112 internal dari dirinya. Tulisan ini akan menggambarkan bagaimana orang-orang
Bajo menuju ekonomi kapitalisme melalui tahap-tahap yang berbeda dengan ciri khas lokal. Secara skematis dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
2.5. Hipotesa Pengarah
Untuk menjawab pertanyaan pokok mengenai bagaimana kehadiran kapitalisme di dalam sistem sosial masyarakat suku Bajo. Kemudian
perkembangannya yang terkait nilai etika moralitas dan hubungannya terhadap perkembangan rasionalitas, maka hipotesa pengarahnya adalah sebagai berikut :
1. Kemunculan dan perkembangan kapitalisme di suku Bajo didorong oleh penetrasi nilai-nilai kapitalisme melalui saluran trajectory tertentu, baik
melalui konteks sejarah dan agama yang menggambarkan peran akulturasi dan bukan disebabkan oleh kontradiksi internal dalam sistem
sosial di suku Bajo. Konteks sejarah ini pada akhirnya berperan dalam membentuk kapitalisme lokal, dan pembentukan nilai-nilai tertentu dalam
kehidupan ekonomi baik di suku Bajo Mola dan Mantigola. 2. Akulturasi dengan golongan masyarakat tertentu berperan di dalam
kemunculan nilai-nilai kapitalisme lokal suku Bajo. 3. Orientasi nilai budaya akan memberikan warna tertentu pada sistem
kapitalisme yang terbentuk di Bajo Mola maupun di Bajo Mantigola.
113 Orientasi nilai budaya akan sangat berperan dalam pembentukan
rasionalitas yang mencirikan ekonomi kapitalisme khas suku Bajo.
114
3 METODE PENELITIAN
3.1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Pemaknaan terhadap masalah dasar kehidupan
manusia, dan rasionalitas rumahtangga nelayan Bajo Mola maupun Mantigola merupakan fakta sosial yang dikonstruksi dan dimaknai oleh anggota
rumahtangga itu sendiri. Realitas sosial di dalam paradigma ini dianggap merupakan konstruksi mental individu, dan pengalaman yang sifatnya spesifik.
Realitas sosial dari paradigma konstruktivis ini tidak dapat digeneralisasikan, karena realitas social dari penelitian ini dimaknai oleh “orang dalam”. Melalui
paradigm konstruktivis ini realitas social yang dimaknai tineliti dapat ditafsirkan. Artinya konstruktivisme berpijak pada tafsir atas tafsir. Tafsir dan analisisnya
mengenai pemaknaan dan orientasi nilai dibangun berdasarkan life history sang aktor kapitalis.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan informasi yang sifatnya subyektif. Menurut Denzin dan Lincoln 1998 penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang menjadikan multi metode sebagai fokusnya, melibatkan pendekatan intrepetatif dan naturalistik terhadap pokok
persoalannya. Artinya bahwa peneliti kualitatif mengkaji suatu masalah dalam situasi alami, yang tujuannya memberikan pemaknaan yang diletakkan pada
fenomena yang sedang dikaji. Strategi penelitian adalah studi kasus. Studi kasus sendiri merupakan
suatu bentuk eksplorasi terhadap suatu sistem yang terbatas a bounded system yang berupa kasus atau berbagai kasus melalui pengumpulan data yang detail
dan mendalam yang melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam arti konteks. Sistem terbatas dimaksudkan terbatas dalam ruang dan waktu, dan
yang dimaksud kasus dapat berupa suatu program, peristiwa, kegiatan, atau individu Creswell, 1998 dalam Salam 2005. Penelitian studi kasus terutama
sangat berguna untuk informasi latar belakang guna perencanaan penelitian yang lebih besar dalam ilmu-ilmu sosial. Karena studi yang demikian itu intensif
sifatnya, studi tersebut menerangi variabel-variabel yang penting, proses-proses, dan interaksi-interaksi, yang memerlukan perhatian lebih luas. Penelitian kasus
115 itu merintis dasar baru dan seringkali menjadi sumber hipotesis-hipotesis untuk
penelitian lebih jauh Suryabrata, 1997. Menurut Sitorus 1999 penelitian studi kasus menggunakan pendekatan kualitatif yang memungkinkan dialog peneliti
dan tineliti, sehingga kebenaran adalah kesepahaman bersama atas sebuah masalah berupa intersubjektifitas yang lahir akibat interaksi antara peneliti dan
tineliti. Mengingat studi mengenai kapitalisme lokal adalah gejala yang
mengandung dimensi-dimensi struktural maupun historis, maka menurut Sitorus 1999 agar kedua gejala tersebut tertangkap maka pilihan studi kasus pada
penelitian tersebut harus memadukan dua pendekatan sekaligus antara lain menggunakan metode kasus historis studi riwayat hidup tineliti yang khas,
sehingga ditemukan jawaban mengenai mengapa dan bagaimana suatu peristiwagejala sosial terjadi. Kemudian kajian sejarah lokal, yang
memungkinkan perolehan pengetahuan mengenai perubahan sosial pada masyarakat Bajo Mola. Penelitian ini kemudian akan membandingkan fenomena
sosial yang terjadi di masyarakat Bajo Mola dengan Mantigola, untuk memperoleh pemahaman secara mendalam mengenai kapitalisme lokal
masyarakat Bajo, evolusi nafkah, rasionalitas, dan worldview masyarakat Bajo. Penelitian dilakukan menjadi tiga tahap, antara lain :
Matriks 5. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian
No Tahap Penelitian
Kegiatan Waktu
1. Analisis Dokumen
Melakukan pengumpulan dan kajian literatur yang berkaitan
dengan topik penelitian. April-Juli 2010
2. Pra survey
Melakukan penelusuran awal tempat penelitian. Dari tahap
ini dapat diperoleh gambaran umum wilayah penelitian,
kondisi fisik demografi, kependudukan, dan kondisi
sosial lainnya. Agustus-September
2010
3. Penelitian Lapang
dan analisis
Memahami gambaran umum rumahtangga nelayan Bajo
Mola dan Mantigola, memahami bagaimana proses
perkembangan kapitalisme Februari-Maret, 2011
116
dari sisi proses perkembangan rasionalitas,
perubahan pemaknaan masalah dasar kehidupan
manusia, livelihood evolution sebagai hasil adaptasi dengan
lingkungannya, dan perubahan moda produksi
dari pra kapitalis ke kapitalis.
4. Analisis dan Penyusunan
Hasil Penelitian Menganalisis faktatemuan di
lapangan April-Juli 2011
5. Verifikasi Hasil Penelitian
Memverifikasi hasil penelitian oleh tineliti subyek penelitian
sebelum dipublikasi. Juli 2011
6. Publikasi
Mempublikasi hasil penelitian sebagai sumbangan ilmiah
dalam pengembangan studi strategi nafkah pedesaan.
Agustus 2011
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian