Tabel 16 Sebaran rataan skor peubah pendekatan komunikasi program TJS perusahaan, 2016
Peubah Pendekatan Komunikasi Rataan Skor
Community development 2.81
Sustainable development 2.87
Keterangan: Rentang skor 1,57 – 2,18;Sangat Buruk; 2,19 – 2,79:Buruk; 2.80 – 3,4 Baik; 3,41 – 4:Sangat Baik
Terdapat tiga argumen yang mendukung pengelolaan perusahaan berdasarkan perspektif teori stakeholders, yaitu:
1 Argumen deskriptif menyatakan bahwa pandangan pemangku kepentingan
secara sederhana merupakan deskripsi yang realistis mengenai bagaimana perusahaan sebenarnya beroperasi atau bekerja. Manajer harus memberikan
perhatian penuh pada kinerja keuangan perusahaan. Akan tetapi, tugas manajemen lebih penting dari itu. Untuk dapat memperoleh hasil yang
konsisten, manajer harus memberikan perhatian pada produksi produk-produk berkualitas tinggi dan inovatif bagi para pelanggan mereka, menarik dan
mempertahankan karyawan-karyawan yang berkualitas tinggi, serta mentaati semua regulasi pemerintah yang cukup kompleks. Secara praktis, manajer
mengarahkan energi mereka terhadap seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya terhadap pemilik saja;
2 Argumen instrumental menyatakan, bahwa manajemen terhadap pemangku
kepentingan dinilai sebagai suatu strategi perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang mempertimbangkan hak dan memberi perhatian pada berbagai
kelompok pemangku kepentingannya akan menghasilkan kinerja yang lebih baik;
3 Argumen normatif menyatakan, bahwa manajemen terhadap pemangku
kepentingan merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Perusahaan mempunyai penguasaan dan kendali yang cukup besar terhadap banyak
sumber daya. Hak istimewa ini menyebabkan adanya kewajiban perusahaan terhadap semua pihak yang mendapat efek dari tindakan-tindakan perusahaan.
Adanya teori stakeholders ini memberikan landasan bahwa suatu perusahaan
harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholders-nya. Manfaat tersebut dapat diberikan dengan cara menerapkan program TJS Perusahaan. Adanya program
tersebut pada perusahaan diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan, pelanggan, dan masyarakat lokal, sehingga diharapkan terjalin
hubungan yang baik antara perusahaan dengan lingkungan sekitar. Hubungan yang baik dengan lingkungan menentukan keberlangsungan bisnis perusahaan.
1. Community development
Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa pendekatan komunikasi dengan konsep community development atau pembangunan masyarakat memiliki kategori
baik yakni dengan rataan skor 2.81. Kendatipun demikian, pendekatan melalui dimensi ini masih dinilai belum maksimal. Terdapat pandangan pembangunan
ekonomi pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dengan pembangunan masyarakat. Program community development lima pilar ini mencakup program ekonomi,
pendidikan, ksehatan, sosial dan infrastuktur dan keamanan. Program community development lima pilar ini merupakan implementasi dari tujuan yang terdapat
dalam MDG’s. Kategori program sustainable development terdiri dari program pusat pengembangan dan pemberdayaan masyarakat P3M, program biogas, flora
energy crops, UPK produktif, bengkel motor terpadu BMT, serta rumah seni dan budaya RSB.
Penerima manfaat menilai bahwa komunikasi melalui program community development masih tidak terbuka, dalam mekanisme penentuan programnya
ditentukan secara searah oleh pihak perusahaan. Program-program yang diberikan dalam community development dinilai baik tetapi belum maksimal. Salah satu
peserta FGD di Desa Lulut mengatakan bahwa program infrastruktur sudah baik tetapi masyarakat masih menilai penggunaan anggaran masih tidak transparan,
sama halnya sepertinya dengan program beasiswa, masyarakat menilai seleksinya sangat sulit dan tidak terbuka, sehingga yang mendapatkan bantuan hanya orang-
orang tertentu saja dan orang-orang yang tidak pandai bodoh tetap tidak mendapatkan beasiswa dan terpaksa tidak sekolah. Sementara itu, program
keamanan dianggap baik, namun belum optimal karena para penerima manfaat menilai tingkat pengangguran masih tinggi, sehingga potensi kejahatan masih ada
meski belum banyak muncul.
