Latar Belakang Anatomi Otot Daerah Panggul dan Paha Landak Jawa (Hystrix javanica)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman hayati di Indonesia merupakan aset bangsa yang sangat berharga. Indonesia sendiri saat ini tercatat sebagai negara megabiodiversitas karena kekayaan hayatinya yang sangat beragam mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas wilayah tidak kurang dari 7,7 juta km 2 serta meliputi luas daratan yang mencapai 1,9 juta km 2 Supriatna 2008. Wilayah Indonesia yang sangat luas inilah yang kemudian menciptakan keragaman ekosistem dan diversitas fauna dengan endemisme yang tinggi Wibowo 1996. Kekayaan hayati ini harus selalu dijaga dan dilestarikan agar tidak terjadi kepunahan. Diharapkan upaya pelestarian yang dilakukan dapat dimanfaatkan secara tepat bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan manusia di masa yang akan datang. Salah satu kekayaan satwa di Indonesia dan merupakan satwa endemis Pulau Jawa adalah landak Jawa Hystrix javanica. Menurut Lunde dan Aplin 2008 dalam IUCN International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources, landak Jawa termasuk kategori least concern yang berarti kurang diperhatikan statusnya. Begitu pula CITES Convention on International Trade in Endangered Species memasukkan landak Jawa dalam daftar appendix III yang artinya belum termasuk kategori terancam punah CITES 2008. Landak Jawa merupakan hewan yang potensial untuk dibudidayakan dan dijadikan sebagai satwa harapan karena dagingnya dapat dimanfaatkan sebagai pangan alternatif pengganti daging asal ternak Wardi et al. 2011. Potensi landak Jawa sebagai ternak harapan menjadi tinggi karena hewan ini memiliki karakteristik perdagingan yang tebal, dengan daging bertekstur lembut, rendah lemak, dan dipercaya memiliki khasiat obat Aripin dan Mohammad 2008; Wardi et al. 2011. Di samping dagingnya, duri landak dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan serta kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang Findlay 1977. Namun, potensi yang besar ini menyebabkan semakin meningkatnya perburuan liar yang dilakukan terhadap hewan ini. Jika keadaan ini terus berlanjut maka landak Jawa dikhawatirkan dapat terancam punah. Oleh karena itu usaha penangkaran perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kepunahan landak Jawa. Landak Jawa merupakan spesies yang unik karena duri-duri yang menutupi seluruh permukaan tubuhnya. Duri-duri tersebut merupakan salah satu dari derivat dari kulit yaitu modifikasi kulit yang mengalami keratinisasi McKittrick et al. 2012. Selain itu, hewan ini memiliki ukuran panjang kaki serta ekor yang berukuran pendek hingga sedang. Menurut Lunde dan Aplin 2008 spesies ini termasuk ke dalam hewan plantigradi dan hidup di dataran rendah seperti semak belukar, padang rumput, ladang pertanian, serta perkebunan sehingga sering dianggap sebagai hama pertanian. Di alam landak Jawa memenuhi kebutuhan pakannya dengan memakan buah-buahan, umbi-umbian, kecambah, dan biji- bijian yang banyak terdapat di dataran rendah Phillips 1971. Salah satu aspek penelitian yang dapat dilakukan pada landak Jawa adalah mengenai anatomi. Aspek ini menjadi penting karena pengetahuan anatomi berhubungan erat dengan berbagai ilmu yang terkait seperti ilmu bedah eksperimental, embriologi, fisiologi, patologi, dan paleontologi yang semua ilmu tersebut memerlukan penguasaan terhadap pengetahuan anatomi secara baik Hildebrand 1974. Anatomi tidak hanya mengambarkan ukuran, bentuk, struktur, dan letak berbagai jaringan dan organ, tetapi juga menghubungkannya dengan proses pekerjaan dan adaptasi yang dilakukan dalam rangka kerjasama