4 Organizational Commitment Analisis Pengaruh Work Engagement, Organizational Justice, Organizational Commitment Dan Burnout Terhadap Kinerja Auditor Internal

26 untuk belajar dan berkembang dalam organisasi.

2. 4 Organizational Commitment

Buchanan dalam Vandenberg 1992 dalam Trisnaningsih 2007 mendefinisikan komitmen adalah sebagai penerimaan karyawan atas nilai-nilai organisasi identification, keterlibatan secara psikologis psychological immerson, dan loyalitas affection attachement. Komitmen merupakan sebuah sikap dan perilaku yang saling mendorong reinforce antara satu dengan yang lain. Karyawan yang komit terhadap organisasi akan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif terhadap lembaganya, karyawan akan memiliki jiwa untuk tetap membela organisasinya, berusaha meningkatkan prestasi, dan memiliki keyakinan yang pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen karyawan terhadap organisasinya adalah kesetiaan karyawan terhadap organisasinya, disamping juga akan menumbuhkan loyalitas serta mendorong keterlibatan diri karyawan dalam mengambil berbagai keputusan. Oleh karenanya komitmen akan menimbulkan rasa ikut memiliki sense of belonging bagi karyawan terhadap organisasi. Taurisa dan Ratnawati 2012 menyatakan bahwa komitmen organisasional memiliki arti yang lebih dari sekedar loyalitas yang pasif, tetapi melibatkan hubungan aktif dan keinginan karyawan untuk memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya. Komitmen lebih kepada kesadaran dan kepedulian terhadap tujuan organisasi yang dipandang sebagai tujuan bersama. Dari sudut pandang ini, komitmen akan berbeda dengan motivasi, karena motivasi lebih merupakan 27 dorongan karena adanya manfaat atau imbalan tertentu yang di harapkan akan diperoleh Sujana, 2012 dalam Ismail, 2014. Menurut Amilin dan Dewi 2008 dalam Ismail 2014 komitmen organisasi adalah loyalitas auditor terhadap organisasi melalui penerimaansasaran- sasaran, nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi, serta keinginan untuk bertahan di dalam organisasi. Auditor yang komit terhadap organisasi akan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif terhadap lembaganya, auditor akan memiliki jiwa untuk tetap membela organisasinya, berusaha meningkatkan prestasi dan memiliki ke yakinan yang pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi Istiqomah, 2003 dalam Ismail, 2014. Komitmen organisasi menurut Meyer et al. ,dalam Yustina 2006 dalam Elya Wati, dkk 2010 adalah derajat sejauh mana keterlibatan seseorang dalam organisasinya dan kekuatan identifikasinya terhadap suatu organisasi tertentu. Karenanya komitmen organisasi ditandai dengan tiga hal yaitu: 1 Suatu kepercayaan yang kuat terhadap organisasi dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi 2 Keinginan yang kuat untuk memelihara hubungan yang kuat dengan organisasi dan 3 Kesiapan dan kesediaan untuk menyerahkan usaha keras demi kepentingan organisasi. Komitmen organisasi cenderung didefinisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Komitmen organisasi menyangkut tiga sikap yaitu, rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi Ferris dan Aranya, 1983 dalam 28 Trisnaningsih, 2007. Komitmen organisasi merupakan ukuran kesediaan karyawan bertahan dengan sebuahperusahaan di waktu yang akan datang. komitmen kerap kali mencerminkan kepercayaan karyawan terhadap misi dan tujuan organisasi, kesediaan melakukan usaha dalam menyelesaikan pekerjaan, serta hasrat terus bekerja disana. Komitmen biasanya lebih kuat diantara karyawan lama, mereka yang telah mengalami kesuksesan pribadi dalam organisasi, dan mereka yang bekerja di dalam tim yang berkomitmen Indra, 2014. Kalbers dan Fogarty 1995 dalam Trisnaningsih 2007 menggunakan dua pandangan tentang komitmen organisasional yaitu, affective dan continuence. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen organisasi continuance berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial. Seorang auditor yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi dimana dia bekerja, maka akan timbul rasa memiliki terhadap organisasi sehingga dia akan merasa senang dalam bekerja dan dia akan bekerja sebaik mungkin untuk organisasinya tersebut, sehingga kinerjanya akan meningkat Josina, dkk. Jadi dapat disimpulkan secara singkat bahwa komitmen organisasi adalah suatu perjanjian dalam diri individu atas dedikasinya terhadap organisasi. Jika seseorang memahami dengan baik akan komitmen organisasi, umumnya akan lebih mampu bekerja dengan lebih baik karena sangat memahami peran dan 29 tugasnya dalam organisasi sehingga membantu organisasi dalam memenuhi tujuannya.

2.5 Burnout

Burnout adalah kelelahan fisik bahkan psikologis yang akan dialami individu yang bekerja dibawah tekanan beban kerja yang berlebih, tuntutan penyelesaian pekerjaan dalam waktu yang singkat dan rekan kerja hingga manajerial perusahaan yang kurang mendukung serta lingkungan kerja yang tidak sehat. Imelda, 2004 mendefinisikan burnout sebagai keadaan stress yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dan dengan intensitas yang cukup tinggi, ditandai dengan kelelahan fisik, mental, dan emosional, serta rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri yang mengakibatkan individu merasa terpisah dari lingkungannya. Salah satu sumber dari stres adalah terperangkapnya auditor dalam situasi di mana auditor tidak dapat lepas dari tekanan perandalam pekerjaan. Gordon Haka, 1990 menyatakan bahwa tekanan peran pada auditor juga disebabkan karena beratnya beban pekerjaan yang menimbulkankelebihan beban kerja roleoverload. Role overload terjadi ketika auditor memiliki beban pekerjaan sangat berat yangtidak sesuai dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki Eka dan Imam, 2009. Maslach dan Jackson 1981 dalam Daisy 2009 menyatakan bahwa konsep burnout terdiri dari tiga komponen: 1 Kelelahan Emosional, mengacu pada ketegangan mental dan fisik dan ketegangan yang dihasilkan dari pekerjaan yang berhubungan dengan Tekanan; 2 Depersonalisasi, mengacu pada sikap menjauhkan diri sendiri dari orang lain dan melihat orang lain impersonally; dan 30 3 Hilangnya Pencapaian Pribadi adalah perasaan evaluasi diri yang negatif. Ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan karyawan dengan apa yang diberikan perusahaan terhadap karyawannya, seperti kurangnya dukungan dari atasan dan adanya persaingan yang kurang sehat antara sesama rekan kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja psikologis yang dapat mempengaruhi munculnya burnout dalam diri karyawan Yanuar dan Hari, 2010. Karyawan merasakan burnout karena kondisi lingkungan kerja yang menyiratkan bahwa apa yang telah karyawan kerjakan itu sia-sia, tidak berguna, dan tidak dihargai serta adanya prosedur atau aturan-aturan yang kaku, tidak fleksibel sehingga karyawan merasa terjebak dalam sistem yang tidak adil. Keadaan seperti ini dapat diketahui melalui persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya Karyawan yang mempunyai penilaian positif terhadap lingkungan kerja psikologisnya berarti karyawan tersebut merasa bahwa lingkungan kerja psikologisnya baik, sehingga dapat memandang kerja sebagai usaha untuk memperoleh kemajuan dan kerja keras dipandang sebagai sesuatu yang baik dan karyawan akan memiliki semangat kerja yang tinggi dan akan menghambat lajunya tingkat burnout pada karyawan Imelda, 2004. Imelda 2004 juga menjelaskan faktor-faktor dan dimensi dari Burnout itu sendiri. Ada dua faktor yang dipandang mempengaruhi munculnya burnout, yaitu: 1 Faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, harga diri, dan karakteristik kepribadian. 31 2 Faktor eksternal meliputi lingkungan kerja psikologis yang kurang baik, kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak mencukupi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, pekerjaan yang monoton. Selain itu juga ada lima dimensi utama yang menjadi aspek dalam menunjukkan gejala burnout, yaitu: 1 Kelelahan fisik, ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurangnya nafsu makan, dan individu merasakan adanya anggota badan yang sakit; 2 Kelelahan emosional, ditandai dengan depresi, merasa terperangkap di dalam pekerjaannya, mudah marah, dan cepat tersinggung; 3 Kelelahan mental, ditandai dengan bersikap sinis terhadap orang lain, bersikap negatif, cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan, maupun organisasi; 4 Rendahnya penghargaan terhadap diri, ditandai dengan individu tidak pernah merasa puas dengan hasil kerja sendiri, dan merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain; dan 5 Depersonalisasi, ditandai dengan menjauhnya individu dari lingkungan sosial, apatis, dan tidak peduli dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.

