Tabel 12 Sebaran frekuensi dan persentase penerima manfaat berdasarkan status sosial, 2016
Status Sosial Frekuensi
orang Persentase
Tinggi pengurus 70
17.1 Sedang anggota
135 32.9
Rendah tidak aktif 205
50.0
n=410
Tidak aktifnya masyarakat dalam kegiatan organisasi masyarakat memiliki beberapa dampak. Pertama, masyarakat tidak memiliki akses untuk memberikan
suara yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan pembangunan. Kedua, pergerakan masyarakat menjadi kurang menjadi terorganisasi karena memang
tidak memiliki wadah yang dapat mengakomodir. Dengan demikian, pergerakan akan lebih bersifat individual.
Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial merujuk pada frekuensi seseorang mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya dalam kurun waktu satu program TJS perusahaan
Indocement. Tubbs dan Moss 2005 menjelaskan jumlah waktu dapat diukur dengan tingkat keseringan frekuensi dan durasi berkomunikasi antar para pelaku
yang terlibat dalam diskusi. Merujuk pada hasil penelitian pada Tabel 13, terlihat partispasi sosial penerima manfaat yang berinteraksi dalam kegiatan TJS
perusahaan dinilai kecil. Sebanyak 220 orang atau 53.7 persen penerima manfaat hanya mengikuti kurang dari tiga kali kegiatan sosial yang dilakukan di
masyarakat. Sebanyak 128 responden atau 31.2 persen mengikuti kegiatan sosial di lingkungan masyarakat antara 3-6 kali kegiatan. Sementara hanya 62 orang atau
15.1 persen dari total 410 responden yang mengikuti lebih dari enam kali kegiatan sosial di lingkungan terkait dengan program TJS perusahaan Indocement.
Tabel 13 Sebaran frekuensi dan persentase penerima manfaat berdasarkan partisipasi sosial, 2016
Parsipasi Sosial Frekuensi
orang Persentase
1 - 3 Kali Rendah 220
53.7 4 - 6 Kali Sedang
128 31.2
6 Kali Tinggi 62
15.1
n=410
Melalui informasi di atas, sebagian besar penerima manfaat tidak begitu aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungannya. Hal itu dikarenakan
penerima manfaat memiliki kegiatan sehari-hari yang tidak dapat ditinggalkan sehingga tidak dapat banyak aktif dalam kegiatan sosial. Selain itu, terdapat
masyarakat juga yang berpendapat bahwa kegiatan-kegiatan yang ada tidak bermanfaat. Fenomena ini dijelaskan juga oleh Hasbullah 2012. Ia menyebutkan
kemampuan anggota masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis, akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat
atau tidaknya modal sosial yang terbentuk. Kemampuan tersebut adalah