Gambaran Umum Bajo Mantigola

122 Tabel 3. Jenis dan Jumlah Alat Penangkap Ikan, dan Jumlah Kendaraan Penangkap Ikan, Mola, 2010. Jumlah Kendaraan Penangkap Ikan Jumlah Alat Penangkap Ikan Jenis Alat Tangkap dan Kendaraan Penangkapan Ikan Kapal Motor Motor Tempel Perahu Tanpa Motor Pukat Jarring Pancing Perangkap Lainnya Mola Selatan 86 51 20 351 Mola Utara 1 6 2 Mola Samaturu 6 78 140 200 300 500 Mola Bahari 2 52 10 236 10 Mola Nelayan Bakti 6 1 30 7 300 Jumlah 15 165 273 200 343 1389 10 Sumber : BPS Kecamatan Wangi-wangi, 2010.

4.3. Gambaran Umum Bajo Mantigola

Desa Mantigola terletak di Kepulauan Wakatobi berada pada jazirah tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara umum Kepulauan Wakatobi memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 1 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda ; 2 Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda 3 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores ; 4 Sebelah Barat berbatasan dengan perairan Kabupaten Buton. Desa Mantigola sendiri disebelah utara berbatasan dengan Desa Sombano, disebelah selatan dengan Laut Flores, disebelah timur dengan Desa Horuo dan disebalah barat dengan Karang Kaledupa. Luas Desa Mantigola sekitar 1.50 km2, dengan persentase dari Pulau kaledupa sebesar 3.30. Bajo Mantigola tetap mempertahankan ciri khas pemukiman tradisional Bajo dengan ciri khas bertempat tinggal di suatu rumah yang terbuat dari kayu dan bambu. Mulai dari jalan raya terlihat jembatan-jembatan bambu yang menyebar ke seluruh rumah-rumah. Jembatan tersebut dipergunakan ketika air laut sedang surut, sebab ketika air laut sedang naik, nelayan Bajo Mantigola lebih senang menumpangi perahu dayung yang khusus dipergunakan untuk mengambil air minum di daratan. 123 Kepadatan penduduk desa mantigola juga tergolong rendah. Berdasarkan Data BPS Kecamatan Kaledupa, 2010 diinformasikan bahwa pada tahun 2008 kepadatan penduduk Mantigola sebesar 360 jiwaKm 2. Sementara pada tahun 2009 kepadatan penduduk Mantigola sebesar 357 jiwaKm 2 . Laju pertumbuhan penduduk desa Mantigola sendiri cenderung rendah. Berdasarkan Data BPS Kecamatan Kaledupa, 2010 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 sebesar 536 jiwa. Sementara pada tahun 2009 jumlah penduduk desa Mantigola hanya sebesar 793 jiwa. Populasi penduduk yang relative lebih rendah ditunjukkan dari proporsi penduduk pulau Kaledupa, dimana Mantigola menyumbang 5 penduduk dalam jumlah populasi penduduk Pulau Kaledupa. Gambaran penduduk Desa Mantigola menurut kelompok umur dan jenis kelamin Tabel 4 dan Gambar 3 menunjukkan proporsi jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan yang seimbang. Proporsi penduduk laki-laki sebesar 398 jiwa atau 50,2, dan proporsi perempuan sebesar 394 jiwa atau 49,8. Dari data juga diperoleh gambaran bahwa rasio beban tanggungan yang tinggi, karena jumlah penduduk yang non produktif lebih besar daripada jumlah penduduk produktif. 124 Tabel 4. Penduduk Desa Mantigola Makmur Menurut Umur dan Jenis Kelamin, 2010 Jenis Kelamin Kelompok Umur Laki- laki Perempuan Laki-laki + Perempuan 0 – 4 42 32 74 5 – 9 48 48 96 10 – 14 51 45 96 15-19 30 32 62 20-24 21 23 44 25-29 18 32 50 30-34 27 34 60 35-39 33 25 58 40-44 27 25 52 21 22 43 50-54 24 22 46 55-59 12 10 22 60-64 16 13 30 65+ 28 31 59 Sumber : Data BPS Kecamatan Kaledupa, 2010 Sumber : Data BPS Kecamatan Wangi-wangi Selatan, 2010 diolah. Gambar 3. Piramida Penduduk Desa Mantigola Makmur, 2010. 