Sedang Rp 3.000.000 - 7.000.000 SLTASetara
“… Di sini mah desa jarang yang jualan koran, radio sekarang sudah jarang ada yang punya, paling media yang ada di desa cuma TV, tapi itu
juga harus pakai nextmedia parabola TV Kabel kalo nggak maka siaran tidak jelas gambarnya, apa lagi di wilayah Cioray wilayah naik gunung
harus pake parabola
…” UW, 47, L.
Rendahnya keterdedahan masyarakat perdesaan juga menjadi temuan yang ditemukan oleh Adinugraha dalam Adinugraha dan Herawati 2015. Dalam
penelitiannya, ditemukan masyarakat perdesaan terutama dataran tinggi memiliki terpaan media yang rendah. Rendahnya terpaan masyarakat perdesaan
terhadap media di desa dikarenakan 1 terbatasnya akses masyarakat terhadap media; dan 2 aktivitas yang tinggi di sawah, kebun, dan ladang.
Rendahnya keterdedahan terhadap media para penerima manfaat berimplikasi terhadap kebijakan sosialisasi program TJS perusahaan yang akan
dilakukan oleh Indocement. Perusahaan harus mempertimbangkan apabila kegiatan sosialisasi akan menggunakan media TV, koran, radio, dan media sosial.
Hal ini karena keterdedahan terkait ketiga media tersebut rendah. Perusahaan harus lebih mengutamakan pendekatan komunikasi melalui media-media
interpersonal seperti aktortokoh masyarakat dan pendamping desa. Keterdedahan terhadap media komunikasi adalah mendengarkan, melihat membaca, atau secara
lebih umum mengalami dan dengan sedikitnya ada perhatian minimal pada pesan media Rakhmat 2007. Agar tujuan tercapai, keterdedahan perlu mendapatkan
perhatian perusahaan melalui pemilihan model dan aktivitas komunikasi yang tepat, baik dengan melalui media massa maupun melalui komunikasi interpersonal.
Keterdedahan seseorang terhadap media komunikasi mempunyai korelasi yang sangat tinggi antara satu dengan lainnya, sehingga dapat dibuat indeks
keterdedahan pada media komunikasi Rogers 2003. Terpaan media atau keterdedahan exposure adalah intensitas penerimaan khalayak atas pesan-pesan
yang disebarkan oleh suatu media Effendy 1991. Keterdedahan berarti intensitas khalayak dalam mengakses pesan-pesan yang disebarkan oleh pihak komunikator
melalui media-media yang digunakan. Menurut Berlo 1960 karakteristik individu dan pengetahuan dari penerima pesan merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan komunikasi. Keterdedahan sebagai padanan kata media exposure yang umum dipakai dalam penelitian komunikasi melalui media massa.
Saluran Komunikasi dan Pendekatan Komunikasi Program TJS Perusahaan
Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan sumber pesan dalam menyampaikan pesan kepada penerima. Saluran dalam penelitian ini dianggap
sebagai sarana dalam menyampaikan informasi program TJS perusahaan kepada masyarakat. Pemilihan saluran komunikasi yang tepat akan memberikan hasil
yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Caruana 1997 mengatakan bahwa dalam rangka untuk membentuk persepsi dan
citra yang baik, penting untuk menggunakan sarana komunikasi organisasi dan media komunikasi yang efisien serta konsisten, untuk menjelaskan apa dan
mengapa tentang kebenaran setiap kegiatan untuk menyosialisasikannya dengan visi, misi dan nilai-nilai perusahaan kepada stakeholders.
Komunikasi yang melibatkan partisipasi masyarakat, dimunculkan kembali komunikasi interpersonal, komunikasi media, komunikasi kelompok dan
komunikasi dua tahap. Merujuk pada pandangan Rogers 2003 ada berbagai tipologi saluran komunikasi yakni saluran interpersonal, saluran media massa dan
saluran kelompok. Adapun indikator-indikator peubah saluran komunikasi dalam penelitian ini antara lain kebijakan korporasi, peran pendamping, peran tokoh
masyarakat dan peran media.
Saluran Komunikasi Program TJS Perusahaan
Penerima manfaat program TJS perusahaan Indocement yang diwakili 410 responden menilai peran pendamping telah baik dengan frekuensi 183 responden
atau 44.6 persen. Sementara, 86 responden atau 21 persen menilai peran pendamping sangat baik, namun 126 atau 30.7 persen menilai buruk dan 15 orang
responden atau 3.7 persen menilai sangat buruk. Tabel 15 berikut menampilkan sebaran rataan skor peubah saluran komunikasi program TJS berdasarkan masing-
masing indikator penelitian. Berikut ini Tabel 15 menggambarkan sebaran rataan skor peubah saluran komunikasi.