2.6 Kinerja

Kualitas kinerja adalah suatu hasil atau pencapaian atas apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Kualitas kinerja bisa diukur dari skala individu maupun nilai organisasi. Suatu kinerja dapat dikatakan baik apabila telah mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan, dan kinerja dikatakan buruk jika 32 sebaliknya, yaitu jauh dari hasil yang diharapkan. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance yang didefinisikan olehMangkunegara 2001 dalam Haerani dan Puruhanan 2010 sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab atau target yang diberikan kepadanya. Trisnaningsih 2007 menyimpulkan bahwa kinerja prestasi kerja adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas jumlah hasilkerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, kualitas mutu kerja yang dihasilkan dan ketepatan waktu kesesuaian waktu yang telah direncanakan. Yanuar dan Hari 2010 menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan sehingga mereka mempengaruhi seberapa banyak mereka member kontribusi kepada instansi atau organisasi termasuk kualitas pelayanan yang disajikan. Sementara Nelson 1997 dalam Suwardi dan Joko 2011 mendefinisikan kinerja atau performance merupakan perilaku organisasi yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas hasil kerja, pencapaian tugas dimana istilah tugas berasal dari pemikiran aktivitas yang dibutuhkanolehpekerja. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan standar atau criteria yang telah ditetapkan. Kinerja menunjukkan tingkat keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung 33 jawabnya. Semakin tinggi kinerja karyawan, maka produktivitas organisasi secara keseluruhan akan meningkat. Taurisa dan Ratnawati, 2012 Umam 2010:189 dalam Julianingtyas 2012, menegaskan pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh individu sesuai dengan peran atau tugasnya dalam periode tertentu, yang dihubungkan dengan ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi tempat individu tersebut bekerja. Menurut Larkin 1990 dalam Trisnaningsih 2007 menyatakan bahwa terdapat empat dimensi personalitas untuk mengukur kinerja, yaitu kemampuan ability, komitmen profesional, motivasi, dan kepuasan kerja. Seorang auditor yang mempunyai kemampuan dalam hal auditing maka akan cakap dalam menyelesaikan pekerjaan. Auditor yang komitmen terhadap profesinya maka akan loyal terhadap profesinya seperti yang dipersepsikan oleh auditortersebut. Motivasi yang dimiliki seorang auditor akan mendorong keinginan individu auditor tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Adapun kepuasan kerja auditor adalah tingkat kepuasan individu auditor dengan posisinya dalam organisasi secara relatif dibandingkan dengan teman sekerja atau teman seprofesi lainnya. Dalam pemahaman Indra 2014 kinerja adalah keseluruhan unsur dan proses yang terpadu dalam suatu organisasi yang ada didalam setiap individu, perilaku atau pola kerja keseluruhan, proses kerja serta hasil kerja atau tercapainya tujuan tertentu. Disamping itu juga kinerja merupakan gabungan perilaku dengan prestasi dari apa yang diharapkan dan pilihannya atau bagian syarat-syarat tugas yang ada pada masing-masing individu yang ditetapkan suatu perusahaan. Kinerja yang baik dan sesuai harapan merupakan hal yang diharapkan 34 dari semua program ataupun kebijakan yang dibuat suatu organisasi guna kelancaran aktivitas organisasi, maka dari itu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengurus perlu mendapatkan perhatian yang lebih, karena akan mempengaruhi pada perilaku individu anggota organisasi. Indra 2014 menyimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerjaatau hasil kerja output baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai Sumber Daya Manusia per satuan periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas kerjanya dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya yang diakibatkan oleh kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk terus meningkatkan prestasinya, yang akan dinilai atasan,sehingga karyawan akan terus berusaha untuk meningkatkan kinerjaprestasinya, dan karyawan akan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan pekerjaan yang dikerjakannya. Dengan adanya peningkatan kinerja karyawan akan dapat membantu perusahaan mencapai tujuan dan memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat secara efektif dan efisien.

