Hasil analisa statistik terhadap pengaruh tunggal faktor sumber hara fosfat menunjukkan penggunaan pupuk SP-36 menunjukkan hasil yang lebih tinggi
dibanding penggunaan pupuk batuan fosfat terhadap tinggi dan jumlah pelepah daun tanaman. Hal ini semakin membuktikan bahwa pupuk SP-36 adalah pupuk
yang mudah larut dan diserap oleh tanaman. Penggunaan pupuk batuan fosfat dapat dibarengi dengan penggunaan pupuk organik hayati agar mendapatkan hasil
yang optimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarso 2005 yaitu sifat P di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk persenyawaan yang sebagian tidak
tersedia bagi tanaman, sehingga pemberian pupuk organikhayati dapat membantu proses mineralisasi P dalam tanah.
4.2.4 Uraian umum pengaruh pupuk organik hayati pelarut fosfat terhadap
keragaan tanaman pada umur 14 – 22 MST
Seperti sudah diungkapkan sebelumnya dimana hasil pengamatan keragaan tanaman dari 14 MST hingga 22 MST memperlihatkan hasil tanaman
yang tidak berbeda nyata dan cenderung tidak mempresentasikan tujuan dari penelitian. Data hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.
Sebelumnya akan disajikan data hasil skoring terhadap keragaan tanaman pada 12 MST dimana data berikut dapat memperkuat bawasannya pada pengamatan
keragaan tanaman hingga 12 MST sudah dapat menunjukkan kemampuan keragaan tanaman selama dipembibitan.
Disajikan pada Tabel 9, terdapat tiga perlakuan yang masuk pada kelompok Abnormal hal ini diduga pada beberapa perlakuan penggunaan pupuk
batuan fosfat dipembibitan kelapa sawit terbukti belum dapat mendukung pertumbuhan secara optimal walau diantara semua perlakuan penggunaan aplikasi
pupuk batuan fosfat tanpa penggunaan pupuk organikhayati dapat masuk dalam kelompok pertumbuhan yang unggul. Hal tersebut semakin menguatkan dugaan
bahwa pentingnya seleksi penggunaan pupuk organikhayati pada masa awal aplikasi karena diketahui pertumbuhan mikrob pelarut fosfat dapat dipengaruhi
oleh kemasaman tanah. Mikrob pelarut fosfat bersifat menguntungkan karena mengeluarkan berbagai macam asam organik seperti asam formiat, asetat, laktat
dan suksinat. Asam-asam organik ini dapat membentuk khelat dengan kation Al, Fe atau Ca yang mengikat P, sehingga ion H
2
P0
4 -
menjadi bebas dari ikatannya dan tersedia bagi tanaman.
Menurut Ivanova et al. 2006 dalam aktivitasnya mikrob pelarut P akan menghasilkan asam-asam organik diantaranya asam sitrat, glutamat, suksinat,
laktat, oksalat, glioksalat, malat, fumarat, tartarat dan alfa ketobutirat. Meningkatnya asam-asam organik tersebut biasanya diikuti dengan penurunan
pH, sehingga mengakibatkan pelarutan P yang terikat oleh Ca. Asam organik yang dihasilkan mikrob pelarut posfat mampu meningkatkan ketersediaan P di dalam
tanah melalui beberapa mekanisme, diantara adalah : a anion organik bersaing dengan orthofosfat pada permukaan tapak jerapan koloid yang bermuatan positif ;
b pelepasan orthofosfat dari ikatan logam P melalui pembentukan komplek logam organik ; c modifikasi muatan tapak jerapan oleh ligan organik Elfiati
2005
Tabel 9 Pengaruh pupuk organik hayati pelarut fosfat terhadap
penilaian variabel keragaan tanaman
pada pada12 MST
Perlakuan Penilaian keragaan tanaman
Skoring Huruf mutu
Kelompok Batuan fosfat 50
52 A
Unggul Batuan fosfat 75
30 C
Abnormal Batuan fosfat 100
30 C
Abnormal SP-36 50
38 B
Normal SP-36 75
44 B
Normal SP-36 100
44 B
Normal Pupuk organik + Batuan fosfat 50
50 A
Unggul Pupuk organik + Batuan fosfat 75
50 A
Unggul Pupuk organik + Batuan fosfat 100
52 A
Unggul Pupuk organik + SP-36 50
36 B
Normal Pupuk organik + SP-36 75
36 B
Normal Pupuk organik + SP-36 100
60 A
Unggul Pupuk organik hayati + Batuan fosfat 50
30 C
Abnormal Pupuk organik hayati + Batuan fosfat 75
60 A
Unggul Pupuk organik hayati + Batuan fosfat 100
58 A
Unggul Pupuk organik hayati + SP-36 50
46 B
Normal Pupuk organik hayati + SP-36 75
56 A
Unggul Pupuk organik hayati + SP-36 100
56 A
Unggul
Pada Gambar 8 menunjukkan kombinasi perlakuan penggunaan pupuk organik dan pupuk organik hayati pelarut fosfat dengan dua sumber hara fosfat
pada berbagai taraf dosis penggunaanya dapat menunjukkan keragaan tanaman yang lebih baik dibandingkan perlakuan tanpa penggunaan pupuk organikhayati
pada 22 MST. Hal ini sangat dimungkinkan karena keberadaan mikrob pelarut fosfat yang beragam dalam mendukung pertumbuhan tanaman bibit kelapa sawit,
dimana salah satu faktor yang menyebabkan keragaman tersebut adalah sifat biologisnya. Ada yang hidup pada kondisi asam dan ada pula yang hidup pada
kondisi netral dan basa juga beberapa sifat lain yang bervariasi.
Hasil pertumbuhan tinggi tanaman terbaik ditunjukkan oleh perlakuan penggunaan pupuk organik dengan batuan fosfat dosis 100 . Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan pupuk batuan fosfat bersamaan dengan pupuk organik dapat mendukung pertumbuhan tinggi tanaman hingga 22 MST.
Diketahui bahan organik yang berasal dari sisa tanaman yang dipanen atau sumber lain seperti pupuk kandang mengandung N, P, K dan nutrisi lain yang sangat
bermanfaat bagi tanaman. Peran pupuk kandang dalam memberikan nutrisi tanaman dalam tanah lebih penting dari pada sekedar perbaikan struktur tanah
Rerkasem Rerkasem 1984. Sumber nutrisi seperti pupuk kandang harus digunakan dengan kombinasi pupuk mineral untuk memenuhi kebutuhan tanaman
dan untuk mempertahankan kualitas tanah dalam jangka waktu panjang. Pada Gambar 8 a pada 16 MST laju pertumbuhan diameter bonggol tanaman
perlakuan tanpa penggunaan pupuk organikhayati menunjukkan hasil yang sama tinggi dengan beberapa perlakuaan penggunaan pupuk organikhayati. Pada
Gambar 8 b pengamatan 18 MST menunjukkan perlakuan tanpa penggunaan pupuk organikhayati lebih unggul dibandingkan perlakuan pupuk organik.
a
b
c Gambar 8 Pengaruh pupuk organik hayati pelarut fosfat terhadap diameter
bonggol a, tinggi tanaman b, jumlah pelepah daun c bibit kelapa sawit pada 14 - 22 MST.