Tabel 15 Sebaran rataan skor peubah saluran komunikasi, 2016
Peubah Saluran Komunikasi Rataan
Skor
Kebijakan Korporasi 2.84
Peran Pendamping 2.77
Peran Tokoh Masyarakat 2.93
Peran Media 1.84
Keterangan: Rentang skor 1,23 – 1,92:Sangat Buruk; 1,93 – 2,61 Buruk; 2.62 – 3.30 Baik; 3,31 – 4:Sangat Baik
Pada tabel 10 terlihat rataan skor masing-masing indikator bervariasi dengan indikator peranan tokoh masyarakat yang paling tinggi dan peran media yang
paling rendah. Urutan indikator secara lebih detail adalah peran tokoh masyarakat mempunyai rataan skor paling tinggi yakni 2.93 disusul dengan kebijakan
korporasi 2.84, peran pendamping dengan skor 2.77 dan skor terendah pada peran media dengan skor 1.84. Peran tokoh masyarakat, kebijakan korporasi dan peran
pendamping dinilai kategori baik masing-masing dengan skor 2.93, 2.84 dan 2.77. Sementara peran media dinilai kategori sangat buruk dengan skor 1.84. Kondisi
ini menjadi temuan baru yang menarik dalam penelitian mengingat peran media dalam implementasi program TJS perusahaan sangat penting.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan Gulyas 2009 melalui survei yang dilakukan dengan pengumpulan data melalui
kuesioner tentang persepsi dan praktik program TJS dan penggunaan media untuk kegiatan TJS di Inggris. Responden mengatakan bahwa menyampaikan informasi
TJS dapat menggunakan berbagai media. Didominasi oleh media cetak sebanyak 55.2 persen, media elektronik sebanyak 27.6 persen komunikasi interpersonal dan
pelayanan sebanyak 13.8 persen Penggunaan media massa dalam penyebaran informasi terkait program TJS perusahan di Inggris lebih dominan dibandingkan
dengan komunikasi interpersonal. 1.
Kebijakan Korporasi
Kebijakan korporasi dalam konteks penelitian ini diartikan dasar dan pedoman perusahaan dalam melaksanakan program TJS perusahaan. Kebijakan
korporasi tertuang dalam bentuk visi, misi, program dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Indocement. Kebijakan korporasi merupakan wujud dari cara pandangan perusahaan yaitu adanya dorongan tulus dari dalam internal driven
dalam mengimplementasikan program program TJS perusahaan. Model implementasi program program TJS perusahaan yang digunakan oleh Indocement
termasuk ke dalam model keterlibatan langsung. Implementasi pelaksanaan keseluruhan program TJS perusahaan telah tepat karena dilakukan melalui
tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemantauan.
Penerima manfaat menilai pelaksanaan visi, misi, program, dan kegiatan Indocement melalui TJS perusahaan ada pada kategori baik dengan rataan skor
2.84. Jika dilihat dari masing-masing indikator, penerima manfaat program TJS perusahaan Indocement yang diwakili 410 responden menilai pelaksanaan dan
implementasi kebijakan korporasi sebagai saluran komunikasi masuk kategori baik. Penilaian ini berdasarkan frekuensi dan persentase di mana 60.5 persen atau
248 responden menilai baik. Sebanyak 62 responden atau 15.1 persen menilai sangat baik, 96 responen atau 23.2 persen menilai buruk dan sebanyak lima
responden atau 1.2 persen menilai sangat buruk.
Penyebarluasan informasi tentang kebijakan perusahaan terjadi melalui arena komunikasi yang bernama Bilik Informasi Bilikom. Positifnya penilaian
penerima manfaat terhadap saluran komunikasi indikator kebijakan korporasi karena penerima manfaat menganggap Bilikom dapat menampung aspirasi dari
masyarakat. Bilikom dilaksanakan setiap tiga bulan sekali, pesertanya terdiri dari perwakilan masyarakat perdesaan yang diwakili oleh tokoh masyarakat.
Pemerintah diberikan kewenangan oleh perusahaan untuk menentukan tokoh masyarakat siapa yang akan hadir dalam kegiatan Bilikom. Masyarakat umum
tidak dapat hadir karena mereka sudah diwakili oleh tokoh masyarakat, kondisi ini menjadikan celah informasi hanya dikuasai oleh beberapa orang saja karena
informasi dari hasi Bilikom tidak tersebarluaskan kepada masyarakat. Pemerintah desa binaan juga mengakui sampai saat ini belum terdapat mekamisme untuk
memastikan sejauh mana informasi yang diperoleh tokoh masyarakat sudah menyebar. Selain itu, belum ada mekanisme di tingkat RW untuk memastikan
cara penjaringan aspirasi masyarakat.
Kondisi ini didukung oleh penelitian Sukada 2007 yang menyebutkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik yang
dilakukan oleh pemerintah daerah, selama ini didasarkan pada paradigma rule government pendekatan legalitas. Dalam merumuskan, menyusun, dan
menetapkan kebijakan, senantiasa didasarkan pada pendekatan prosedur dan hasil output, serta dalam prosesnya menyandarkan atau berlindung pada peraturan
perundang-undangan atau mendasarkan pada pendekatan legalitas. Wibowo 2009 menyimpulkan bahwa proses perencanaan partisipatif hanya tahap
penyelidikan dan perumusan masalah sudah melibatkan masyarakat sedangkan tahap identifikasi daya dukung, menetapkan langkah-langkah rinci dan
merangcang anggaran, masyarakat tidak disertakan. Terkait transparansi anggaran program TJS perusahaan Indocement Lia Damayanti, senior CSR officer
Indocement melalui indeph interview menjelaskan
“ … Di lapangan sebenarnya tidak berlaku sama rata sama rasa. Kalau dilihat dari bujetnya, lebih seperti Lulut. Yang mereka tahu sama rata dan
sama rasa itu kulitnya saja, seperti beasiswa. Contohnya kita mau santuni kaum duafa di Lulut, di desa lain tidak ada. Kalau kita bicara ring,