Manfaat Penelitian Penelitian Terkait

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam diabetes pada penderita diabetes mellitus tipe 2di PERSADIA Rumah Sakit Sari Asih Ciputat. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden penderita diabetes mellitus tipe 2. b. Mengetahui kadar gula darah pasiendiabetes mellitustipe 2 di PERSADIA Rumah Sakit Sari Asih Ciputat sebelum melakukan senam. c. Mengetahui kadar gula darah pasiendiabetes mellitustipe 2 di PERSADIA Rumah Sakit Sari Asih Ciputat setelah melakukan senam. d. Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 e. Untuk menganalisa perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam diabetes pada penderita diabetes mellitus tipe 2di PERSADIA Rumah Sakit Sari Asih Ciputat.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 1. Bagi Klien Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dan memotivasi bagi pasien Diabetes Mellitus dalam mengontrol kadar gula darah seerta memberikan tambahan informasi bagi pasien dan keluarga. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya. 3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi pelayanan keperawatan dalam meningkatkan pelayanan dalam pengelolaan diabetes mellitus terutama senam diabetes dan memberikan edukasi tentang senam diabetes itu sendiri. 8 BAB II TINJAUAN TEORI

A. Diabetes Mellitus

1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia Brunner Suddart, 2002. Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakadekuatan penggunaan insulinBarbara Engram 1994. Menurut ADA American Diabetes Association tahun 2010 Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau dua- duanya. Seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa 126 mgdL dan pada tes sewaktu 200 mgdL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam PERKENI 2006.

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut World Health Organization WHO tahun 2008 terbagi dalam 3 bagian, yaitu Diabetes tipe 1, Diabetes tipe 2 dan Diabetes Gestational. a. Diabetes tipe 1 Diabetes Mellitus tipe 1 merupakan bentuk Diabetes Mellitus parah yang sangat lazim terjadi pada anak remaja tetapi kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non-obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi darah, glukagon plasma meningkat dan sel- sel β pankreas gagal merespons semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu diperlukan pemberian insulineksogen untuk memperbaiki katabolisme, menurunkan hiperglikemia dan peningkatan kadar glukosa darah Karam, 2002. Gejala penderita Diabetes Mellitus tipe 1 termasuk peningkatan ekskresi urin poliuria, rasa haus polidipsia, lapar, berat badan turun, pandangan terganggu, lelah, dan gejala ini dapat terjadi sewaktu-waktu tiba-tiba WHO, 2008. b. Diabetes tipe 2 Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan bentuk Diabetes Mellitus yang lebih ringan, terutama terjadi pada orang dewasa. Sirkulasi insulin endogen sering dalam keadaan kurang dari normal atau secara relatif tidak mencukupi. Obesitas pada umumnya penyebab gangguan kerja insulin, obesitas merupakan faktor resiko yang biasa terjadi pada Diabetes Mellitus tipe ini dan sebagian besar pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadinya penurunan kepekaan jaringan terhadap insulin, juga terjadi defisiensi respons sel β pankreas terhadap glukosa Karam, 2002. Gejala Diabetes Mellitus tipe 2 mirip dengan tipe 1, hanya dengan gejala yang samar. Gejala bisa diketahui setelah beberapa tahun, kadang-kadang komplikasi dapat terjadi. Tipe Diabetes Mellitus ini umumnya terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang obesitas. c. Diabetes Gestasional Diabetes Mellitus ini terjadi akibat kenaikan kadar gula darah pada kehamilan WHO, 2008. Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan, Diabetes Mellitus gestational biasanya terdeteksi pertama kali pada usia kehamilan trimester II atau III setelah usia kehamilan 3 atau 6 bulan. Mekanisme Diabetes Mellitus gestational belum diketahui secara pasti. Namun, besar kemungkinan terjadi akibat hambatan kerja insulin ini membuat tubuh bekerja keras untuk menghasilkan insulin sebanyak 3 kali dari normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insuli sehingga relatif hipoinsulin maka menakibatkan hiperglikemia. Faktor resiko Diabetes Mellitus gestational ialah abortus berulang, riwayat melahirkan anak meninggal tanpa sebab yang jelas, riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan, penah melahirkan bayi lebih dari 4000 gram, pernah preklampsia, polihidroamnion. Faktor predisposisi Diabetes mellitus adalah umur ibu hamil lebih dari 30 tahun, riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga, pernah mengalami diabetes gestational pada kehamilan sebelumnya, infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil PERKENI, 2006. d. Tipe Lain 1 Defek genetik fungsi sel beta 2 Defek genetik kerja insulin 3 Penyakit eksokrin pankreas 4 Endokrinopati 5 Karena obat atau zat kimia 6 Infeksi 7 Sebab imunologi yang jarang 8 Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia, 2006

3. Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2 menurut menurut Brunner Suddart 2002 yaitu : 1. Usia resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun 2. Obesitas 3. Riwayat keluarga 4. Kelompok etnik di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika Menurut Ehsa 2010 faktor faktor tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2 dibagi menjadi dua, yaitu : a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah 1. Riwayat keluarga diabetes Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab Diabetes Mellitus orangtua. Biasanya seseorang yang menderita Diabetes Mellitus mempunyai anggota keluarga yang juga terkena penyakit tersebut. 2. Ras atau latar belakang etnis Resiko Diabetes Mellitus tipe 2 lebih besar pada hispanik, kulit hitam, penduduk asli Amerika dan Asia. 3. Riwayat diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan resiko Diabetes Mellitus tipe 2 4. Usia Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun b. Faktor resiko yang dapat diubah 1. Pola makan Makan secara berlebihan dn melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya Diabetes Mellitus tipe 2 2. Gaya hidup Makanan cepat saji dan olahraga tidak teratur merupakan salah satu gaya hidup di jaman sekarang yang dapat memicu terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2 3. Obesitas Seseorang dikatakan obesitas apabila indeks massa tubuh BMI nya lebih besar dari 25. HDL dibawah 35 mgdL dan atau tingkat trigliserida lebih dari 250 mgdL dapat meningkatkan resiko Diabetes Mellitus tipe 2 . 4. Hipertensi Tekanan darah 14090 mmHg dapat menimbulkan resiko Diabetes Mellitus tipe 2 5. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan 6. Penyakit dan infeksi pada pankreas 7. Dislipidemia Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah. Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL 35 mgdl sering didapat pada pasien diabetes

4. Patofisiologi

a. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2 Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi 2 defek fisiologi yaitu abnormalitas sekresi insulin, dan resistensi kerja insulin pada jaringan sasaran. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan Brunner Suddart, 2002. Pada Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi 3 fase urutan klinis. Pertama, glukosa plasma tetap normal meski pun terjadi resistensi insulin karena insulin meningkat, pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan. Pada fase kedua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga meskipun terjadi peningkatan konsentrasi insulin, tetap terjadi intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah makan. Pada fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin menurun, sehingga menyebabkan hiperglikemia puasa dan Diabetes Mellitus yang nyata Foster, 2000. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes mellitus tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes mellitus tipe 2 Brunner Suddart, 2002. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes mellitus menurut Riyadi 2007 : 80 yaitu : a. Poliuria peningkatan pengeluaran urin b. Polidpsia peningkatan rasa haus akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan dehidrasi ekstrasel. c. Polifagia peningkatan rasa lapar d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik. e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik. f. Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul g. Kelainan ginekologis Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candidia h. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati Pada penderita Diabetes Mellitus regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perifer mengalami kerusakan. i. Kelemahan tubuh Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal j. Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita Diabetes Mellitus bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rsak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes mellitus. k. Mata kabur Disebabkan oleh katarak gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada korpus vitreum.

5. Komplikasi

Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik akann mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, dan saraf. Dengan penanganan yang baik, berupa kerjasama yang erat antara pasien dan petugas kesehatan, diharapkan komplikasi kronik Diabetes Mellitus dapat dicegah, setidaknya dihambat pekembangannya Waspadji, 1996. Komplikasi Diabetes Mellitus terbagi menjadi dua, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang. Komplikasi metabolik akut disebabkan perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang paling serius pada Diabetes Mellitus tipe 1 adalah ketoasidosis diabetik DKA. Komplikasi akut yang lain adalah hiperglikemia hiperosmolar koma non-ketotik HHNK, dan hipoglikemia Price dan Wilson, 2002. Komplikasi vaskular jangka panjang Diabetes Mellitus melibatkan pembuluh darah kecil mikroangiopati dan pembuluh darah sedang dan besar makroangiopati. Mikroangiopati merupakan lesi spesifik Diabetes Mellitus yang menyerang kapiler dan arteriol retina retinopati diabetik, glomerulus ginjal nefropati diabetik dan saraf perifer neuropati diabetik, dan otot serta kulit. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis Prince dan Wilson, 2002.

