Tabel 4 Tahun-tahun variabilitas iklim Tahun
Variabiltas Iklim 1985
Normal 1986
Normal 1987
El-Nino 1988
La-Nina 1989
La-Nina 1990
Normal 1991
El-Nino 1992
El-Nino 1993
El-Nino 1994
El-Nino 1995
Normal 1996
Normal 1997
El-Nino 1998
La-Nina 1999
La-Nina 2000
La-Nina 2001
Normal 2002
El-Nino 2003
Normal 2004
El-Nino 2005
Normal 2006
El-Nino 2007
Normal 2008
La-Nina 2009
Normal 2010
La-Nina Curah hujan merupakan salah satu unsur
iklim yang mengalami perubahan signifikan jika ENSO terjadi di wilayah Indonesia,
khususnya Konawe Selatan. Secara umum, wilayah stasiun-stasiun Konawe Selatan
mengalami penurunan jumlah curah hujan pada saat El-Nino terjadi serta mengalami
peningkatan jumlah curah hujan saat berlangsung La-Nina. Kondisi tersebut dapat
di lihat pada wilayah stasiun Moramo dan Atari Lampiran 12. Adapun untuk wilayah
stasiun lainnya, El-Nino yang terjadi menyebabkan berkurangnya jumlah curah
hujan dari tahun normal. Curah hujan pada saat
berlangsung La-Nina
mengalami peningkatan,
tetapi jumlahnya
masih dibawah tahun normal. Kondisi ini terjadi di
beberapa wilayah
stasiun, diantaranya
Stasiun Motaha dan sekitarnya, Stasiun Lanud dan sekitarnya, serta Stasiun Baito
dan sekitarnya Lampiran 12.
4.7 Analisis Neraca Air
Perhitungan neraca air merupakan salah satu cara dalam menentukan besarnya
surplus dan defisit air dari suatu wilayah. Hasil analisis
tersebut akan menjadi
rujukanreferensi dalam
melaksanakan penanaman terhadap suatu varietas tanaman
pertanian, khususnya padi serta memberikan gambaran terhadap periode basah musim
hujan dan periode kering musim kemarau. Adapun hasil perhitungan neraca air pada
setiap stasiun di wilayah Konawe Selatan disajikan pada uraian di bawah ini:
4.7.1 Stasiun Atari
Stasiun Atari terletak di 04 21’48” LS
dan 122 07’27” BT dan merupakan salah
satu stasiun iklim di Konawe Selatan. Hasil perhitungan neraca air pada tahun normal
mengidentifikasikan bahwa surplus air hanya terjadi pada bulan Juni. Defisit terjadi
hampir di semua bulan sepanjang tahun normal tersebut Gambar 3.
Surplus menyatakan bahwa curah hujan memiliki jumlah yang tinggi dibandingkan
dengan laju
evapotranspirasi yang
dikeluarkan. Hal ini menggambarkan bahwa pada
bulan-bulan surplus
berlangsung musim hujan. Kondisi terbalik terjadi pada
saat defisit berlangsung, dimana jumlah curah hujan cukup rendah sehingga tidak
dapat menutupi laju evapotranspirasi yang dikeluarkan.
Hal ini
menggambarkan berlangsungnya musim kemarau.
Gambar 3 Grafik neraca air wilayah Stasiun Atari tahun normal
Gambar 4 Grafik neraca air wilayah Stasiun Atari tahun El- Nino
Gambar 5 Grafik neraca air wilayah Stasiun Atari tahun La-Nina Periode terjadinya surplus dan defisit
perlu diperhatikan dalam menetukan periode musim kemarau dan musim hujan. Tinggi
rendahnya nilai kedua parameter tersebut akan berdampak pada nilai kadar air tanah,
dimana semakin tinggi nilai defisit maka APWL
tanah juga
meningkat yang
menyebabkan kadar
air tanah
akan mengalami penurunan. Pada tahun-tahun
kejadian El-Nino, jumlah curah hujan pada umumnya akan mengalami penurunan. Hasil
perhitungan neraca air, diperoleh bahwa terdapat perubahan bulan kejadian surplus
maupun defisit. Surplus terjadi pada bulan Mei dan Juni serta Desember dan defisit
terjadi pada bulan Januari hingga April dan Juli hingga November Gambar 4. Pada
tahun normal, surplus terjadi hanya terjadi 1 bulan. Peningkatan bulan surplus pada tahun
El-Nino dipengaruhi oleh jumlah curah hujan cenderung lebih besar dibandingkan
normal. Secara umum, jumlah curah hujan tahun normal lebih besar dibandingkan
tahun El-Nino. Pada bulan-bulan tertentu, curah hujan meningkat dan cenderung lebih
tinggi dibandingkan bulan yang sama pada tahun normal. Kondisi ini merupakan
penyebab peningkatan bulan surplus pada tahun El-Nino.
Kondisi berbeda terjadi pada saat fenomena
La-Nina, dimana
surplus berlangsung selama 4 bulan yaitu bulan
Maret, Mei hingga Juli. Adapun defisit berlangsung dengan periode yang cukup
lama 8 bulan dari Agustus hingga April Gambar 5. Data ketersediaan air pada
tanah
merupakan data
pokok dalam
perhitungan neraca air lahan dan nilai titik layu permanen TLP dan kapasitas lapang
KL berbeda untuk setiap daerah. Tanaman dapat ditanam pada suatu lahan jika
ketersediaan air lengas tanah 50 air tersedia.
50 100
150 200
250 300
350 400
Januari Febr Mar
April Mei
Juni Juli
Agust Sep
Okt Nove
Dese
T in
g g
i Ko
lo m
A ir
m m
CH ETP
Defisit
50 100
150 200
250 300
350 400
Januari Febr Mar
April Mei
Juni Juli
Agust Sep
Okt Nove
Dese
T in
g g
i Ko
lo m
A ir
m m
CH ETP
Defisit
50 100
150 200
250 300
350 400
Januari Febr Mar
April Mei
Juni Juli
Agust Sep
Okt Nove
Dese
T in
g g
i Ko
lo m
A ir
m m
Ch ETP
Surplus
Gambar 6 Grafik neraca air lahan wilayah Stasiun Atari tahun normal
Gambar 7 Grafik neraca air lahan wilayah Stasiun Atari tahun El-Nino
Gambar 8 Grafik neraca air lahan wilayah Stasiun Atari pada tahun La-Nina Pada saat kadar air tanah berada di
bawah titik layu permanen, tanaman akan mengalami kekeringan dan menjadi layu.
Oleh sebab itu, penanaman tidak dilakukan pada saat KAT kadar air tanah berada di
bawak titik layu. Hasil perhitungan neraca air lahan pada wilayah stasiun Atari
menyatakan bahwa komoditas padi gogo hanya dapat ditanam pada saat La-Nina yang
berlangsung selama 4 bulan Gambar 8. Pada tahun normal dan tahun El-Nino
berlangsung Gambar 6 dan 7, tanaman padi gogo tidak dapat ditanam. Kondisi
tersebut terkait dengan ketersediaan air yang jauh di bawah titik layu permanen.
4.7.2 Stasiun Lanud. W. Mongonsidi