2.7 Auditor Internal

Auditor intern memiliki posisi yang unik untuk melaksanakan audit operasional, sehingga beberapa orang menggunakan istilah audit internal dan audit operasional saling bergantian. Akan tetapi, tidaklah tepat untuk menyimpulkan bahwa semua audit operasional dilakukan oleh auditor intern atau bahwa auditor intern hanya melakukan audit operasional. Banyak bagian auditor intern melaksanakan audit operasional dan juga audit keuangan. Sering hal itu dilakukan secara bersamaan. Sawyer, 2007:499 35 Auditor internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang dinamakan audit internal, dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban yang efektif. Lingkup fungsi audit internal meliputi semua tahap dalam kegiatan organisasi. Boynton dan Johnson, 2003:8 Audit pemerintah, khususnya audit kinerja merupakan kunci utama untuk memenuhi kewajiban pemerintah dalam pertanggungjawaban kepada rakyat. Audit kinerja adalah suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif atas kinerja suatu organisasi, program, fungsi atau kegiatan. Evaluasi dilakukan berdasarkan aspek ekonomi dane fisiensi operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan, serta kepatuhan terhadap peraturan, hukum, dan kebijakan terkait Ritonga, 2013 dalam Ismail, 2014. Pengertian kinerja auditor menurut Mulyadi 1998:11 dalam Trisnaningsih 2007 adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan pemeriksaan examination secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk mene ntukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. 36

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut: Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Sebelumnya Berikut Perbedaan, Persamaan dan Hasilnya No Peneliti Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan 1. Imelda Novelina Sihotang 2004 Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis dan Jenis Kelamin. Persepsi dalam penelitian burnout nya berbeda. Sama-sama meneliti mengenai adanya burnout. Ada hubungan negatif antara persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya dengan burnout. 2. Sri Trisnaningsih 2007 Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor Variabel Komitmen Organisasi Digunakan Sebagai Mediasi Meneliti terkait komitmen organisasi dan kinerja auditor. Budaya organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, namun secara tidak langsung komitmen organisasi memediasi hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja auditor. 3. Meily Margaretha dan Susanti Saragih 2008 Employee Engagement: Upaya Peningkatan Kinerja Organisasi Tidak meneliti pengaruh variabel. Meneliti terkait employee engagement. Employee Engagement mempengaruhi kinerja organisasi Bersambung pada halaman selanjutnya 37 No Peneliti Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan 4. Fitri Nugraheni dan Ratna Yulia Wijayanti 2009 Pengaruh Keadilan Distributif dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja: Studi Kasus Pada Akademisi Universitas Muria Kudus Objek penelitiannya berbeda, bukan auditor. Meneliti terkait keadilan pada kinerja. Keadilan distributif dan keadilan prosedural Berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja dosen 5. Elya Wati, Lismawati dan Nila Aprilla 2010 Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah b. Variable independen yang lainnya berbeda. Meneliti pengaruh Komitmen Organisasi pada Kinerja Auditor Pemerintah. Independensi, Gaya Kepemimpinan,Komi tmen Organisasi dan Pemahaman GCG memiliki dampak positif terhadap Kinerja Auditor Pemerintah. 6. Arnold B. Bakker dan P. Matthijs Bal 2010 Weekly work engagement and performance: A study among starting teachers c. Objek penelitiannya berbeda, bukan auditor. Meneliti pengaruh engagement dan kinerja. Engagement memiliki hubungan positif dengan Weekly job performance. 7. Siti Haerani dan Pandu Puruhanan 2010 Employee Engagement dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Departemen Process PlantPT. INCO Pasca Akuisisi d. Objek penelitiannya bukan auditor. Meneliti terkait employee engagement. Employee engagement berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja departemen. 8. Suwardi dan Joko Utomo 2011 Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja. e. Variabel independen lainnya berbeda. Meneliti pengaruh Komitmen Organisasion al terhadap Kinerja. Komitmen Organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja. Bersambung pada halaman selanjutnya 38 No Peneliti Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan 9. Korkaew Jankingthong dan Suthinee Rurkkhum 2012 Factors Affecting Job Performance: A Review of Literature f. Meneliti keadilan organisasi dan work engagement terhadap kinerja. Organizational Justice, Work Engagement, dan Motivasi Pelayanan Public PSM memiliki efek langsung terhadap kinerja. 10. Bunga Nur Julianingtyas 2012 Pengaruh Locus Of Control,Gaya Kepemimpinan Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor g. Variabel independen lainnnya berbeda. Meneliti pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor. Locus of Control, Gaya Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja. 11. Chaterina Melina Taurisa dan Intan Ratnawati 2012 Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan h. Variabel independen- nya tidak ada yang sama. Meneliti terkait Komitmen Organisasio- nal dan menjadikan Kinerja karyawan sebagai variabel dependen. Komitmen Organisasional Berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja karyawan. 12. Febriana Budhi Murnianita 2012 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Employee Engagement Pada PT. PLN Persero Pusdiklat i. Employee Engagement dijadikan variable dependen. Meneliti terkait Employee Engagement. Adanya keterikatan pegawai di lingkungan PLN Pusdiklat, gaya kepemimpinan transformasional dan laissez-fairesecara signifikan berpengaruh terhadap employee engagement. Bersambung pada halaman selanjutnya 39 No Peneliti Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan 13. Theresia Cynthia 2014 Analysis The Effect Of Work Engagement and Job Embeddedness on Turnver Intention With Job Performance As Moderating at PT ARGO PANTES TBK Kinerja dijadikan variabel moderating Meneliti pengaruh work engagement. Work Engagement dan Job embeddednes smempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Turnover Intention. 14. Nabilah Ramadhan dan Jafar Sembiring 2014 Pengaruh Employee Engagement Terhadap Kinerja Karyawan di Human Capital Center PT.Telkom Meneliti terkait employee engagement dankinerja. Work engagement berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. 15. Ismail Pamilih 2014 Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah V Variabel independen lainnya berbeda. a. Meneliti hubungan komitmen organisasi pada kinerja. b. Objek penelitian sama, auditor pemerintah. Komitmen Organisasional berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. 17 Fu, Weihui; Deshpande, Satish P 2014 The Impact of Caring Climate, Job Satisfaction, and Organizational Commitment on Job Performance of Employees in a Chinas Insurance Company a. a. Variabel independen yang lain berbeda. b. b. b. Objek penelitiannya pada pegawai asuransi di China. Meneliti hubungan komitmen organisasion al terhadap kinerja. Organizational commitment memiliki dampak langsung yang signifikan dalam job performance. Bersambung pada halaman selanjutnya 40 No Peneliti Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan 18 D. Wahyu Ariani 2014 Relations hipLeadership, Employee Engagement and Organizational Citizenship Behavior Variabel independen lainnya berbeda. Meneliti terkait employee engagement. Supportive leadership dan Employee engagement memiliki hubungan positif dengan OCB. 19 Ika Jatnika 2015 Pengaruh Auditor Burnout, Komitmen Organisasional, Niat Pindah dan Kinerja Pegawai Terhadap Toleransi Perilaku Disfungsional Audit pada BPK RI Variabel independen lainnya dan variabel dependennya berbeda. Meneliti pengaruh burnout dan komitmen organisasional . Burnout tidak berpengaruh dan komitmen organisasional Berpengaruh negative terhadap toleransi perilaku disfungsional. 20 Indra Gunawan 2014 Pengaruh Komitmen Organisasional Dan Locus Of Control Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Nikkatsu Electric Works Bandung Variabel independen lainnya berbeda. Meneliti pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja. Komitmen organisasional berpengaruh terhadap kinerja karyawan. 21 Dewi Fitriyani 2013 Analisis Pengaruh Keadilan Organisasional Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Partisipasi Penganggaran Sebagai Intervening Menggunakan variabel intervening. Meneliti pengaruh keadilan organisasional terhadap kinerja. Keadilan distributif berpengaruh langsung terhadap kinerja namun keadilan prosedural tidak. 22 Dahnia Fahrani,Na ning Aranti Wessiani, dan Budi Santosa Analisis Komitmen Organisasi dan Employee Engagement Pada PT. Semen Gresik Objek penelitiannya adalah karyawan PT bukan auditor. Meneliti terkait komitmen organisasi dan employee engagement. Karakteristik individu berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan komitmen. Sumber: Disarikan dari beberapa sumber 41

C. Keterkaitan antar variable

1. Interaksi pengaruh antara work engagement dengan kinerja