Stasiun Baito Analisis Neraca Air

Gambar 12 Grafik neraca air lahan wilayah Stasiun Lanud W Mongonsidi tahun normal Gambar 13 Grafik neraca air lahan wilayah Stasiun Lanud W Mongonsidi tahun El-Nino Gambar 14 Grafik neraca air lahan wilayah Stasiun Lanud W Mongonsidi tahun La-Nina Data ketersediaan air pada tanah merupakan data pokok dalam perhitungan neraca air lahan dan nilai titik layu permanen TLP dan kapasitas lapang KL berbeda untuk setiap daerah. Tanaman dapat ditanam pada suatu lahan jika ketersediaan air lengas tanah 50 air tersedia. Pada saat kadar air tanah berada di bawah titik layu permanen, tanaman akan mengalami kekeringan dan menjadi layu. Oleh sebab itu, penanaman tidak dilakukan pada saat KAT kadar air tanah berada di bawak titik layu. Hasil perhitungan neraca air lahan pada wilayah Stasiun Lanud W Mongonsidi menyatakan bahwa komoditas padi gogo dapat ditanam pada semua tahun variabilitas iklim. Secara umum, El-Nino menyebabkan pergeseran awal waktu penanaman padi gogo dan La-Nina menyebabkan penanaman dapat dilakukan lebih awal dari jadwal pada tahun normal.

4.7.3 Stasiun Baito

Stasiun Baito terletak di 04 15’56” LS dan 122 19’35” BT serta merupakan salah satu stasiun iklim di Konawe Selatan. Hasil perhitungan neraca air pada tahun normal mengidentifikasikan bahwa surplus air terjadi pada bulan Desember hingga Juni, serta defisit terjadi pada bulan Juli hingga November Gambar15. Surplus menyatakan bahwa curah hujan memiliki jumlah yang tinggi dibandingkan dengan laju evapotranspirasi yang dikeluarkan. 50 100 150 200 250 300 350 Januari Febr Mar April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nove Dese T in g g i Ko lo m A ir m m KL TLP KAT 50 100 150 200 250 300 350 Januari Febr Mar April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nove Dese T in g g i Ko lo m A ir m m KL TLP KAT 50 100 150 200 250 300 350 Januari Febr Mar April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nove Dese T in g g i Ko lo m A ir m m KL TLP KAT Gambar 15 Grafik neraca air wilayah Stasun Baito tahun normal Gambar 16 Grafik neraca air wilayah Stasiun Baito tahun El-Nino Gambar 17 Grafik neraca air wilayah Stasiun Baito tahun La-Nina Hal ini menggambarkan bahwa pada bulan-bulan surplus berlangsung musim hujan. Kondisi terbalik terjadi pada saat defisit berlangsung, dimana jumlah curah hujan cukup rendah sehingga tidak dapat menutupi laju evapotranspirasi yang dikeluarkan. Hal ini menggambarkan berlangsungnya musim kemarau. Periode terjadinya surplus dan defisit perlu diperhatikan dalam menentukan periode musim hujan dan kemarau. Tinggi rendahnya nilai kedua parameter tersebut akan berdampak pada nilai kadar air tanah, dimana semakin tinggi nilai defisit maka APWL tanah juga meningkat yang menyebabkan kadar air tanah akan mengalami penurunan. Pada tahun-tahun fenomena El-Nino, surplus terjadi pada bulan Desember hingga Juni dan defisit terjadi pada bulan Juli hingga November Gambar 16. Awal suplus tidak mengalami pergeseran baik pada tahun normal maupun El-Nino. Adapun nilai total defisit pada tahun El-Nino sebesar 237.8 mm mencapai maksimum pada bulan Oktober. Pada tahun normal, nilai defisit sebesar 112.2 mm mencapai maksimum pada bulan September. Pada saat berlangsung La-Nina, surplus terjadi dari bulan November, Januari, Maret hingga Juli. Adapun defisit berlangsung pada bulan Agustus hingga Oktober, serta Desember Gambar 17. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi pergeseran awal surplus dengan periode defisit berlangsung relatif singkat yaitu 4 bulan. La-Nina merupakan salah satu variabilitas iklim yang menyebabkan kenaikan pada jumlah curah hujan. Hal ini menyebabkan jumlah curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun normal, sehingga periode berlangsung surplus juga lebih lama dan defisit berlangsung dalam periode yang cukup singkat. Besar nilai defisit pada tahun La-Nina 2.4 mm dan mencapai maksimum pada bulan September. Data ketersediaan air pada tanah merupakan data pokok dalam perhitungan neraca air lahan dan nilai titik layu 50 100 150 200 250 300 350 400 Januari Febr Mar April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nove Dese T ing g i Ko lo m Ai r m m CH ETP Surplus Defisit 50 100 150 200 250 300 350 400 Januari Febr Mar April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nove Dese T in g g i Ko lo m A ir m m CH ETP Surplus Defisit 50 100 150 200 250 300 350 400 Januari Febr Mar April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nove Dese T in g g i Ko lo m A ir m m CH ETP Surplus permanen TLP dan kapasitas lapang KL berbeda untuk setiap daerah. Tanaman dapat ditanam pada suatu lahan jika ketersediaan air lengas tanah 50 air tersedia. Pada saat kadar air tanah berada di bawah titik layu permanen, tanaman akan mengalami kekeringan dan menjadi layu. Oleh sebab itu, penanaman tidak dilakukan pada saat KAT kadar air tanah berada di bawak titik layu. Hasil perhitungan neraca air lahan pada wilayah Stasiun Baito menyatakan bahwa komoditas padi gogo hanya dapat ditanam pada semua tahun variabilitas iklim. Wilayah Stasiun Baito memiliki awal penanaman yang sama untuk semua tahun variabilitas iklim. Hal yang mendasari perbedaan adalah periode waktu penanaman, dimana padi gogo dapat ditanam sepanjang tahun pada saat La-Nina berlangsung dan terjadi pengurangan periode tanam saat berlangsung El-Nino. Gambar 18 Grafik neraca air lahan wilayah Stasiun Baito tahun normal Gambar 19 Grafik neraca air lahan wilayah Stasiun Baito tahun El-Nino Gambar 20 Grafik neraca air lahan wilayah Stasiun Baito tahun La-Nina 50 100 150 200 250 300 350 Januari Febr Mar April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nove Dese T in g g i Ko lo m A ir m m KL TLP KAT 50 100 150 200 250 300 350 Januari Febr Mar April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nove Dese T in g g i Ko lo m A ir m m KL TLP KAT 50 100 150 200 250 300 350 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 T in g g i Ko lo m A ir m m KL TLP KAT

4.7.4 Stasiun Motaha