22 Dari  semua  penelitian  yang  ada  dapat  dilihat  bahwa  work  engagement
mempengaruhi kinerja karena merupakan kondisi dimana seseorang merasa ingin untuk terlibat dalam segala aktivitas organisasi dan meyakini dirinya untuk dapat
melakukan  tugas  yang  dinginkan  organisasi  sehingga  meningkatkan  nilai organisasi dan sangat dapat membantu organisasi mencapai tujuannya.
2. 3 Organizational Justice
Menurut Gilliland 1993 dalam Endah 2004, persepsi karyawan tentang ketidakseimbangan  antara  masukan  pengetahuan,  keterampilan,  kemampuan,
pengalaman,  kerajinan,  maupun  kegigihan  dan  kerja  keras  yang  mereka  berikan dengan  hasil  yang  mereka  terima  gaji,  perlakuan  ataupun  pengakuan  akan
menghasilkan  emosi  negative  yang  memotivasi  karyawan  untuk  mengubah perilaku, sikap, dan kepuasan mereka.
Persepsi  keadilan  organisasi  terkait  dengan  rasionalisasi  individu  dan motivasi  untuk  melakukan  penipuan.  Keadilan  organisasi  merupakan  sebuah
konsep  psikologis  yang  berkaitan  dengan  cara-cara  di  mana  karyawan menentukan  apakah  mereka  telah  diperlakukan  secara  adil  dalam  pekerjaan
mereka  dan  cara  di  mana  mereka  mempengaruhi  penentuan  variabel  pekerjaan lain yang berhubungan Moorman, 1991 dalam Anjelita, 2014.
Keadilan  organisasi  organizational  justice  adalah  istilah  untuk mendeskripsikan  kesamarataan  atau  keadilan  ditempat  kerja  yang  berfokus
bagaimana  para  pekerja  menyimpulkan  apakah  mereka  diperlakukan  secara  adil dalam pekerjaannya dan bagaimana kesimpulan tersebut kemudian mempengaruhi
23 variabel-variabel  lain  yang  berhubungan  dengan  pekerjaan  Khatri,et  al.  1999,
dalam Mariani 2011 dalam Lisa 2013. Organizational  justice  atau  keadilan  organisational  menurut  Hassan  dan
Chandaran 2005 dalam Anjelita 2014 meliputi: distributive justice, procedural justice, dan interactional justice. Distributive justice berkaitan dengan kewajaran
alokasi  sumber  daya,  sedangkan  procedural  justice  memusatkan  pada  kewajaran proses  pengambilan  keputusan  dan  interactional  justice  mengacu  persepsi
kewajaran  atas  pemeliharaan  hubungan  antar  pribadi  atau  informal  interaction antara karyawan yang menerima keputusan dengan pembuat keputusan.
Lisa  2013  menyatakan  bahwa  ketika  keadilan  organisasional  dirasa rendah  mengakibatkan  ketidakpuasan,  kebencian,  dan  kemarahan  melawan
organisasi. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk berbuat menyimpang dan berakibat  langsung  pada  organisasi  seperti  kelambanan,  ketidakhadiran,
pencuriandan  perusakan.  Bila  keadilan  pada  karyawan  terpenuhi  dengan  baik maka produktivitas dan hasil kerja karyawan akan meningkat dan menghilangkan
motivasi  untuk  melakukan  tindakan  merugikan  perusahaan  sehingga  mendorong tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
MenurutToenblom  1992  dalam  Endah  2004  dalam  Lisa  2013, keadilan organisasi dibagi menjadi tiga komponen, yaitu:
1.  Keadilan Distributif Merupakan  persepsi  karyawan  tentang  keadilan  pendistribusian  sumber  daya
organisasi  dengan  memperhatikan  beberapa  aturan  distributif,  yang  merupakan hasil dari keputusan alokasi, misalnya standar gaji.
24 Keadilan distributive dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
a.  Keadilan  distributif  terletak  pada  nilai.  Keadilan  hanya  berlaku  sesuai dengan  nilai  yang  dianut.  Prinsip  pemerataan  dikatakan  adil  karena  nilai
tersebut dianut. b.  Keadilan disributif terletak pada perumusan nilai-nilai menjadi peraturan.
c.  Keadilan distributif terletak pada implementasi peraturan. 2.  Keadilan Prosedural
Berkaitan  dengan  prosedur-prosedur  yang  digunakan  organisasi  untuk mendistribusikan  hasil  dan  sumber  daya  organisasi  kepada  anggotanya.  Aturan
pokok keadilan prosedural, yaitu: a  Konsistensi
Prosedur yang adil harus konsisten baik dari orang satu kepada orang lain maupun dari waktu ke waktu.
b  Minimalisasi bias Untuk  meminimalisasi  bias,  maka  baik  kepentingan  individu  ataupun
pemihakan harus dihindari. c  Informasi yang akurat dan berdasarkan fakta.
d  Dapat diperbaiki Prosedur  yang adil juga mengandung aturan  yang bertujuan memperbaiki
kesalahan yang ada ataupun kesalahan yang akan muncul. e  Representatif
Harus  ada  penyertaan  beberapa  pihak  sehingga  akses  untuk  melakukan control juga terbuka.
25 f  Etis
Prosedur yang adil harus berdasarkan pada standar etika dan moral.
3.  Keadilan Interaksional Merupakan  perlakuan  interaksional  yang  diambil  oleh  pembuat  keputusan
decision  maker  antar  personal  dalam  organisasi.  Keadilan  interaksional  dibagi dalam tiga aspek yaitu:
a  Penghargaan Makin  baik  kualitas  perlakuan  penguasa  terhadap  anggotanya  maka
interaksi dinilai makin adil. b  Netralitas
Netralitas  dapat  tercapai  bila  dasar-dasar  dalam  pengambilan  keputusan, misalnya menggunakan fakta dan bukan opini, yang objektif dan validitasnya
tinggi. c  Kepercayaan
Kepercayaan  sebagai  suatu  pertaruhan  terhadap  hasil masa  depan  dengan menyerahkan kepada orang lain.
Jadi  keadilan  organsasi  bisa  dijadikan  tolak  ukur  atas  kinerja  karyawan, dengan  kata  lain  keadilan  organisasi  yang  baik  akan  mendorong  para  pegawai
untuk  bekerja  sebaik-baiknya  karena  apa  yang  mereka  kerjakan  akan  sesuai dengan  apa  yang  akan  mereka  peroleh.  Perlakuan  adil  dalam  organisasi  akan
memberikan  penghargaan  sendiri  pada  masing-masing  individu  dan  membuat mereka  memahami  bahwa  diperlakukan  dan  memiliki  kesempatan  yang  sama
26 untuk belajar dan berkembang dalam organisasi.
2. 4 Organizational Commitment