Menurut Sugihen
2006, pembangunan
masyarakat community
development secara
sederhana dirumuskan
sebagai gabungan
antara pembangunan
organisasi masyarakat
community organization dengan
pembangunan ekonomi economic development. Dari pendapat tersebut dapat dipahami, bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan harus ada sinergi antara
pembangunan organisasi-organisasi yang ada di masyarakat dan organisasi pelaksana pembangunan, seperti pemerintah dan atau pemerintah daerah, lembaga
swadaya masyarakat, koperasi, dunia usaha perusahaan negara atau perusahaan swasta yang mampu meningkatkan aktivitas perekonomian dan menyebabkan
terjadinya pertumbuhan ekonomi baik di tingkat lokal maupun nasional.
Terkait program pengembangan masyarakat, pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui pelatihan dan pemberian pinjaman bergulir kepada
masyarakat. Pelatihan diberikan kepada masyarakat yang bergerak di bidang pertanian, industri rumah tangga, dan jasa. Pinjaman modal usaha secara bergulir
diberikan kepada masyarakat dari semua jenis usaha perdagangan, pertanian, industri rumah tangga, dan jasa yang dilaksanakan dengan dua pola. Pola pertama,
diperuntukkan bagi masyarakat dengan kebutuhan pinjaman modal, pemberian pinjaman modal kerja difasilitasi secara langsung oleh perusahaan. Pola kedua,
diperuntukkan bagi pelaku UMK dengan kebutuhan pinjaman modal kerja, perusahaan bertindak sebagai avalis penjamin untuk mendapatkan pinjaman
modal kerja.
Jika dilihat pandangan penerima manfaat terkait pendekatan program TJS perusahaan Indocement melalui pengembangan masyarakat, secara umum masuk
kategori baik Tabel 16. Frekuensi dan persentase penilaian penerima manfaat sebesar 229 responden atau 55.9 persen untuk kategori baik, 57 responden atau
13.9 persen kategori sangat baik, 117 responden atau 28.5 persen menilai buruk dan tujuh responden atau 1.7 persen kategori sangat buruk.
Berdasarkan hasil penelitian Estafianto 2014 yang meneliti mengenai “Pemberdayaan Masyarakat Studi Kasus corporate social responsibility PT
Pertamina dan UNNES di Desa Ledok, Kecamatan Sambong Kabupaten Blora, ”
dapat disimpulkan perencanaan program yang digunakan dalam program CSR di Desa Ledok menggunakan model perencanaan top down, di mana pihak PT
Pertamina dan UNNES yang melakukan proses perencanaan secara keseluruhan
tanpa melibatkan warga masyarakat. Pelaksanaan program CSR di Desa Ledok secara keseluruhan menggunakan konsep pemberdayan masyarakat community
development.
2. Sustainable development
Berdasarkan rataan skor pada Tabel 16, terlihat pendekatan komunikasi melalui pembangunan berkelanjutan lebih dinilai positif dibandingan dengan
pengembangan masyarakat. Jika dilihat pandangan penerima manfaat terkait pendekatan program TJS perusahaan Indocement melalui pembangunan
berkelanjutan, secara umum telah maksimal. Hal tersebut terlihat dari frekuensi dan persentase penilaian penerima manfaat sebesar 171 atau 41.7 persen untuk
kategori baik, 109 atau 26.6 persen kategori sangat baik, 123 atau 30 persen menilai buruk dan tujuh atau 1.7 persen kategori sangat buruk. Hal ini senada
dengan hasil penelitian Kurniasari 2015. Menurutnya, peran perusahaan atau korporat sangat penting dalam mereduksi angka kemiskinan dan pengangguran di
Indonesia melalui program CSR. Program yang lebih tepat adalah CSR berbasis community empowerment pemberdayaan masyarakat. Bentuk CSR yang bisa
dilakukan adalah membuat program pelatihan, kemitraan, dan promosi. Program ini merupakan salah satu cara untuk membantu pengembangan UMKM. Menurut
Kurniasari 2015, permasalahan utama UMKM di Madura adalah packaging pemasaran, permodalan, dan pemasaran. Harapannya, kemiskinan yang melanda
sebagian masyarakat di Pulau Madura akan bisa dikurangi.
