Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Senam

2. Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Senam

Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Persadia Rumah Sakit Sari Asih Ciputat. Hasil distribusi kadar gula darah pada tabel 5.7 dapat disimpulkan bahwa terdapat beda rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan intervensi selama 3 minggu. Hasil analisa statistik dari sebelum intervensi yaitu pada minggu pertama sampai setelah intervensi pada minggu ke 3 menunjukan adanya perubahan kadar gula darah saat dilakukan test pada peserta senam dengan dm yang terdapat pada tabel 5.5 pada bab V, didapatkan nilai rata-rata kadar gula darah sebelum senam sebesar 204.13 dengan standar deviasi 31.944, rata-rata kadar gula darah setelah senam sebesar 187.13 dengan standar deviasi 30.582 sehingga menunjukan adanya perubahan kadar gula darah saat dibandingkan dengan hasil pengukuran sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p=0,048 p0.05 yang artinya Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 sebelum senam dan sesudah senam di PERSADIA RS Sari Asih Ciputat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriani, Heru Supriyatni dan Agus Santoso juga menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja Perbalingga pada bulan September- Oktober 2004 ini. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen tanpa kelompok kontrol dengan P value 0.0001. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sudirman, Supriyadi dan Ahmad Baequny disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh senam diabetes militus terhadap penurunan kadar gula darah di mana didapatkan nilai taraf signifikan a = 5 dengan nilai p p value adalah 0,000, di mana nilai tersebut p 0,05. Hal ini disebabkan faktor diet dan penggunaan obat dari responden tidak dikendalikan. Menurut kamus kedokteran Dorland 2002 gula darah adalah produk akhir dan merupakan sumber energi utama organisme hidup yang kegunaannya dikontrol oleh insulin. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari : 4-8 mmoll 70-150 mgdL. Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum makan. Pada pasien diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan kadar gula darah, selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Dan pada diabetes mellitus tipe 2 atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin, latihan senam sangat baik untuk pengendalian kadar gula darah sehingga menghambat resiko penyakit yang muncul dari komplikasi diabetes mellitus. Menurut Ilyas 2009 Latihan jasmani secara langsung dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor insulin menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes sehingga terjadi perubahan pada kadar gula darah. Menurut Soekardji 2009 Latihan jasmani pada diabetes mellitus tipe 2 berperan utama dalam pengaturan kadar gula darah. Pada tipe ini produksi insulin umumnya tidak terganggu. Masalah utama adalah kurangnya respons reseptor insulin terhadap insulin, sehingga insulin tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh kecuali otak. Otot yang terkontraksi atau aktif tidak memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel otot yang aktif sensitivitas reseptor insulin meningkat. Oleh karena itu latihan jasmani pada diabetes mellitus tipe 2 akan menyebabkan berkurangnya kebutuhan insulin eksogen. Namun ini tidak bertahan lama oleh karena itu dibutuhkan latihan jasmani yang kontinu dan teratur. Karena bermanfaat terhadap perubahan kadar gula darah menjadi menurun dan lebih terkontrol. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat dikendalikan dengan melakukan latihaan jasmani senam diabetes secara teratur dan kontinu karena pada saat istirahat ambilan glukosa oleh otot jaringan membutuhkan insulin sedangkan pada otot aktif walaupun terjadi peningkatan kenutuhan glukosa,tetapi kadar insulin tidak meningkat. Hal ini disebabkan karena peningkatan kepekaan reseptor insulin otot dan pertambahan reseptor insulin otot pada saat melakukan senam.

B. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Studi Potensi Interaksi Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh

15 165 69

Efektifitas Edukasi Diabetes Terpadu untuk Meningkatkan Efikasi Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

17 128 175

Perbandingan Mean Platelet Volume ( MPV ) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Yang Terkontrol Dan Tidak Terkontrol

3 95 95

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Langsa Tahun 2011

4 87 60

Studi Penatalaksanaan Pasien Diabetes mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik September sampai Desember 2009

0 25 77

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Hipertensi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

0 3 14

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Hipertensi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

0 3 18

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA.

0 1 11

PENERAPAN SENAM DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA KELOMPOK PROLANIS DIABETES MELLITUS TIPE II

0 0 16

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA SEBELUM DAN SESUDAH SENAM DIABETES PADA PASIEN PROLANIS DIABETES MELLITUS TIPE 2 Manuscript

0 0 6