6. Penatalaksanaan

Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal euglikemia tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Menurut Konsensus PERKENI 2011, ada empat pilar penatalaksanaan Diabetes Mellitus. a. Edukasi Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendamping pasien dalam perubahan dalam mencapai perubahan perilaku, membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan skill, dan upaya peningkatan motivasi. b. Terapi Gizi Medis Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabtetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu. Perlu ditekankan pentingnya keteraturan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan terutama pada pasien yang menggunakan obat penurun glukosa darah dan insulin. c. Latihan Jasmani Kegiatan jasmani sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat latihan jasmani dapat ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan yang kurang gerak. d. Terapi Farmakologis Insulin mungkin diperlukan pada Diabetes Mellitus tipe 2 sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasilrfr mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien diabetes tipe 2 yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat kadang membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, kehamilan pembedahan atau beberapa keadian stress lainnya.

7. Glukosa Darah

a. Definisi Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Joyce LeeFever, 2007 Menurut kamus kedokteran Dorland 2002 gula darah adalah produk akhir dan merupakan sumber energi utama organisme hidup yang kegunaannya dikontrol oleh insulin. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari : 4-8 mmoll 70-150 mgdL. Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum makan. b. Mekanisme Pengaturan Gula Darah Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa, dan proses ini juga menghasilkan metabolit-metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan menumpuk, sehingga kadar glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mgdl dalam keadaan puasa. Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004. Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa, secara normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi 170 mgdl. Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa darah yang adekuat baik dalam keadaan normal maupun sebagai respon terhadap stres. Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah, menandakan terjadinya gangguan homeostatis dan sudah semestinya mendorong tenaga analis kesehatan melakukan pemeriksaan untuk mencari etiologinya. Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004 . Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di hati. Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa proses ini disebut glikogenolisis. Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenesis, yang mengurangi level gula darah. Diabetes Mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin, sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan “resistensi insulin”. Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyak glukosa yang terdapat di dalam tubuh. Tabel 2.1 : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM Kadar glukosa darah mgdL Bukan DM Belum pasti DM DM Kadar glukosa darah sewaktu : Plasma vena Darah kapiler 100 90 100 - 199 90 – 199 ≥ 200 ≥ 200 Kadar glukosa darah puasa : Plasma vena Darah kapiler 100 90 100 – 125 90 – 99 126 100 Sumber : Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2, 2006 Tabel 2.2 : kadar glukosa darah sewaktu Glukosa darah Kadar normal Glukosa darah puasa ≤ 110 mgdL Glukosa darah 2 jam setelah makan postprandial 140 mgdL untuk usia 50 tahun atau kurang. 160 mgdL untuk usia 50-60 tahun Random Tingkat bervariasi tergantung kapan dan seberapa banyak kamu makan pada saat makan terakhir. Pada umumnya 80-120 mgdL Sebelum makan atau saat bangun tidur 100-140mgdL Sumber : http:diabetes.webmd.comblood-glucose?page=3 c. Cara Mengontrol Gula Darah Kadar gula darah dapat dikontrol dengan 3 cara yakni menjaga berat badan ideal, diet makanan seimbang dan melakukan olahraga latihan fisik. Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga cara tersebut sering kali kurang memadai lagi. Kadar gula darah mungkin tidak terkontrol dengan baik. Pada keadaan yang seperti inilah baru diperlukan obat anti diabetes OAD. Jadi, pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan cara diet dan olahraga gula darah belum terkontrol dengan baik.

