Community development Model Komunikasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Untuk Keberdayaan Masyarakat

perusahaan, pemerintah daerah, dan masyarakat. Pada penelitian ini ditemukan bahwa sudah terdapat embrio-embrio integrasi program TJS perusahaan yang dapat berkontribusi terhadap kemajuan wilayah terutama Kabupaten Bogor. Pemerintah Kabupaten Bogor sudah mulai untuk membangun suatu mekanisme yang mencoba menjembatani para pemangku kepentingan. Pada tahun 2017 nanti Pemkab Bogor akan melakukan Musrenbang CSR yang berfokus pada integrasi program-program TJS perusahaan dengan prioritas pembangunan Kabupaten Bogor, seperti yang diutarakan oleh Kepala Bappeda Kabupaten Bogor. Berikut ini adalah kutipan wawancaranya. “.. Di tahun 2017 kita akan membuat Musrenbang CSR. Selama ini kita melaksanakan Musrenbang itu untuk APBD saja. Padahal uang pemerintah kabupaten Bogor tidak banyak. Di Musrenbang CSR kita ingin menggali potensi CSR dan sinkronisasi …” SS, 50, P. Keberdayaan Masyarakat dalam Implementasi Program TJS Perusahaan Keberadaan TJS perusahaan memiliki landasan yang kuat sejak John Eklington melalui karya tulisnya cannibals with forks, the triple bottom line of twentieth century business memperkenalkan konsep triple bottom line. Konsep ini menganut pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan sustainable haruslah memerhatikan 3P, yakni profit keuntungan, people masyarakat pemangku kepentingan, dan planet lingkungan. Menurut pandangan ini, perusahaan selain mengejar keuntungan profit, juga mesti memerhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat people dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet Wibisono 2007. Pandangan ini bermuara pada kemampuan dan usaha perusahaan untuk menciptakan keberdayaan masyarakat. Banyak ahli mulai dari Ife dan Tesoriero 2008, Payne 1997, Sulistiyani 2004, dan Suharto 2006 memberikan pandangan yang sama terkait pemberdayaan, yaitu upaya untuk memberi atau memperoleh kemampuan, 1 akses terhadap sumber daya produktif dan kesempatan kepada atau oleh individu, kelompok individu, atau masyarakat yang kurang berdaya agar mereka memiliki kemampuan; 2 akses yang lebih besar kepada sumber daya produktif dan kesempatan untuk mengatasi masalah, memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidup. Menurut persepektif teori pemangku kepentingan, tanggung jawab suatu perusahaan tidak hanya sebagai pencari keuntungan profit responsibility bagi pemegang saham shareholders, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial social responsibility, yaitu tanggung jawab perusahaan untuk memberi perhatian dan bantuan bagi pemenuhan kepentingan para pihak yang memberikan pengaruh atau terkena pengaruh atas kebijakan dan operasional perusahaan stakeholders Branco Rodriguez 2007. Dapat ditarik kesimpulan, dari enam desa binaan hasil penelitian menunjukkan semua aspek keberdayaan dinilai kategori baik Tabel 17. Dari kelima aspek keberdayaan masyarakat, aspek kesehatan dinilai memiliki rataan skor paling tinggi dibandingkan dengan aspek lain yakni 2.98. Secara berurutan keberdayaan kesehatan diikuti keberdayaan pendidikan dengan rataan skor 2.85, keberdayaan ekonomi 2.83, keberdayaan sosiol-infrasturktur 2.70, dan keberdayaan bidang keamanan 2.65. Tabel 17 Sebaran rataan skor peubah keberdayaan masyarakat program TJS perusahaan, 2016 Peubah Keberdayaan Masyarakat Rataan Skor Keberdayaan ekonomi 2.83 Keberdayaan pendidikan 2.85 Keberdayaan kesehatan 2.98 Keberdayaan sosial-infrastruktur 2.70 Keberdayaan keamanan 2.65 Keterangan: Rentang skor 1 – 1,75 Sangat Buruk; 1,75 – 2,5:Buruk; 2,5 – 3,25 Baik; 3,25 – 4 Sangat Baik 1. Keberdayaan Ekonomi Jika dilihat masing-masing aspek yang tergambar pada Tabel 18, sebaran frekuensi dan persentase keberdayaan ekonomi dapat dikatakan merata. Dengan kata lain, dari empat kategori penilaian, tidak ada penilaian yang dominan atau melebihi 50 persen di mana frekuensi tertinggi pada kategori baik yakni sebanyak 188 orang dari 410 resonden atau sekitar 45.6 persen, diikuti kategori buruk 113 resonden 27.6, kategori sangat baik 86 resonden 21 dan kategori sangat buruk 23 resonden 5.6. Pandangan masyarakat terkait implementasi program TJS perusahaan Indocement untuk aspek ekonomi belum dinilai maksimal. Program ekonomi yang dilakukan terdiri dari 1 program pemberian modal bergulir; 2 program kemitraan dan bina lingkungan PKBL yang merupakan kerja sama dengan bank mandiri; 3 program pemberdayaan tenaga kerja atau kontraktor lokal; dan 4 pemberdayaan UMKM desa binaan melalui program local purchase. Hasil penelitian yang dilakukan Ariefianto 2015 menunjukkan program TJS perusahaan telah membelajarkan sebagian anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Program TJS mampu meningkatkan pengetahuan wirausaha, jaringan usaha, membaca peluang, memanajemen usaha, keterampilannya pemimpin, berkomunikasi, bernegosiasi, dan sikapkesadarannya disiplin, percaya diri, motivasi. Namun pada sisi lain, pembinaan usaha melalui pelatihan menjawab kebutuhan sebagian orang saja dan kurang menyeluruh dan tidak semuanya berhasil mandiri terbukti masih ada warga yang masih tergantung dengan pinjaman modal. Keberdayaan masyarakat di bidang ekonomi termasuk kategori baik, walaupun belum merata. Hal ini karena masih relatif rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di desa binaan. Hal berdampak pada sulitnya akses terhadap peluang-peluang kerja yang ada. Hal ini juga diperkuat oleh temuan Situmeang 2012. Dalam penelitiannya ditemukan masyarakat penerima