Mellitus bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian
jaringan yang rsak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme
yang cepat pada penderita diabetes mellitus. k. Mata kabur
Disebabkan oleh katarak gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada
korpus vitreum.
5. Komplikasi
Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik akann mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung,
pembuluh darah kaki, dan saraf. Dengan penanganan yang baik, berupa kerjasama yang erat antara pasien dan petugas kesehatan, diharapkan komplikasi kronik
Diabetes Mellitus dapat dicegah, setidaknya dihambat pekembangannya Waspadji, 1996.
Komplikasi Diabetes Mellitus terbagi menjadi dua, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang. Komplikasi metabolik
akut disebabkan perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang paling serius pada Diabetes Mellitus tipe 1 adalah
ketoasidosis diabetik DKA. Komplikasi akut yang lain adalah hiperglikemia hiperosmolar koma non-ketotik HHNK, dan hipoglikemia Price dan Wilson,
2002.
Komplikasi vaskular jangka panjang Diabetes Mellitus melibatkan pembuluh darah kecil mikroangiopati dan pembuluh darah sedang dan besar
makroangiopati. Mikroangiopati merupakan lesi spesifik Diabetes Mellitus yang menyerang kapiler dan arteriol retina retinopati diabetik, glomerulus ginjal
nefropati diabetik dan saraf perifer neuropati diabetik, dan otot serta kulit. Makroangiopati
diabetik mempunyai
gambaran histopatologis
berupa aterosklerosis Prince dan Wilson, 2002.
6. Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal euglikemia tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius
pada pola aktivitas pasien. Menurut Konsensus PERKENI 2011, ada empat pilar penatalaksanaan Diabetes Mellitus.
a. Edukasi Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi
aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendamping pasien dalam perubahan dalam mencapai
perubahan perilaku,
membutuhkan edukasi,
pengembangan keterampilan skill, dan upaya peningkatan motivasi.
b. Terapi Gizi Medis Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabtetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu.
Perlu ditekankan pentingnya keteraturan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan terutama pada pasien yang menggunakan
obat penurun glukosa darah dan insulin. c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan
mengurangi resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot
dan juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka
yang relatif sehat latihan jasmani dapat ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan
yang kurang gerak. d. Terapi Farmakologis
Insulin mungkin diperlukan pada Diabetes Mellitus tipe 2 sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika
diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasilrfr mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien diabetes tipe 2 yang biasanya
mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat kadang membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit,
kehamilan pembedahan atau beberapa keadian stress lainnya.
7. Glukosa Darah