5 10
15 20
25 30
35
B0P1 B0P2 B0P3 B0P4 B0P5 B0P6 B1P1 B1P2 B1P3 B1P4 B1P5 B1P6 B2P1 B2P2 B2P3 B2P4 B2P5 B2P6
14 16
18 20
22
MST
D ia
m et
er bo
n g
g ol
Perlakuan
10 20
30 40
50 60
70
B0P1 B0P2 B0P3 B0P4 B0P5 B0P6 B1P1 B1P2 B1P3 B1P4 B1P5 B1P6 B2P1 B2P2 B2P3 B2P4 B2P5 B2P6
14 16
18 20
22 cm
MST
T in
g g
i ta
n a
m a
n
Perlakuan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
B0P1 B0P2 B0P3 B0P4 B0P5 B0P6 B1P1 B1P2 B1P3 B1P4 B1P5 B1P6 B2P1 B2P2 B2P3 B2P4 B2P5 B2P6
14 16
18 20
22
MST
P el
epa h
d a
un
Perlakuan
mm
Pelepah tanaman
-1
4.2.5 Kadar Hara Tanaman
Hasil uji statistik terhadap data analisa kadar hara tanaman menunjukkan terjadi perbedaan yang nyata antar perlakuan terhadap kadar N tanaman dengan
hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan pupuk organik dengan dosis batuan fosfat 100 B1P3 dan perlakuan penggunaan pupuk organik hayati dengan dosis SP-
36 75 B2P5. Berdasarkan data tersebut penggunaan batuan fosfat yang diharapkan dapat meningkatkan kadar N tanaman sesuai Tabel 10 belum dapat
terbukti diduga karena sifat pupuk batuan fosfat yang lambat tersedia. Serapan N tanaman yang rendah dipengaruhi oleh nitrogen yang tersedia untuk tanaman,
tanaman memerlukan pasokan nitrogen pada semua tingkat pertumbuhan, terutama pada awal pertumbuhan, sehingga adanya sumber N yang murah akan
sangat membantu mengurangi biaya produksi. Dilain hal diketahui unsur hara N diperlukan untuk menjamin kualitas tanaman yang optimum ditunjukkan oleh
kandungan protein dari tanaman yang berhubungan langsung dengan pasokan N.
Tabel 10 Pengaruh pupuk organik hayati pelarut fosfat pada tanaman bibit kelapa sawit terhadap kadar hara tanaman pada 22 MST
Perlakuan N
P K
---------------------- --------------------- Pengaruh Tunggal
Tanpa pupuk organikhayati 2.17 a
0.16 a 2.19 a
Pupuk organik 2.33 a
0.17 a 2.30 a
Pupuk organik hayati 2.27 a
0.17 a 2.18 a
Batuan fosfat 2.21 a
0.17 a 2.18 a
SP-36 2.30 a
0.16 a 2.27 a
Pengaruh Kombinasi Batuan fosfat 50
1.99 c 0.16 a
2.36 ab Batuan fosfat 75
1.99 c 0.17 a
1.89 b Batuan fosfat 100
2.23 abc 0.16 a
2.13 ab SP-36 50
2.17 abc 0.17 a
2.14 ab SP-36 75
2.40 ab 0.16 a
2.33 ab SP-36 100
2.27 abc 0.17 a
2.31 ab Pupuk organik + Batuan fosfat 50
2.38 ab 0.16 a
2.33 ab Pupuk organik + Batuan fosfat 75
2.06 bc 0.18 a
2.02 ab Pupuk organik + Batuan fosfat 100
2.45 a 0.17 a
2.25 ab Pupuk organik + SP-36 50
2.38 ab 0.17 a
2.45 a Pupuk organik + SP-36 75
2.28 abc 0.17 a
2.26 ab Pupuk organik + SP-36 100
2.41 ab 0.16 a
2.51 a Pupuk organik hayati + Batuan fosfat 50
2.25 abc 0.17 a
2.12 ab Pupuk organik hayati + Batuan fosfat 75
2.25 abc 0.17 a
2.19 ab Pupuk organik hayati + Batuan fosfat 100
2.30 abc 0.17 a
2.37 a Pupuk organik hayati + SP-36 50
2.19 abc 0.16 a
2.03 ab Pupuk organik hayati + SP-36 75
2.45 a 0.17 a
2.14 ab Pupuk organik hayati + SP-36 100
2.19 abc 0.16 a
2.24 ab
Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf nyata 0.05.