125 Jumlah armada penangkapan ikan yang ada di Kabupaten Wakatobi telah mengalami penurunan dari 3129 unit pada tahun 2005 menjadi 1171 unit pada tahun 2009. Penurunan jumlah unit armada penangkapan pada dasarnya disebabkan armada penangkapan sudah banyak yang tidak beroperasi lagi dan belum dilakukan peremajaan unit armada penangkapan. Sedangkan apabila dilihat dari struktur armada yang ada, maka didominasi oleh jenis armada perahu tanpa motor dengan jumlah 698 unit pada tahun 2009, selanjutnya disusul oleh armada motor tempel dengan jumlah 413 unit dan kapal motor dengan jumlah 69 unit. Perkembangan armada selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini. Dominannya armada perahu tanpa motor ini mengindikasikan bahwa nelayan di wakatobi merupakan nelayan artisal yang jangkauan daerah beroperasinya berada di sekitar karang dekat pantai yang tidak jauh jaraknya dari pulau-pulau di perairan wakatobi. Di Desa Mantigola sendiri, Jumlah nelayan aktif sebanyak 140 orang. Jumlah alat penangkapan ikan menurut jenisnya Tabel 5, nampak bahwa alat tangkap pancing dominan digunakan oleh nelayan Bajo Mantigola. Di Mantigola terdapat 13 buah pukat, 8 jaring, menggunakan perangkap 10, 3 buah rompong, dan 30 alat tangkap pancing. Sementara jumlah perahu, kapal penangkap ikan, hanya terdapat 1 buah kapal motor, dan 30 buah perahu tanpa motor. Tabel 5. Jumlah Nelayan, Jumlah Perahu, Kapal Penangkap Ikan, dan Jumlah Alat Penangkapan Ikan Menurut Jenisnya di Desa Mantigola 2010. Jumlah Alat Penangkapan Ikan Jumlah Perahu, Kapal Penangkapan Ikan Desa Kelurahan Jumlah Nelayan tangkap Orang Puk at Jaring Pancing Perangka p Lain- lain Kapal Motor Motor Tempel Perahu tanpa Motor Mantigola 140 13 8 30 10 3 1 30 Sumber : BPS Kab. Wakatobi, 2010. 4.3. Gambaran Potensi Sumber Daya Alam Beberapa spesies terlindungi dapat ditemukan pada kawasan ini, antara lain penyu sisik Eretmochelys imbricata, penyu hijau Chelonia mydas, lumba- lumba Delphi nusdelphis, Stenella longiotris, Tursiops truncatus, ikan napoleon Cheilinus undulatus kima Tridacna sp, Lola Trochus sp, ketan kenari Birgus latro. Ikan Napoleon Cheilinus undulatus dijumpai pada daerah karang yang 126 kondisinya relative baik. Kepiting kenari dijumpai pada lubang-lubang batu di Pulau Oroho Kompona One, Simpora, Kapota, Hoga, Lentea Tomia, Runduma, Wangi-Wangi, Tomia, Binongko. Kondisi tekstur tanah didominasi batu-batu cadas merupakan habitat dari hewan ini dan memiliki sumber makanan yakni kelapa. Kepiting kenari melimpah pada musim penghujan dan bulan gelap TNW 2008. Laporan Rapid Ecological Assesment REA 2003, ditemukan 396 spesies karang scleractinia hermatipic, terbagi dalam 68 genus dan 15 famili, dimana rataan setiap stasiun pengamatan berkeragaman 124 spesies. Sebanyak 10 spesies karang keras non scleractinia atau ahermatipic dan 28 genera karang lunak juga berhasil dicatat. Tingkat keragaman ini termasuk relatif tinggi bila dihubungkan dengan keragaman habitat yang disurvei yang cenderung rendah keragamannya dan ini merupakan sebuah indikasi dimana Wakatobi terletak di pusat keanekaragaman hayati terumbu karang TNW 2008. Berdasarkan penelitian The Nature Conservancy TNC, sebanyak 590 spesies ikan dari 52 famili ditemukan di perairan TNW. Famili-famili paling beragam spesiesnya antara lain jenis-jenis wrase Labridae, damsel Pomacentridae, kerapu Serranidae, kepe-kepe Chaetodontidae, surgeon Acanthuridae, kakatua Scaridae, cardinal Apogonidae, kakap Lutjanidae, squirrel Holocentridae, dan angel Pomacanthidae. Kesepuluh famili ini meliputi hampir 70 dari total hewan yang tercatat REA 2003. Hampir lebih dari 80 lokasi yang disurvei selama REA berada pada peringkat yang menunjukkan satu tingkat keragaman yang tinggi dari seluruh lokasi yang disurvei dan menempatkan wilayah ini pada posisi dua tertinggi dari 33 daerah yang telah lebih dulu disurvei untuk informasi yang sama TNW 2008. REA 2003 mencatat sebanyak 31 spesies karang fungi mushroom dari 29 sampai 31 lokasi sampel. Walaupun Wakatobi adalah pusat dari keanekaragaman hayati, wilayah ini tidak cukup kaya akan karang fungi. Satu faktor pembatas keragaman karang fungi di Wakatobi adalah keragaman habitat yang relatif rendah; dibandingkan dengan daerah lain seperti Kepulauan Spermonde di Sulawesi Barat Daya, setidaknya dua tipe habitat yang berbeda yang secara umum kumpulan karang fungi berkumpul terumbu berpasir di kedalaman dan terumbu yang dipengaruhi aliran air tawar dari sungai tidak 127 terlalu banyak. Spesies fungi yang ditemui di Wakatobi mencakup sebagian besar yang biasanya ditemukan di lokasi lepas pantai di area dengan suatu landas kontinen seperti Spermonde. Sebagai perbandingan kumpulan fungi ini mirip dengan yang ada di Sulawesi Utara dan Kepulauan Togian dimana keduanya jarang terdapat habitat terumbu berpasir di kedalaman. Terkait dengan jenis karang scleractinia, secara umum walaupun agak beragam, tidak menunjukkan adanya sesuatu yang unik – bisa jadi karena rendahnya tingkat keragaman habitat yang ada. Meskipun begitu REA 2003 mencatat beberapa temuan yang cukup menarik, yaitu adanya suatu kumpulan karang di area hamparan padang lamun seperti Catalaphyllia Jardineri, Fungia Cycloseris sinensis dan F. C. cyclolites- dimana pada umumnya ada di kedalaman. Ada juga, suatu perubahan warna yang tidak biasa pada Hydrocoral Distichopora Violacea dimana cabang yang diamati mempunyai suatu pita putih di bawah ujung berwarna ditemukan dan mungkin merupakan suatu subspesies endemik Sulawesi Tenggara TNW 2008. Selama REA, 31 spesies dari foraminifera berhasil dikoleksi dimana 9 diantaranya belum dapat diidentifikasi atau memerlukan pengamatan lebih lanjut untuk menentukan jenis taksonomi yang tepat. Ini merupakan jumlah yang tinggi dibandingkan dengan keragaman di lain tempat di Indo-West Pacific yang pernah diamati seperti Cebu, Kepulauan Spermonde di Sulawesi, dan Bali. Secara umum tiga kelompok foraminifera dapat diidentifikasi : hamparan terumbu reef flat, dan bagian dalam laguna dan terumbu miring. Hamparan terumbu yang meluas di daerah ini, sebagian besar ditutupi padang lamun, merupakan habitat penting bagi foraminifera, seperti halnya di bagian dalam laguna atol – keduanya merupakan rumah bagi sejumlah spesies foraminifera yang unik. Keragaman yang tinggi, pembagian habitat yang tinggi dan densitas yang tinggi dikombinasi dengan densitas yang rendah dari foraminifera yang non simbiose menunjukkan bahwa kondisi pertumbuhan terumbu di wilayah ini sangat baik TNW 2008. Terdapat 34 spesies dari 8 famili dan 16 genus yang telah diobservasi REA 2003. Dua spesies yang terkumpul belum dapat diidentifikasi, dari genus Gonodactylopsis dan genus Chrosquilla yang ditemukan pada kedalaman 20 meter pada dinding vertikal. Seperti yang diharapkan, spesies-spesies yang ditemukan di Wakatobi mencerminkan spesies-spesies yang dominan di perairan jernih tipikal dari terumbu yang menghadap ke laut dalam atau laut lepas. 