Perwakilan pelaku UMKM dari 12 desa binaan telah diberi pelatihan tentang budi daya ternak domba, budi daya ternak ayam arab, dan budi daya
ternak lele. Jenis usaha ini dipandang sebagai kegiatan yang memberikan manfaat secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Partisipasi merupakan sebuah konsep dan
praktik terhadap keterlibatan masyarakat dalam menciptakan dan berbagi pengetahuan, pengalaman, serta keinginannya untuk mengejar dan memilih
tujuannya sendiri Cornish Alison 2009. Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam mengambil bagian dalam suatu kegiatan TJS
perusahaan. Inisiatif kegiatan atau program dapat berasal dari perusahaan, pemerintah daerah, maupun dari masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat
merupakan suatu proses di mana masyarakat dilibatkan dalam suatu kegiatan, dimulai dari tahapan merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan,
memanfaatkan kegiatan, dan mengevaluasi kegiatan. Tujuan dari partisipasi masyarakat dalam berbagai program kegiatan TJS perusahaan adalah untuk
menciptakan persepsi dan citra positif masyarakat terhadap kegiatan TJS perusahaan. Selain itu, TJS perusahaan dapat menciptakan keberdayaan
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Hasil dari penelitian Rudito dan Famiola 2013 menyebutkan, pendekatan budaya sebagai metode utama untuk mengusulkan program CSR yang sesuai
melalui pengembangan masyarakat menunjukkan perubahan positif dalam masyarakat, baik intern ekonomi juga nilai orientasi yang membawa masyarakat
pada pertumbuhan berkelanjutan. Merujuk hasil penelitian Sumaryo 2009, model CSR Integratif dan CSR Partisipatif lebih tepat diterapkan dalam
implementasi CSR di Provinsi Lampung. Model CSR integratif dapat meminimalkan konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya,
sedangkan Model CSR Partisipatif dapat menampung aspirasi dan kebutuhan
dasar masyarakat sekitar perusahaan. Dalam in depth interview LD, senior CSR officer Indocement, menjelaskan arah community development dan sustainable
development.
“.. Kalau program Community development arahnya memang agak charity sedikit. TJS itu kalau tidak dipagari dengan charity agak berat. Jadi tetap
Comdev yang lima pilar itu pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya dan keagamaman. Kalau program sustainable development SDP kita
mencoba mencreat program yang jangka panjang. Kita menggali potensi lokal. Gak bisa kita buat program yang sifatnya top down. Basisnya tetap
potensi masyarakat. Kita mencoba membuat proyek yang memang ini potensial dikembangkan misalnya pertanian, peternakan dan sesuai dengan
kearifan lokal. Harapan kita adalah masyakat makin mandiri terutama dari sisi ekonomi. Kalau masyarakat bisa mandiri nanti juga desa bisa
ma
ndiri…” LD, 44, P.
Ternyata, dari hasil FGD dengan pemangku kepentingan di Desa Bantarjati, pendekatan komunikasi bersifat berkelanjutan yang perlu dibangun adalah
melakukan rekruitmen karyawan yang berasal dari desa binaan. Berikut kutipan wawancanya.
“.. Kita ingin perusahaan lebih banyak merekrut karyawan dari desa kami. Bukan jadi pekerja lepas. Kebanyakan warga kami ingin jadi karyawan
tetap.. .” ED, 50, L.
Dari hasil rataan skor pada Tabel 16, dapat dilihat bahwa masyarakat menilai positif program TJS perusahaan yang dilakukan oleh Indocement.
Positifnya pandangan masyarakat terhadap program TJS juga sejalan dengan penilaian Kepala Bappeda Kabupaten Bogor yang menyatakan bahwa program
TJS perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar salah satunya Indocement sudah mampu merancang program jangka panjang. Bahkan, Bappeda
menyatakan sering diundang oleh perusahaan perusahaan besar yang melaksanakan program TJS perusahaan untuk melakukan monitoring di lapangan.
Monitoring dilakukan dalam sebuah pertemuan antara wakil perusahaan dengan tokoh-tokoh masyarakat desa secara kontinyu. Di dalam pertemuan tersebut ada
proses komunikasi antara wakil perusahaan dan wakil masyarakat untuk merumuskan program TJS bersama. Berikut ini adalah kutipannya.