8. Faktor Yang Mempengaruhi Gula Darah

Ada beberapa hal yang menyebabkan gula darah naik, yaitu kurang berolah raga, bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi, meningkatnya stress dan faktor emosi, pertambahan berat badan dan usia, serta dampak perawatan dari obat, misalnya steroid Fox Kilvert, 2010 1 Olah raga secara teratur dapat mengurangi resistensi insulin sehingga insulin dapat dipergunakan lebih baik oleh sel-sel tubuh. Olah raga juga dapat digunakan sebagai usaha untuk membakar lemak dalam tubuh sehingga dapat mengurangi berat badan bagi orang obesitas. 2 Asupan makanan terutama melalui makanan berenergi tinggi atau kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Asupan lemak di dalam tubuh juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kepekaan insulin. 3 Interaksi antara pituitary, adrenal gland, pancreas dan liver sering terganggu akibat stress dan penggunaan obat-obatan. Gangguan organ- organ tersebut mempengaruhi metabolism ACTH hormon dari pituitary, kortisol, glucocorticoids hormon adrenal gland, glucagon merangsang glukoneogenesis di liver yang akhirnya meningkatkan kadar gula dalam darah Mahendra, Krisnatuti, Tobing, Alting, 2008. Kurang tidur bisa memicu produksi hormone kortisol, menurunkan toleransi glukosa, dan mengurangi hormon tiroid. Semua itu menyebabkan resistensi insulin dan memperburuk metabolisme. 4 Semakin bertambah usia perubahan fisik dan penurunan fungsi tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada usia lanjut sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan kegemukanobesitas yang memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk diabetes mellitus Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008. B. SENAM DIABETES 1. Definisi Senam diabetes adalah senam aerobic low imact dan rithmis gerakan menyenangkan tidak membosankan dan dapat diikuti semua kelompok umur sehingga menarik antusiasme kelompok dalam klub-klub diabetes Hans Tjandra, 2007. Pada orang normal energi yang dibutuhkan pada awal kegiatan olahraga terutama berasal dari glukosa dan asam lemak bebas, namun pemakaian glukosa pada tingkat ini lebih cepat. Energi pada awal berolahraga berasal daari cadangan ATP-PC otot, setelah itu didapatkan dari cadangan glikogen otot, selanjutnya baru digunakan glukosa. Pada orang dengan Diabetes Mellitus kegiatan fisik pada keadaan post absorbsi makanan, maka kebutuhan energi otot yang bekerja akan dipenuhi oleh proses pemecahan glikogen intramuskular, cadangan trigliserida dan juga peningkatan sediaan glukosa hati dan asam lemak bebas dari cadangan trigliserida ekstramuskular. Pada penderita Diabetes Mellitus dengan kadar gula darah tidak terkontrol, latihan jasmani akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah dan benda keton yang dapat berakibat fatal. Pada sebuah penelitian didapatkan hasil jika glukosa darah sekitar 332 mgdl, bila tetap melakukan olahraga akan berbahaya bagi individu tersebut, sehingga disarankan bila ingin melakukan kegiatan jasmani olahraga maka kadar gula darah haruas dibawah 250 mgdl. Ernawati, 2013 Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah, yaitu meningkatkan kadar HDL- kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida Brunner dan Suddarth, 2002.

2. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dari senam diabetes ini dapat diberikan kepada seluruh penderita DM dengan tipe 1 maupun 2. Sebelum memulai senam para peserta harus diperiksa kadar glukosa darahnya sebelum, selama dan sesudah periode senam tersebut. Para peserta harus makan camilan yang mengandung karbohidrat jika diperlukan, untuk mempertahankan kadar glukosa darah. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah lebih dari 250 mgdL 14 mmolL dan menunjukkan adanya keton dalam urin tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah telah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa darah yang tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah Brunner dan Suddarth, 2002.

3. Manfaat

Olahraga secara umum bermanfaat bagi penatalaksanaan DM, akan tetapi dapat dilepaskan dari keseluruhan program penatalaksanaan DM, yaitu diet, olahraga, obat-obatan oral atau insulin, penyuluhan. Apabila keempat prosedur terapi tersebut dijalankan, maka hasil ptimal regulasi DM akan tercapai. Adapun manfaat olahraga pada DM menurut Brunner dan Suddarth 2002 adalah : a. Mengontrol gula darah, terutama pada DM tipe 2 yang mengikuti olahraga teratur maka monitor gula darah HbA1C mengalami perbaikan. Glukosa darah dibakar menjadi energi, sehingga sel-sel energi menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik dan resiko terjadinya diabetes tipe 2 akan turun sampai 50. b. Menghambat dan memperbaiki faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita DM, olahraga dapat membantu memperbaiki profil lemak darah, menurunkan kolesterol total. LDL trigliserida dan menaikkan HDL kolesterol serta memperbaiki sistem hemostatik, sirkulasi dan tekanan darah. c. Menurunkan berat badan, pengaturan olahraga secara optimal dan diet DM pada penderita kegemukan obesitas dapat menurunkan berat badan. Penurunan berat badan menguntungkan dalam regulasi DMTD obese, yaitu memperbaiki insulin resisten, mengontrol gula darah dan memperbaiki resiko PJK. d. Memperbaiki gejala-gejala muskuloskeletal otot, tulang, sendi yaitu dengan gejala-gejala neuropati perifer dan osteoartrosis, seperti kesemutan, gatal-gatal, linu-linu. e. Mengurangi rasa cemas terhadap penyakitnya, timbul rasa senang dan lebih percaya diri serta pada akhirnya kualitas hidupnya meningkat meskipun dia menderita penyakit menahun.