keseluruhan bagian organisme secara harmonis. Pada penelitian ini, aspek fungsional yang berhubungan dengan anatomi landak Jawa difokuskan pada anatomi otot daerah panggul dan paha. Pada hewan, kaki belakang merupakan bagian tubuh yang penting dalam menunjang fungsi lokomosi atau pergerakan bagi hewan. Sebagai alat lokomosi, kaki belakang lebih banyak berfungsi sebagai penghasil tenaga pendorong tubuh pada waktu berjalan atau berlari. Selain itu pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh kaki depan dan kaki belakang memungkinkan hewan untuk dapat mencari makan, mempertahankan diri, mencari tempat perlindungan, dan melakukan perkawinan Sigit 2000. Setiap hewan memiliki perkembangan kaki belakang yang berbeda tergantung kepada jenis hewan, susunan dan struktur tulang dan otot, tingkah laku, dan pola adaptasinya di lingkungan. Perbedaan struktur tulang dan otot menyebabkan perbedaan sikap dan gerakan di antara hewan. Pada dasarnya landak Jawa memiliki struktur tulang dan otot kaki yang dapat menunjang kehidupan teresterialnya. Hewan ini memiliki lima buah jari pada masing-masing kakinya, menggunakan keempat kakinya untuk berjalan kuadrupedal, dan berjalan dengan telapak kaki menapak sepenuhnya di atas permukaan tanah plantigradi Phillips 1971. Selain sebagai hewan plantigradi, landak disebut sebagai hewan fossorial karena kemampuannnya dalam membuat lubang dengan menggali tanah untuk tempat beristirahat dan berlindung pada siang hari Nowak 1999; Michael et al. 2003. Sebagai hewan plantigradi, landak Jawa memiliki hambatan berupa gaya gesek yang besar dengan bidang tumpuan sehingga pergerakannya menjadi lambat. Selain itu, ukuran tubuh yang gemuk dan kaki-kaki yang pendek menyebabkan landak Jawa tidak dapat berlari cepat dengan keempat kakinya. Untuk menyiasati kekurangan ini, landak memiliki mekanisme pertahanan diri yang unik dengan cara menegakkan duri-durinya, menghasilkan suara berderik dari duri ekor, dan menghempaskan bagian belakang tubuhnya untuk menyerang musuh Vaughn et al. 2000. Sebagai bentuk upaya adaptasinya di dataran rendah, landak Jawa memiliki kemampuan yang baik dalam menggali dan membuat lubang di dalam tanah sebagai sarangnya. Aktivitas ini secara anatomis melibatkan gerak aktif baik kaki depan maupun kaki belakang. Aktivitas menggali tersebut dilakukan secara cepat oleh kaki depan untuk menguraikan tanah sebelum pada akhirnya tanah akan dibuang dan dikeluarkan dari area penggalian dengan menggunakan kaki belakang Feldhamer et al. 1999. Adaptasi dan kemampuan landak Jawa dalam mempertahankan diri dan menggali lubang di dalam tanah perlu ditunjang oleh struktur anatomis yang dapat mendukung aktivitasnya. Selain itu, landak Jawa juga membutuhkan kekuatan otot-otot panggul dan kaki belakang yang besar. Sehingga, pada landak Jawa diduga terjadi suatu peningkatan ukuran dan kekuatan struktur perototan kaki belakang terutama daerah panggul dan paha untuk menunjang tingkah lakunya tersebut. Sejauh ini penelitian mengenai struktur anatomi otot kaki belakang landak Jawa khususnya pada daerah panggul dan paha belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu penelitian mengenai anatomi otot daerah kaki belakang ini penting dilakukan untuk menambah data dasar anatomi landak Jawa. Data ini kemudian dapat digunakan untuk menjelaskan kaitan antara struktur otot dan fungsi yang dapat dilakukannya seperti pada saat menggali tanah, menegakkan duri, menyerang musuh, berjalan, dan penentu postur tubuh pada aktivitas lainnya. Selain itu, data dasar anatomi yang diperoleh juga dapat digunakan untuk mengetahui perbandingan perdagingannya dengan hewan lain.

1.2 Tujuan Penelitian