“..
Saya menilai program sustainable development lebih memberdayakan masyarakat di desa. Dan program-program model sustainable
development yang saya pantau sudah dilakukan di Chevron, Antam dan Indocement. Mereka sudah melakukannya dengan membuat program yang
berorientasi jangka panjang. Pemerintah daerah hadir sebagai fasilitator dan monitoring. Mereka melakukan musyawarah langsung dengan
desanya. Mereka punya media forum. Kita juga diundang pada saat musyawarah tersebut. Program-program mereka sangat holistik dan
berbagai macam programnya…” SS, 50, P
. Dalam rangka menghasilkan program TJS yang terintegrasi dan mampu
berkontribusi terhadap kemajuan suatu wilayah, perlu adanya integrasi antara
perusahaan, pemerintah daerah, dan masyarakat. Pada penelitian ini ditemukan bahwa sudah terdapat embrio-embrio integrasi program TJS perusahaan yang dapat
berkontribusi terhadap kemajuan wilayah terutama Kabupaten Bogor. Pemerintah Kabupaten Bogor sudah mulai untuk membangun suatu mekanisme yang mencoba
menjembatani para pemangku kepentingan. Pada tahun 2017 nanti Pemkab Bogor akan melakukan Musrenbang CSR yang berfokus pada integrasi program-program
TJS perusahaan dengan prioritas pembangunan Kabupaten Bogor, seperti yang diutarakan oleh Kepala Bappeda Kabupaten Bogor. Berikut ini adalah kutipan
wawancaranya.
“.. Di tahun 2017 kita akan membuat Musrenbang CSR. Selama ini kita melaksanakan Musrenbang itu untuk APBD saja. Padahal uang pemerintah
kabupaten Bogor tidak banyak. Di Musrenbang CSR kita ingin menggali potensi CSR dan sinkronisasi
…” SS, 50, P.
Keberdayaan Masyarakat dalam Implementasi Program TJS Perusahaan
Keberadaan TJS perusahaan memiliki landasan yang kuat sejak John Eklington melalui karya tulisnya cannibals with forks, the triple bottom line of
twentieth century business memperkenalkan konsep triple bottom line. Konsep ini menganut pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan sustainable
haruslah memerhatikan 3P, yakni profit keuntungan, people masyarakat pemangku kepentingan, dan planet lingkungan. Menurut pandangan ini,
perusahaan selain mengejar keuntungan profit, juga mesti memerhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat people dan turut
berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet Wibisono 2007. Pandangan ini bermuara pada kemampuan dan usaha perusahaan untuk
menciptakan keberdayaan masyarakat.
Banyak ahli mulai dari Ife dan Tesoriero 2008, Payne 1997, Sulistiyani 2004, dan Suharto 2006 memberikan pandangan yang sama terkait
pemberdayaan, yaitu upaya untuk memberi atau memperoleh kemampuan, 1 akses terhadap sumber daya produktif dan kesempatan kepada atau oleh individu,
kelompok individu, atau masyarakat yang kurang berdaya agar mereka memiliki kemampuan; 2 akses yang lebih besar kepada sumber daya produktif dan
kesempatan untuk mengatasi masalah, memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidup. Menurut persepektif teori pemangku kepentingan, tanggung jawab
suatu perusahaan tidak hanya sebagai pencari keuntungan profit responsibility bagi pemegang saham shareholders, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial
social responsibility, yaitu tanggung jawab perusahaan untuk memberi perhatian dan bantuan bagi pemenuhan kepentingan para pihak yang memberikan pengaruh
atau terkena pengaruh atas kebijakan dan operasional perusahaan stakeholders Branco Rodriguez 2007.
Dapat ditarik kesimpulan, dari enam desa binaan hasil penelitian menunjukkan semua aspek keberdayaan dinilai kategori baik Tabel 17. Dari
kelima aspek keberdayaan masyarakat, aspek kesehatan dinilai memiliki rataan skor paling tinggi dibandingkan dengan aspek lain yakni 2.98. Secara berurutan
keberdayaan kesehatan diikuti keberdayaan pendidikan dengan rataan skor 2.85, keberdayaan ekonomi 2.83, keberdayaan sosiol-infrasturktur 2.70, dan
keberdayaan bidang keamanan 2.65.