128 Koleksi yang ada menambah jumlah spesies stomatopoda terumbu yang sudah diketahui, menempatkan Wakatobi sejajar dengan Kepulauan Raja Ampat yang memiliki jumlah tertinggi untuk spesies stomatopoda yang berasosiasi dengan terumbu. Jelas bahwa TNW merupakan tempat yang memiliki keanekaragaman stomatopoda yang berasosiasi dengan terumbu yang memperkuat arti penting kawasan konservasi ini bagi pelestarian keanekaragaman hayati TNW 2008. Ditemukan sejumlah 647 ekor Serranidae dan 29 ekor Napoleon Wrasse Chelinus undulatus. Dari kerapu yang dicatat, hanya 100 ekor kurang dari 16 merupakan spesies yang memiliki nilai tinggi dalam perdagangan ikan karang hidup umumnya spesies Epinephelus dan Plectropomus. Bahkan bila kita secara konservatif menduga hanya 50 dari species target yang ada yang tercatat, total sejumlah 260 target spesies dalam waktu observasi selama 20 jam menunjukkan bahwa densitas yang relatif rendah dan ini menunjukkan telah terjadi tekanan dari usaha perikanan yang tinggi pada spesies ini TNW 2008. Terdapat 9 jenis lamun ditemukan di perairan Wakatobi dari 12 jenis yang ada di Indonesia. Penelitian CRITC COREMAP-LIPI 2001 menyatakan bahwa secara umum padang lamun di perairan Wakatobi didominasi oleh Thalassodendron ciliatum, dengan persentase tutupan 66, kerapatan 738,2 tegakanm2 dan total biomassa 236,21 gram berat keringm2 TNW 2008. Dari monitoring bersama BTNW dan joint program TNC-WWF sampai tahun 2006 tercatat 11 jenis cetacean ditemukan antara lain paus sperma sperm whale, paus pemandu pilot whale, paus bongkok humpback whale, paus biru blue whale, lumba-lumba hidung panjang spinner dolphin dan lumba-lumba hidung botol bottle-nosed dolphin TNW 2008. Dua jenis penyu yakni penyu sisik Eretmochelys imbricata dan penyu hijau Chelonia mydas ditemukan di perairan Wakatobi. Monitoring BTNW dan TNCWWF menemukan 5 lokasi dominan tempat peneluran penyu, yaitu Pulau Runduma, Anano, Kentiole, Tuwu-Tuwu Cowo-Cowo dan Moromaho TNW 2008. Beberapa jenis mangrove yang ditemukan di TNW tercatat 22 jenis dari 13 famili mangrove sejati, antara lain : Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Osbornia octodonta, Ceriops tagal, Xylocarpus moluccensis, Scyphiphora 129 hydrophyllacea, Bruguiera gymnorrhiza, Avicennia marina, Pemphis acidula, dan Avicennia officinalis. Monitoring BTNW dan joint program TNC-WWF tahun 2006 menjelaskan kondisi mangrove sedang sampai baik. Pulau dengan mangrove terluas adalah Pulau Kaledupa, meliputi hampir seluruh garis keliling pulau. Tekanan manusia cukup tinggi atas mangrove di Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia. Sedangkan untuk Binongko kondisi mangrove relatif terjaga, karena status mangrove di Binongko kebanyakan adalah hutan adat TNW 2008.

4.5. Sejarah Kedatangan Suku Bajo di Kepulauan Wakatobi dan