117
3.3. Teknik Pengumpulan data
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif field research dimulai dengan perumusan masalah yang tidak terlalu baku dengan
strategi penelitian studi kasus. Untuk memperoleh data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi
berperan serta, dan analisis dokumen. Sebagai bentuk penyimpanan data dari ketiga teknik yang digunakan, maka peneliti membuat catatan harian yang berisi
hasil wawancara mendalam tineliti, dan hasil pengamatan berperan serta. Wawancara mendalam dilakukan dengan subyek kasus sebagai informan
kunci yang telah ditentukan sebelumnya dengan mempertimbangan keterwakilan dari nelayan Bajo berdasarkan struktur penguasaan kapital. Untuk memahami
perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat nelayan Bajo Mola maka studi riwayat hidup life history informan kunci dilakukan. Para informan kunci,
ditentukan secara teknik snowball. Teknik snowball merupakan teknik pengumpulan kasus yang akan dijadikan sebagai sumber informasi dengan cara
mengambil kasus-kasus dari kasus sebelumnya. Guna memahami fenomena sosial mengenai kapitalisme lokal masyarakat Bajo, maka peneliti mewawancarai
sejumlah tokoh kunci antara lain para aktor-aktor kapitalis lokal Bajo Mola maupun Mantigola. Antara lain ponggawa besar, ponggawa menengah,
ponggawa kecil, dan para pedagang-pedagang besar di Mola, dan ponggawa kecil di Mantigola.
3.4. Analisa Data
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, dalam penelitian ini digunakan metode analisis data kualitatif. Analisa dilakukan dengan melakukan
reduksi data. Reduksi dalam proses pengumpulan data meliputi kegiatan : 1 meringkas data; 2 mengkode ; 3 menelusur tema ; 4 membuat gugus-gugus;
5 membuat partisi; 6 membuat memo. Kegiatan ini berlangsung semenjak pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan. Reduksi data
merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan kesimpulan akhir Sitorus, 1998.
118
4 KONTEKS SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1.
Gambaran Umum Kepulauan Wakatobi
Kepulauan Wakatobi dapat dijangkau dengan kapal laut selama 9 jam, dengan pesawat terbang selama 30 menit dari Kendari ke Pulau Wangi-Wangi
ibukota Kabupaten Wakatobi. Selain itu dari Kota Bau-Bau kapal pelayaran rakyat setiap hari berlayar menuju tiap pulau dengan waktu tempuh tercepat 9
jam dan terlama 16 jam atau dengan pesawat terbang selama 15 menit. Dari timur, pintu masuk dari Kota Ambon dengan kapal PELNI selama 12 jam, dengan
kapal pelayaran rakyat Wakatobi selama 24 jam. Dari utara melalui Ternate dengan kapal rakyat selama 30 jam, dari arah lewat Flores dengan kapal
pelayaran rakyat selama 8 jam. Dari pulau Wangi-Wangi, pulau-pulau dalam kawasan dapat ditempuh setiap hari, waktu terdekat 30 menit yakni pulau
Kapota, terjauh 10-12 jam untuk pulau Runduma freqwensi tergantung cuaca dan muatan.
Pulau-pulau dalam gugusan Kepulauan Wakatobi memiliki topografi datar sampai berbukit. Empat pulau utama, berpenghuni dan memiliki ukuran lebih
besar memiliki variasi ketinggian : 1 Pulau Wangi-Wangi, topografi lebih rendah di sebelah selatan dibanding bagian utara. Puncak tertinggi ± 225 m dpl ; 2
Pulau Kaledupa, topografi lebih rendah di bagian utara dibanding bagian selatan, memiliki puncak tertinggi ± 200 m dpl ; 3 Pulau Tomia, topografi rendah
dibagian barat, dan lebih tinggi di pantai timur, memiliki puncak tertinggi ± 250 m dpl. 3 Pulau Binongko, topografi lebih rendah dibagian timur, lebih tinggi pada
bagian barat, memiliki puncak tertinggi ± 225 m dpl. Topografi laut umumnya datar di lepas pantai, dan di luar karang tepi dan daerah gosong merupakan tubir
terjal. Dari hasil citra landsat dasar perairan laut merupakan gabungan jurang dan gunung-gunung bawah laut dengan variasi kedalaman 250 – 5000 meter,
masuk perairan laut Banda TNW 2008 dalam Hanan, 2010.
4.2. Gambaran Umum Bajo Mola