106 berada. Maka segala bentuk magifikasi tetap dipertahankan, dan cenderung
menolak segala bentuk perusakan terhadap nilai-nilai kolektivitas. Pada kasus kapitalisme local di suku Bajo yang dibahas pada tulisan ini,
Beberapa orang-orang Mola dianggap sebagai gambaran terbentuknya kapitalis Bajo. Ciri khas kapitalisme, antara lain menggunakan tenaga kerja upahan,
melakukan akumulasi keuntungan, ekspansi usaha dan cenderung berani melakukan akusisi capital. Sesuatu hal yang jarang bisa dilakukan oleh orang-
orang bajo kebanyakan terutama Bajo Mantigola yang tetap mempertahankan sistem perekonomian yang prakapitalis.
2.2. Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi
Sistem nilai merupakan unsur sistem sosial masyarakat bersifat sangat abstrak. Sistem sosial tersebut merupakan pedoman dari konsep-konsep ideal
yang memberikan pendorong kuat terhadap arah kehidupan warga komunitasnya. Menurut Kluckhohn dalam Koentjaraningrat 1990 bahwa sistem
nilai budaya memberikan arah dan dorongan pada sistem nilai budaya masyarakat dalam lima masalah dasar dalam kehidupan manusia. Atas dasar
konsepsi tersebut, ia mengembangkan suatu kerangka yang dapat dipakai ahli antropologi untuk menganalisa secara universal tiap variasi dalam sistem nilai
budaya dalam semua macam kebudayaan yang terdapat di dunia Matriks 4. Menurut C. Kluckhohn, kelima masalah dasar tersebut menjadi landasan bagi
kerangka variasi sistem nilai budaya adalah : 1. Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia disingkat MH
2. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia disingkat MK 3. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu
disingkat MW 4. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia alam sekitarnya
disingkat MA 5. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya
disingkat MA. Menurut C. Kluckhohn setiap komunitas akan berbeda-beda di dalam
mengkonsepsikan kelima unsur di atas tersebut. Misalnya berdasarkan unsur pertama mengenai hakekat dari hidup manusia, ada komunitas tertentu yang
mempersepsikan hidup itu baik, maka tidak banyak usaha-usaha untuk
107 meningkatkan kualitas hidup, sebaliknya jika suatu masyarakat memandang
kehidupan sebagai sesuatu yang buruk namun manusia wajib berikhtiar supaya hidup itu menjadi baik, akan cenderung memiliki etos kerja tinggi dan pantang
menyerah. Matriks 4. Kerangka Kluckhohn Mengenai Lima Masalah Dasar Dalam Hidup
yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia
Masalah dasar dalam hidup
Orientasi Nilai Budaya
Hakekat Hidup MH
Hidup itu buruk Hidup itu baik
Hidup itu buruk, tetapi manusia wajib
berikhtiar supaya hidup itu menjadi
baik
Hakekat karya MK
Karya itu untuk nafkah hidup
Karya itu untuk kedudukan,
kehormatan, dan sebagainya.
Karya itu untuk menambah karya
Persepsi manusia tentang waktu
MW Orientasi masa kini
Orientasi ke masa lalu
Orientasi ke masa depan
Pandangan manusia terhadap
alam MA Manusia tunduk
kepada alam yang dahsyat
Manusia berusaha menjaga
keselarasan dengan alam
Manusia berhasrat menguasai alam
Hakekat hubungan manusia antar
manusia dengan sesamanya MM
Orientasi kolateral horizontal, rasa
ketergantungan kepada sesamanya
berjiwa gotong royong
Orientasi vertikal, rasa ketergantungan
kepada tokoh-tokoh atasan dan
berpangkat Individualisme
menilai tinggi usaha atas kekuatan
sendiri.
Sumber : Koentjaraningrat, 1990. Pemaknaan ini sesungguhnya memberikan suatu informasi penting
sampai sejauhmana perkembangan orientasi nilai yang dipegang oleh suatu komunitas tertentu. Apakah dengan kategorisasi yang dibentuk oleh Kluckhohn
tersebut, masyarakat tertentu dikategorikan sebagai masyarakat yang cenderung fatalis, optimistik, atau individualis. Dan kategorisasi ini akan cenderung
menggambarkan bentuk-bentuk tindakan sosialnya, karena asumsinya
108 pemaknaan memberikan justifikasi atau alasan terhadap tindakan tertentu yang
ditampilkan.
2.3. Pengertian Kapitalisme Lokal