perkebunan. Selain sebagai hama, populasi landak semakin terancam dikarenakan perburuan liar terhadap hewan ini yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan
pangan manusia Feldhamer et al. 1999. Landak Jawa berkembang biak dengan cara melahirkan vivipar dan
menyusui anaknya. Periode kebuntingan seekor landak hanya berkisar antara 93-
94 hari dan beranak 1-2 kali dalam setahun Rudi 1985. Umumnya induk betina dapat menghasilkan 2-4 ekor anak dalam setahun. Pada fetus landak yang baru
dilahirkan telah dilengkapi dengan duri-duri yang masih lunak dan dalam beberapa jam duri-duri tersebut akan mengeras dan berkembang sebagai alat
pertahanan diri. Anak-anak landak tetap di dalam sarang bersama induknya hingga dewasa kelamin pada umur sekitar dua tahun Starrett 1967. Genus
Hystrix atau landak biasanya merupakan hewan yang monogami dan memiliki ikatan yang kuat antara induk jantan dan betina Felicioli et al. 1997. Landak liar
yang ada di alam dapat berumur 12-15 tahun, sedangkan landak yang dipelihara dapat berumur hingga 20 tahun Aripin dan Mohammad 2008.
2.6 Struktur Umum Otot Kerangka
Otot kerangka memiliki serabut kontraktil yang memperlihatkan pola berselang-seling gelap anisotrop dan terang isotrop yang tersusun secara
teratur membentuk pita vertikal terhadap poros otot. Setiap serabut otot merupakan sel otot dengan banyak inti, berbentuk silinder, dan memiliki
membran sel yang disebut sarkolema. Serabut otot yang menyusun otot kerangka dibungkus oleh endomisium, kemudian beberapa serabut dibungkus oleh
perimisum membentuk berkas otot yang dibungkus oleh epimisium membentuk
gelendong otot Pasquini et al. 1989.
Sigit 2000 menyatakan bahwa pada mamalia dikenal dua macam otot kerangka, yaitu otot merah dan otot putih. Otot merah berwarna merah karena
mengandung banyak mioglobin yang dapat menyimpan oksigen, sehingga dapat berkontraksi dalam waktu lama. Sebaliknya, otot putih mengandung sedikit
mioglobin sehingga kontraksinya cepat dan mudah lelah. Pada umumnya otot kerangka berawal dan berakhir pada tendon, sedangkan fungsi otot terkait dengan
susunan otot, letak origo dan insersio, serta persendian yang dilewatinya.
Kekuatan otot dipengaruhi oleh jumlah serabut otot yang dikandungnya serta berbanding lurus dengan luas penampang sayatan fisiologisnya. Sedangkan
kecepatan otot untuk menggerakkan bagian tubuh tergantung oleh laju konversi energi pada serabut otot, jumlah sarkomer pada otot, arah sudut daun urat selama
kontraksi, dan perlekatan pada tulang Davies 1981.
2.7 Susunan Anatomi Otot Daerah Panggul dan Paha pada Anjing dan Babi
Secara umum, susunan otot pada anjing dan babi mempunyai beberapa perbedaan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tingkah laku, sikap, posisi, cara
berjalan, dan mencari makanannya. Selain itu, anjing termasuk ke dalam hewan pejalan telapak plantigradi dan memiliki 5 buah jari pada setiap kakinya,
sedangkan babi termasuk ke dalam hewan pejalan kuku unguligradi dan memiliki 4 buah jari pada setiap kakinya Nurhidayat et al. 2009. Dalam hal
mencari makan, anjing harus aktif mengejar mangsanya, sedangkan babi tidak perlu berlari dalam dalam mencari makanannya.
Menurut Evans dan Alexander 2010, otot daerah panggul dan paha anjing dapat dikelompokkan menjadi: 1 Kelompok otot sublumbal yang terdiri atas
musculus m. psoas minor, m. iliopsoas, dan m. quadratus lumborum; 2 Kelompok otot pelvis lateral yang terdiri atas m. tensor fascia lata, m. gluteus
superficialis, m. gluteus medius, m. gluteus profundus, m. piriformis, dan m. articularis coxae; 3 Kelompok otot paha depan yang terdiri atas m. quadriceps
femoris, m. psoas minor, dan m. iliopsoas; 4 Kelompok otot paha belakang yang terdiri atas m. biceps femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus, dan
m. abductor cruris caudalis; 5 Kelompok otot paha medial yang terdiri atas m. sartorius, m. gracilis, m. pectineus, dan m. adductor.
Sedangkan menurut Sisson 1975, otot daerah panggul dan paha babi dapat dikelompokkan menjadi: 1 Kelompok otot sublumbal yang terdiri atas m. psoas
major, m. psoas minor, dan m. quadratus lumborum; 2 Kelompok otot panggul dan paha yang terdiri atas m. tensor fascia lata, m. gluteus superficial, m. gluteus
profundus, m. biceps femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus, m. sartorius, m. gracilis, m. pectineus, m. adductor, m. quadratus femoris, m.
obturatorius internus, m. gemelli, dan m. quadriceps femoris.
3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian