Habitat dan Penyebaran Landak Jawa

populasi landak raya ini tentunya dilakukan oleh pihak Malaysia dengan cara sistem pembiakan teratur dan aplikasi bioteknologi pembiakan terkini sehingga dapat meningkatkan kegunaan spesies ini secara lestari Aripin dan Mohammad 2008. Didasarkan pada contoh tersebut maka dapat dimungkinkan pula jika usaha pelestarian dan pemanfaatan yang sama dapat diterapkan pada landak Jawa. Pemanfaatan landak tidak hanya terbatas pada pemanfaatan dagingnya untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Namun, duri-duri yang diperoleh dari landak dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan yang indah dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan dari corak duri landak seperti hitam putih, belang putih hitam, dan belang putih hitam putih yang sangat menarik Vaughn et al. 2000. Contoh kerajinan tangan yang dapat dibuat adalah dekorasi lampu, kaca, tempat tissue, gelang, kalung, dan sebagainya. Pengkajian lebih lanjut perlu dilakukan sehingga usaha pengelolaan dan pelestarian jumlah populasi landak Jawa dapat dilakukan dengan baik.

2.4 Habitat dan Penyebaran Landak Jawa

Landak Jawa memiliki daerah penyebaran meliputi Pulau Jawa dan merupakan hewan endemis pulau tersebut Farida dan Roni 2011. Selain itu juga, menurut Lunde dan Aplin 2008 spesies ini tersebar di wilayah yang lebih luas meliputi Jawa, Bali, Sumbawa, Flores, Lombok, Madura, dan pernah dilaporkan di Sulawesi pada akhir tahun 1800. Penyebaran yang lebih luas menurut Lunde dan Aplin 2008 terhadap landak Jawa ini dimungkinkan karena adanya perdagangan dan pengenalan introduksi hewan ini di luar Pulau Jawa yang dibawa oleh masyarakat. Habitat landak Jawa berada di hutan dan dataran rendah meliputi semak belukar, padang rumput, ladang pertanian serta perkebunan Lunde dan Aplin 2008. Hewan ini umumnya aktif pada malam hari nokturnal dan menggunakan sebagian waktunya di siang hari untuk beristirahat dan berlindung dengan membuat lubang hingga sedalam kurang lebih 1,5 m di bawah permukaan tanah Michael et al. 2003. Lubang yang dibuat dilengkapi dengan pintu masuk lubang yang panjang, ruangan yang cukup besar, beberapa pintu keluar dari lubang, dan digunakan untuk beberapa tahun oleh landak yang sama Nowak 1999. Gambar 3 Peta persebaran H. javanica di Indonesia modifikasi Weers 2005. 2.5 Tingkah Laku Landak Jawa Landak memiliki empat buah kaki yang berukuran pendek dan ketika berjalan maka bagian telapak kaki dan tumit dijejakkan sepenuhnya ke tanah atau lantai Phillips 1971. Landak mempunyai bentuk tubuh yang bulat lonjong dan cenderung untuk bergerak secara lambat. Pergerakan landak yang lambat disebabkan hewan ini memiliki tubuh yang besar dan termasuk ke dalam hewan pejalan telapak plantigradi yang mempunyai hambatan berupa gaya gesek antara telapak kaki dengan bidang tumpuan yang besar. Karena pergerakannya yang lambat, maka landak akan berusaha menegakkan duri pertahanannya, menghasilkan suara berderak dari duri ekornya, menghentakkan kaki, dan mengibaskan ekor serta bagian belakang tubuhnya jika terancam oleh predator. Manusia dan spesies kucing yang lebih besar merupakan predator utama dari hewan ini Vaughan et al. 2000. Landak Jawa H. javanica termasuk ke dalam hewan herbivora yang memiliki sistem pencernaan lambung tunggal monogastrik, dan di alam hewan ini dapat memakan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan seperti rumput, buah-buahan, bunga, daun, ranting, kulit batang tumbuhan, umbi-umbian, kecambah, dan beberapa biji-bijian Farida dan Roni 2011. Pada beberapa daerah, jenis landak ini dianggap sebagai hama karena merusak area ladang pertanian maupun Daerah persebaran landak Jawa. perkebunan. Selain sebagai hama, populasi landak semakin terancam dikarenakan perburuan liar terhadap hewan ini yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan pangan manusia Feldhamer et al. 1999. Landak Jawa berkembang biak dengan cara melahirkan vivipar dan menyusui anaknya. Periode kebuntingan seekor landak hanya berkisar antara 93- 94 hari dan beranak 1-2 kali dalam setahun Rudi 1985. Umumnya induk betina dapat menghasilkan 2-4 ekor anak dalam setahun. Pada fetus landak yang baru dilahirkan telah dilengkapi dengan duri-duri yang masih lunak dan dalam beberapa jam duri-duri tersebut akan mengeras dan berkembang sebagai alat pertahanan diri. Anak-anak landak tetap di dalam sarang bersama induknya hingga dewasa kelamin pada umur sekitar dua tahun Starrett 1967. Genus Hystrix atau landak biasanya merupakan hewan yang monogami dan memiliki ikatan yang kuat antara induk jantan dan betina Felicioli et al. 1997. Landak liar yang ada di alam dapat berumur 12-15 tahun, sedangkan landak yang dipelihara dapat berumur hingga 20 tahun Aripin dan Mohammad 2008.

2.6 Struktur Umum Otot Kerangka