan koloid yang bermuatan positif Premono et al.1994; 2 pelepasan ortofosfat dari ikatan logam P melalui
pembentukan kompleks logam organik Elfiati 2005 dan 3 modifikasi muatan jerapan oleh ligan organik. Selain meningkatkan nutrisi dan serapan hara bagi
tanaman, mikrob juga memproduksi fitohormon yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan perakaran, pertumbuhan tajuk dan kesehatan tanaman
Hindersah Simarmata 2004.
Kelapa Sawit
Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati
biodiesel. Syarat tumbuh kelapa sawit diantaranya membutuhkan lama penyinaran matahari yang baik antara 5-7 jamhari, memerlukan curah hujan
tahunan 1500-4000 mm dan temperatur optimal 24-28
o
C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl di atas permukaan laut. Kelembaban
optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90 dan kecepatan angin 5- 6 kmjam untuk membantu proses penyerbukan.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai
dan muara sungai. Tingkat keasaman pH yang optimum untuk sawit adalah 5.0- 5.5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase ber-
irigasi baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam 80 cm tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15
o
Kiswanto et al. 2008. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan
budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit
yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan
pada saat pelaksanaan penanaman transplanting. Sistem pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan,
tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap single stage, berarti
penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama main nursery.
Sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap double stage, dilakukan pembibitan awal pre nursery terlebih dahulu selama kurang lebih 3 tiga bulan
pada kantong plastik media tanam berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama main nursery dengan kantong plastik media tanam berukuran
lebih besar. Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain: kemudahan dalam
pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama. Selain itu sistem pembibitan dua tahap menjamin
kualitas bibit yang akan ditanam di lapang, karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama. Seleksi yang ketat