4. Prinsip Latihan Jasmani Bagi Penderia Diabetes Mellitus

1. Continous Latihan haraus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti. Misalkan bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit penderita Diabetes Mellitus melakukan jogging tanpa istirahat. 2. Rytmichal Latihan olahraga sebaiknya dipilih yang berirama yait otot-otot berkonsentrasi dan relaksasi secara teratuar. Contohnya : jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung, main golf, tenis, atau badminton tidak memenuhi syarat karena banyak berhenti 3. Interval Latihan dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Contohnya : jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan. 4. Progressive Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan daari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 300-60 menit. 5. Encurance Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Pada prinsipnya tak ada perbedaan prinsip latihan jasmani bagi orang Diabetes Mellitus, yaitu harus memenuhi beberapa hal yaitu : frekuensi, intensitas, durasi dan jenis.  Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu  Intensitas : ringan dan sedang 60-70 maximum heart rate  Durasi : 30-60 menit  Jenis : latihan jasmani endurans aerobik untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda Perkeni, dalam Ernawati, 2013

5. Petunjuk

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam latihan senam diabetes menurut Ilyas 2004 adalah : I. Pemanasan Warming Up Dilakukan sebelum melakukan latihan yang bretujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan. Selain itu pemanasan perlu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat olahraga. Lama pemanasan biasanya 5-10 menit. II. Latihan inti Conditioning Pada tahap ini Heart Rate HR diusahakan mencapai target III. Pendinginan Cooling down Pendinginan adalah untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudah berolahraga atau pusing karena darah masih terkumpul pada otot yang aktif. lama pendinginan kurang lebih 5-10 menit IV. Peregangan Streching Dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih tegang dan lebih elastis. Praktiknya dilapangan seperti yang dilakukan oleh klub-klub diabetes, intensitas dinilai dengan : a. Target nadi area latihan Interval nadi yang ditargetkan dicapai selama latihan atau segera latihan maksimum, yaitu antara 60-70 dari denyut nadi maksimal. Sebagai contoh penderita Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin umur 40 tahun interval nadi yang diperbolehkan adalah 60 kali 220-45 dan 75 kali 220-40 dan hasilnya interval nadi antara 108 permenit sampai dengan 142 permenit. Jadi area latihan antara 108-142 denyut nadi permenit. b. Kadar gula darah Sesudah latihan jasmani kadar gula darah 140-180 mgdL pada uisa lanjut dianggap cukup baik sedang usia muda sampai 140 mgdL c. Tekanan darah sebelum dan sesudah latihan Sebelum latihan tekanan darah tidak melebihi 140 mmHg dan setelah latihan maksimal tidak lebih dari 180 mmHg PERKENI,2011. Untuk mencapai efek metabolik maka latihan inti brkisar antara 30-40 menit dengan pemanasan dan pendinginan masing-masing 5-10 menit. Bila kurang maka efek metabolik sangat rendah sebaliknya bila berlebiha menimbulkan efek buruk terhadap sistem muskuloskeletal dan kardiovaskuler serta sistem respirasi.

C. Penelitian Terkait

Penelitian yang pernah dilakukan tentang Diabetes Melitus terutama pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah yaitu penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriani, Heru Supriyatni dan Agus Santoso dengan judul Pengaruh Latihan Fisik: Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe II Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga” tahun 2004, menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja Perbalingga pada bulan September- Oktober 2004 ini. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen tanpa kelompok kontrol. Responden yang menjadi subjek penelitian adalah 22 orang yang menderita DM tipe 2. Alat pengumpulan data berupa kuesioner tentang karakteristik responden dan observasi untuk mengetahui kadar gula sebelum dan sesudah latihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan fisik : senam aerobic terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga  = 0,0001 dengan penurunan rata-rata sebesar 30,14. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Putra 2010 juga menunjukkan perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam, penelitian ini membagi responden menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan hasil untuk kelompok kontrol p= 0,023 dan kelompok intervensi p= 0,013. Penurunan kadar gula darah pada kelompok intervensi 1,2 kali lebih besar dari pada kelompok kontrol 31,92 mgdl berbanding 27 mgdl .Dwi Putra, 2010

D. Kerangka Teori

Dokumen yang terkait

Studi Potensi Interaksi Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh

15 165 69

Efektifitas Edukasi Diabetes Terpadu untuk Meningkatkan Efikasi Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

17 128 175

Perbandingan Mean Platelet Volume ( MPV ) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Yang Terkontrol Dan Tidak Terkontrol

3 95 95

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Langsa Tahun 2011

4 87 60

Studi Penatalaksanaan Pasien Diabetes mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik September sampai Desember 2009

0 25 77

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Hipertensi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

0 3 14

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Hipertensi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

0 3 18

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA.

0 1 11

PENERAPAN SENAM DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA KELOMPOK PROLANIS DIABETES MELLITUS TIPE II

0 0 16

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA SEBELUM DAN SESUDAH SENAM DIABETES PADA PASIEN PROLANIS DIABETES MELLITUS TIPE 2 Manuscript

0 0 6