manfaat juga terkategorikan baik keberdayaan ekonominya, tetapi masih banyak pula ditemukan masyarakat yang secara ekonomi masih belum baik. Hal ini disebabkan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga mereka tidak memiliki peluang atau kesempatan kerja di luar kegaitan sehari-hari sesuai dengan mata pencahariannya. Sugianto 2008 juga menyebutkan dalam penelitiannya, ketidakmampuan ekonomi masyarakat perdesaan lebih disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ketiadaan jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena kekuasaan, ketiadaan akses terhadap informasi, ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan, dan adanya ketegangan fisik dan emosional. Parsons et al. Suharto 2005 menyatakan bahwa proses pemberdayaan pada umumnya dilakukan secara kolektif melalui kelompok. Oleh karena melalui kelompok, masyarakat dapat melakukan interaksi secara terus-menerus dengan lingkungannya dalam membangun potensi diri, rasa percaya diri, dan termotivasi menjauhkan sikap keterasingan dari semua layanan akses dan sumber-sumber pendukung usaha. Keberdayaan ekonomi masyarakat desa binaan disebabkan oleh terintegrasinya pembangunan-pembangunan sarana pendukung yang ada di desa. Hadi, dalam Situmeang 2012, mengatakan bahwa keberhasilan program keberdayaan masyarakat ditandai dengan adanya pembangunan prasarana umum, pembangunan sekolah untuk pendidikan formal, pembangunan jembatan, pembangunan tempat inadah, pembangunan poliklinik kesehatan, dan pembangunan sarana prasarana kesehatan. 2. Keberdayaan Pendidikan Program-program yang dilaksanakan pada pilar pendidikan mencakup program bantuan pembangunan sekolah, bantuan sarana pendidikan, program anak asuh dan beasiswa, program pendidikan keterampilan praktis untuk usaha kecil, dan program perpustakaan mandiri. Menurut Mulyandari et al. 2010, arah implementasi TJS perusahaan pada bidang pendidikan makin terasa diwujudkan oleh berbagai perusahaan dewasa ini. Alasan manajemen perusahaan memfokuskan program TJS perusahaannya ke dunia pendidikan ialah terdapat fakta bahwa sarana dan prasarana pendidikan masih memprihatinkan, dan kesadaran akan pentingnya SDM andal yang lahir dari pendidikan yang memadai. Jika dilihat masing-masing aspek yang tergambar pada Tabel 18, sebaran frekuensi dan persentase keberdayaan ekonomi dapat dikatakan merata. Dengan kata lain, dari empat kategori penilaian, tidak ada penilaian yang dominan atau melebihi 50 persen di mana frekuensi tertinggi pada kategori baik yakni sebanyak 188 orang dari 410 resonden atau sekitar 45.6 persen, diikuti kategori buruk 113 resonden 27.6, kategori sanagat baik 86 resonden 21, dan kategori sangat buruk 23 resonden 5.6. Pandangan masyarakat terkait implementasi program TJS perusahaan Indocement untuk aspek ekonomi belum dinilai maksimal. Sejalan dengan hasil penelitian, Petkoski dan Twose 2003 menyebutkan pendidikan merupakan salah satu kunci pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan yang berpihak kepada kelompok miskin. Oleh sebab itu, dunia bisnis sudah semestinya memberikan kontribusi dalam menyediakan akses pendidikan berkualitas. Bahkan, perusahaan pun dapat memberikan dampak yang kritis terhadap proses pemberdayaan melalui peningkatan standar pengembangan kepemimpinan dan pendidikan dalam perusahaan. Oleh karena itu, kemajuan dunia pendidikan memang tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan adanya suatu kerja sama dan sinergi antara perusahaan, masyarakat, dan pemerintah, yang dikemas melalui program TJS perusahaan. Menurut Ariefianto 2015, kesadaran warga sasaran binaan akan pendidikan meningkat. Ia juga mengatakan bahwa pendidikan vokasional kepada masyarakat dapat menghasilkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran akan sikap baru. Hal ini membuat daya tawar masyarakat semakin meningkat dan berkelanjutan. Berdasarkan hasil FGD dengan penerima manfaat di Desa Bantarjati, kendala yang mengemuka terkait akses pendidikan adalah biaya pendidikan yang mahal. Berikut hasil wawancara dengan salah seorang masyarakat Desa Bantarjati peserta FGD.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh Bank Bumn(Studi Pada Pt.Bank Xxx Medan)

8 121 130

Optimalisasi Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Di Kabupaten Toba Samosir

3 124 142

Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Citra Perusahaan Pada PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

6 77 85

Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusaan PT.Riau Andalan Pulp And Paper Di Desa Rantau Panjang Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak

4 101 177

Analisis Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Terhadap Masyarakat Di Lingkungan Perusahaan (Studi Pada PT. Inalum Asahan)

20 335 133

Analisis Yuridis Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR) Berdasarkan Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan MK RI NO. 53/PUU-VI/2008)

0 54 155

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh PT. Lafarge Cement Indonesia Terhadap Masyarakat Lhoknga Provinsi Aceh

10 126 163

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Basis Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia

1 35 110

Analisis Yuridis Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Masyarakat Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Studi Penelitian di PT INALUM di Kabupaten Batu Bara)

0 36 134

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Perbankan dan Lembaga Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 72 97